Setelah 45 menit untuk bersantai dan berlama-lama menikmati makan malam, mereka kembali berjalan. Masih di kawasan seputaran Notting Hill, Jimin memutuskan menunjukkan sebuah pasar di Portobello Road.
"Jangan jauh-jauh dariku." Jimin memperingatkan ketika mereka berbelok di sudut menuju kios yang berjejer di sepanjang jalan dengan lautan manusia.
Rosé mengangguk serius sambil memegangi tangan Jimin erat-erat.
Mereka belum kembali ke hotel sepanjang hari. Jadi, Rosé masih mengenakan dress biru muda sederhana, dan satu-satunya aksesoris adalah tas kulit hitam kecil yang tersampir pada tali panjang serta tipis di bahunya. Isinya pun hanya lipstik murahan sehingga orang yang akan mencopetnya dipastikan kecewa.
Mereka menyusuri di sepanjang deretan kios yang digantungi pakaian vintage dan kerajinan tangan. Sejenak, bola mata Rosé berpancar oleh pesona penuh gairah saat melihat miniature Big Ben, kamera polaroid antik hingga boneka beruang Paddington yang tampak begitu menggemaskan.
Terlintas di benaknya yang terpana bahwa orang-orang dapat membeli barang-barang antik disini. Lantas, Rosé akhirnya memutuskan mampir di salah satu kios aksesoris, mengamati sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Jim, apa kau bisa meminjamkan uangmu padaku?" Tanya Rosé ragu-ragu. "Aku tidak sempat menukarkan uangku, dan ingin membeli ini."
"Jam tangan?" Jimin bertanya, suaranya terdengar lembut.
"He eum." Rosé mengangguk. "Jam tanganku tertinggal di rumahmu, Jim." Ia menjelaskan.
Sejenak, Jimin menatapnya sambil mengernyit. "Kau bercanda, kan?" Akhirnya ia bertanya. "Kau serius ingin membeli jam tangan murahan ini?"
"Aku tidak bercanda, Jim!" Tegas Rosé. "Walau menurutmu murahan, tetapi ini begitu antik dan terlebih lagi aku sangat menginginkannya. Harganya murah." Ia menambahkan dengan cepat ketika Jimin menggeleng-geleng.
"Rosé, jika kau menginginkan jam tangan." Kata Jimin datar. "Ayo kita cari toko perhiasan dan aku sangat senang hati membelikannya untukmu. Yang asli, bukan jam tangan rajut seperti ini." Tambahnya, melirik mengejek ke arah kios aksesoris.
Mata Rosé membelalak mendengar cemoohan itu, kemudian menyanggahnya dengan tidak sabar. "Oh, kau jangan meremehkannya." Katanya. "Walau tali jam tangan ini rajutan, tetapi terlihat etnik. Benar-benar fashion tahun ini, Jim." Tambahnya. "Dan tentu kau jangan takut. Besok akan kubayar setelah aku menukarkan uangku ke dollar."
"Ini bukan tentang uang, Rosé. Tapi, kan─" Kalimat Jimin terhenti tatkala Rosé lebih dulu membuang wajahnya ke arah si penjual.
Wanita itu akhirnya tawar-menawar dengan si penjual, menurunkan harga selagi ada kesempatan. Jimin menghela napas, membiarkan dirinya menyaksikan seorang wanita yang ia nikahi ini, dengan cepat mengimbangi si penjual dalam tawar-menawar yang sulit.
Namun, Rosé menikmatinya. Terlihat dalam binar mata indahnya saat ia menoleh ke arah Jimin. "Well." Katanya cepat. "Kami sudah setuju."
"Berapa?" Tanya Jimin malas sembari berdiri dan bersedekap dengan kaki disilangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOUCHING YOUR HEART
Teen Fiction[ END ] Roséanne Park, di tinggalkan sang mempelai pria disaat tinggal hitungan menit acara janji suci pernikahan segera berlangsung! Ia pernah mendengar hal itu terjadi pada orang lain. Namun, tak pernah menyangka ia sendiri akan mengalaminya. Wani...