Duapuluhlima

1.5K 275 15
                                    

Maaf, Gue Ga Ada Pilihan Lain

"Kerja bagus Haruto."

Kata-kata Senior Hyunsuk masih terngiang-ngiang di kepalanya. Apanya yang kerja bagus, hah? Jeongwoo-nya sekarang ditangkap. Nasibnya di penjara sana ga akan baik. Dia pasti akan menerima perlakuan super buruk di sana. Penyiksaan, ga dikasih makan dengan baik, seburuk itu.

Bahkan dia dapat pelukan dari Hyunsuk karena apa yang telah dia lakukan. Buat apa coba? Buat apa? Memangnya dia pantas dipeluk?

"Sekarang di mana keluarga saya?"

"Dalam perjalanan ke sini."

Haruto bingung harus percaya atau tidak. Semoga keluarganya benar-benar dalam perjalanan ke sini.

"Udah ga usah dipikirin, nanti malem paling sampai." Lisa yang berada disamping Haruto langsung merangkul Haruto yang lagi lemah dan rapuh ini. Mungkin pengen bikin dia tenang. Sama sekali ga manjur. Haruto malah tambah gugup dibanding tenang.

"Nanti malam tidur di kamar saya," ujar Senior Hyunsuk pada Haruto.

"Loh kenapa? Kan masih banyak kamar lain yang kosong." Lisa menatap Hyunsuk heran.

"Gapapa. Haruto pasti sulit tidur kalau sendirian. Ya kan Haruto?"

Haruto hanya mengangguk. Padahal menurutnya mau tidur sendiri atau di kamar Senior Hyunsuk, Haruto tetap tidak bisa tidur. Lagipula manusia mana yang bisa tidur setelah mengkhianati sahabat dan orang yang dicintainya. Haruto beneran pengen menghilang aja dari bumi.

"Belok kanan, Haruto," perintah Senior Hyunsuk di belakangnya.

"Kalau begitu saya kembali ke ruang rapat dulu. Ada yang ingin dibicarakan Pak Kwon," pamit Lisa.

Hyunsuk mengangguk. Kemudian ia mempimpin Haruto berjalan ke kamar tidurnya. Kamar tidur Senior Hyunsuk ada di ujung lorong. Tanpa jendela yang menghadap ke lorong dan pintu kayu yang cukup tinggi. Setelah itu dalam kamarnya ukuran standar, tak cukup luas tapi tak sempit juga. Hanya ada meja kerja dan dua ranjang, persis seperti di asrama sekolahnya dulu.

"Kamu pasti belum tahu ya tentang tempat ini."

Haruto mengangguk lagi.

"Sebenarnya kamp ini punya nama. Namanya AMD. Akademi Mata-Mata Darurat. Yah walaupun saya juga bingung maksudnya akademi itu gimana. Ini kan semua hasil paksaan jadi lebih cocok jadi tempat penampungan anak-anak hasil penculikan ga sih?" Hyunsuk tertawa sedikit sedangkan Haruto dari tadi diam saja.

"Kamu nanti tidur di sini aja, anggap tempat ini kamar sendiri. Kalau ada apa-apa bilang ke saya ya."

Haruto mengangguk lagi. Hahhhh isi kepalanya benar-benar kosong. Rasanya seperti ga ada niat hidup lagi. Haruto mendudukan dirinya di ranjang yang Hyunsuk bilang diberikan untuknya. Ia melihat ke sekeliling lagi sampai matanya menangkap satu sosok familiar di meja kerja Senior Hyunsuk.

"K-kak Jihoon?"

Hyunsuk yang tadinya sibuk mencari-cari sesuatu tiba-tiba berhenri melakukan aktivitasnya. Ia mendekati Haruto bahkan berlutut dihadapannya, menyamakan pandangan dengan Haruto yang sedang duduk.

"J-ji... Kamu kenal Jihoon?"

Haruto kembali melirik foto di meja kerja Senior Hyunsuk. Kak Jihoon yang masih muda dengan senyum manis dan mata yang hampir hilang itu tampak benar-benar bahagia. Bukan seperti Kak Jihoon yang biasanya ia lihat, tegas walaupun kadang suka bercanda. Tapi ini lain, auranya lain, dia jelas jauh lebih bahagia di foto itu.

Haruto mengangguk. Tepat setelah Haruto mengangguk wajah Hyunsuk langsung berubah bahagia. Bukan bahagia juga sih, mungkin lebih ke lega.

"Dia apa kabar?"

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang