Malam yang panjang

12 1 1
                                    


Akhir-akhir ini aku sedang dekat dengan seseorang. Jujur.. orang itu telah aku kagumi dari lama. Dan beruntungnya diriku, dari sekian banyak yang mendekatinya, aku diberikan peluang untuk menjadi temannya. 

Malam ini, untuk pertama kalinya aku mengajaknya berkomunikasi dari jarak jauh via suara (voice call). 

"Mas, kamu sibuk ngga?" tanyaku.

"Enggak, kenapa Ai?" jawabnya.

"Ingin.. telponan ngga?" balasku lagi setelah berfikir untuk beberapa saat.

"Boleh, ayo." 

Aku senang sekaligus gugup. Kutekan simbol bergambar telepon. Tak sampai 2 detik ia mengangkatnya. 

"Halo, mas..."

"Halo, Aisyah"

Kamipun melanjutkan percakapan kami hingga satu jam lamanya. Kami membicarakan banyak hal. Dari mulai keseharian, kisah cinta, bahkan tentang dirinya yang baru aku tahu. Tak hanya sebuah informasi, namun kami juga menyelenginya dengan canda gurau.

Sampai masuklah kami ke suatu pembahasan yang cukup untuk membuat bulu kuduk kalian merinding..

"Kamu tau? kita memang telponan berdua.. tapi kita tidak hanya berdua" ujar mas Arlan.

"hey.. jangan bahas itu, aku udah matiin lampu.." balasku

Aku hanya mendengar suara tawa jahilnya kala itu.

"Kamu tau? kalau kita bicara sesuatu tentang 'mereka', itu justru bisa mengundang mereka datang loh.." ucapku kepada mas Arlan berharap ia menghentikan topik horor ini.

"...." Ia terdiam.

Ternyata mas Arlan bukan seseorang yang pemberani. Ia mulai merinding begitu aku memberitahukan hal itu padanya. Akupun tertawa mendengarkannya bercerita akan ketakutannya yang telah mematikan lampu kala itu.

"Kalau gitu mas, aku mau pipis dulu ya,, jangan dimatiin loh. Aku takut soalnya" ujarku sebelum meninggalkan telpon ku dengan panggilan yang masih berlangsung diatas kasurku. 

5 menit kemudian...

Aku kembali dari kamar mandi dan langsung menghempaskan tubuhku keatas kasur. Kuambil handphoneku dan langsung menaruhnya disamping telingaku. Akupun memulai kembali percakapan.

"Dor"

"Aisyah?" jawabnya dengan sebuah pertanyaan.

"Iyaa.."

"kamu baru dateng?"

"iya?" 

Mas arlan diam untuk beberapa saat membuatku memeriksa layar handphone ku apakah panggilan sudah terputus. Kulihat waktu bicara kita tertulis 4 menit sepersekian detik. Aku terdiam.

"Kamu.. nelpon lagi?"

"Bukannya kamu yang nelpon? tadi sempat mati, lalu kamu menelpon kembali"

Aku cepat-cepat menyalakan lampu kamarku dan dengan sedikit rasa berani akupun menanyakan pada mas arlan sebenarnya apa yang terjadi barusan. Iapun memulai ceritanya.

"Tadi, pas kamu pergi ke kamar mandi, aku memang sempat membuka chat grup. Aku tak sadar kalau telponnya mati. Kemudian tidak selang lama kamu menelponku kembali. Namun aku tak mendengar suara apapun. Jadi aku coba memanggilmu beberapa kali. Ai, Aisyah, Jangan bercanda,.. aku terus mengulang itu. Kemudian terdengar sebuah suara. seperti suara orang meniup lubang speaker handphone. Karena tak kunjung ada jawaban, akupun berhenti bertanya. Dan tak lama dari itu aku mendengar suara pintu terbuka. Itu,... kamu kan?"

"Iya.. aku baru masuk saat pintu terbuka..."


Aku terdiam. Kami terdiam. Jikalau dia yang menelpon pun itu sudah aneh, karena siapa yang mengangkatnya? Lalu .. Jika aku yang menelponnya duluan..

Apa dia merasa terpanggil dan ingin ikut berbicara?



- THE END -

DINI HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang