49

60 7 0
                                    

Tok Tok

"Silahkan," ucap guru yang sedang mengajar.

"Permisi pak, saya mau izin untuk manggil calon kandidat ketua osis pak. Sekarang mau ada rapat soalnya." Ujar Nira. Guru tersebut mengangguk.

"Jangan gue jangan gue," guman Aurora sambil pura-pura menulis.

"Fakhri Afriansyah—"

"Saya kak," Fakhri menghampiri Nira.

"YES, BUKAN GUE BAGUS BAGUS!" Batinnya berseru senang.

"Sama Aurora Reese pak." Lanjut Nira.

Brak

"WHATTTT?!" Aurora reflek berdiri sambil menggebrak meja karena kaget.

"ARA!" Tegur sang guru.

"Maaf pak. Maksud saya bukannya satu kelas hanya boleh satu kandidat ya kak?" Bingung Aurora.

"Itu peraturan saat kamu kelas sepuluh Ara, sekarang sudah ada peraturan baru. Baru disampaikan tadi pagi, kamu belum lihat?"

Aurora sedikit menunduk sambil bergumam cepat dan pelan. "Ya belun sih, abis nonton kemaren gue lanjut nonton sendiri sampe sore terus beres-beres rumah abis itu gosok baju sekolah dan karena gue nontonnya di hape jadi hapenya gue cas karena lowbat dan hari ini hapenya belom gue nyalain dan tadi juga gue kesiangan pas dateng ke sekolah pas banget bel bunyi terus guru langsung dateng. Jadi kesimpulannya gue belom buka hape atau ngobrol sama temen gue karena sibuk."

Ia lalu menatap Carla. Carla pun mengangguk pertanda apa yang diucapkan oleh Nira adalah benar adanya.

"Baik kalau begitu saya dan Fakhri serta kakak osis yang baik ini izin pamit kak," ucap Aurora dengan senyumnya.

"Iya, silahkan." Lalu Lion pindah tempat duduk di sebelah Carla.

>_<

Aurora tersenyum paksa. "Kak Nira baik banget sih, padahal gue kan udah nolak jadi kandidat ketos tapi masih aja dicalonin."

Nira tersenyum canggung. "Maaf Ara, abisnya gua cuman yakin sama lu." Nira berucap semangat setelahnya. "Janji deh, kalo kita kepilih jadi ketos lu gua traktir makan sebulan." Ini adalah cara yang diberikan oleh Nara agar Aurora mau menjadi kandidat ketos. "Dan tugas osis gua yang ngurus, lu cuman numpang nama doang gapapa." Lanjut Nira.

Tentu saja Aurora akan setuju namun tidak mungkin Aurora hanya numpang nama saja meskipun sekarang ia berkata 'iya'. Aurora memiliki rasa tanggung jawab yang cukup tinggi.

"Wih, serius kak?! Oke deal kalo gitu," jawab Aurora berseru senang. Nira pun mengangguk dan ikut senang. Nira memeluk Aurora hanya dalam hitungan detik karena Aurora tidak terlalu suka dipeluk jika bukan ia yang meminta.

"Anu.. kak," panggil Fakhri. Ia merasa tidak dianggap di sini.

"Oh iya, gua lupa ada lu." Ingat Nira.

"Tadi saya mau nanya, kenapa saya juga dipanggil ya kak? Perasaan gak ada yang nawarin saya jadi ketos." Tanya Fakhri.

"Ah itu.. emang gak ada yang nawarin lu sih tapi banyak osis laki-laki yang pengen langsung nyalonin lu jadi kandidat," Fakhri masih bingung.

"?"

"Maksudnya banyak osis cowok kelas dua belas yang pengen lu jadi kandidat ketos bareng mereka, terus mereka kayak ngadain pertandingan gitu lah. Nah, Zayn yang menang."

Aurora paham. "Oh, jadi nanti kita saingain sama Fakhri sama kak Zayn ya kak?"

Nira mengangguk semangat. "Tepat sekali."

"Cuman dua kandidat kak?" Fakhri yang bertanya.

"Enggak, ada tiga. Satu lagi Nia sama Maya. Tapi mereka pasti gak bakal kepilih sih, gua jamin. Jadi yang bener-bener bakal kepilih tuh antara gua sama Ara atau lu sama Zayn." Jelas Nira.

"Kak Zayn tuh yang mana ya?" Aurora penasaran.

"Ketua eskul basket," jawab Fakhri.

"OHHHH YANG ITU?!" Aurora ingat, ia sempat menjadi calon kandidat jodoh Aurora saat kelas sepuluh. Namun ia eleminasi karena kelewat dingin.

"Dia kan jarang ngomong, sekalinya ngomong paling cuman satu dua kata. Terus nanti dia ngomong visi misinya gimana? Telepati gitu? Emang bisa?"

Tak

Fakhri menyentil pelan kening Aurora. "Adawww," keluhnya.

Fakhri dan Nira tertawa pelan. "Kan karena itu Zayn mau Fakhri jadi pasangannya, Ara."

"Dia gay?" Aurora pura-pura syok. Ia langsung mendapat tatapan cukup tajam dari Fakhri. "Bercanda Ri bercanda, tau gue juga. Semoga lu yang kepilih jadi ketos." Ujar Aurora sambil terkekeh.

"Ara..." Nira memanyunkan bibirnya. Bisa-bisanya Aurora mendukung pihak lawan.

Aurora tersenyum. "Ya maksudnya semoga Fakhri yang kepilih jadi ketos dalam khayalan kak Zayn, kalo di real life ya kita kak yang jadi ketos." Aurora tidak akan menyiakan kesempatan emas yang ditawarkan Nira.

"NIRAAA KEMBARANQUUU YANG CANTIQQQQQ!" Panggil Nara. Nira menoleh, ada Nara yang sedang berjalan ke arahnya.

"Ayok jalannya cepetan, jangan sampe tuh orang utan kesini." Mereka mempercepat jalannya.

"Woi!" Nara berlari dan berdiri di depan Nira. "Main kabur-kabur aja lu ya," ucap Nara dengan senyum.

"Ya lagian lu nga—"

"Hai kak Nara," sapa Aurora dengan senyumnya.

"Hai jodoh kedua," sapa Nara balik dengan senyum yang tak kalah ramah.

Aurora langsung memasang wajah tegasnya. "Gue tau kak, lu anak yang punya sekolah ini. Tapi bisa gak jangan jalan-jalan di lorong kelas sambil ngagetin anak kelas dan guru?" Nara hanya terkekeh setelah Aurora selesai berbicara padanya.

Ia ingin mengatakan ini sejak kemarin. Para siswa dan siswi mengadu pada Aurora, membuatnya pusing bukan main karena hampir seluruh siswi mengadu padanya. Belum ada yang menduduki jabatan ketua osis saat ini. Jadi jika ada apa-apa rata-rata mereka melaporkannya pada Aurora.

Plak!

Nira menepuk pundak Nara cukup keras. "Awww kakak tega mukul dedeq?" Kata Nara yang dilebaykan.

"Najis. Dia masih begitu?" Aurora dan Fakhri mengangguk. Fakhri juga sama seperti Aurora tapi tentu saja mereka lebih banyak mengadu dan protes pada Aurora.

"Si goblok, lu mau gua laporin ke papa ha?!" Nara hanya mengangkat kedua bahunya.

"Gua suka sama cara lu negur gua, enggak ngebandingin gua sama Nira. Thanks. Pantes aja Nira pengen lu jadi pasangannya. Gua gak bakal ngagetin mereka lagi kok, santai aja. Tapi gak tau ya kalo nanti gua khilaf." Setelah itu Nara tertawa dan meninggalkan mereka.

"Gak jelas banget emang tuh bocah satu," dumel Nira. "Btw kalian tau darimana kalo gua sama Nara anak dari yang punya sekolah ini? Setau gua hampir gak ada yang tau deh," mereka kembali berjalan menuju aula.

"Temen-temen gue kalo penasaran udah kayak detektif kak, jadi ya begitu deh." Jawab Aurora sekenanya. Nira mangguk-mangguk sebagai respon.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang