Bab 15

9 4 0
                                    

Albie menyaksikan bagaimana tubuh Jaiden merosot dari kawasan The Hidden Park ke tepian The Infintie Canal. Bersamaan dengan itu dagger yang dilemparkan Hunter terus berterbangan di udara, melesat dengan kecepatan tinggi memburu Jaiden.

Albie merosot lemas, punggung tegap Jaiden menghilang di antara bebatuan dia melindungi diri dari serangan-serangan yang mungkin bisa mengambil nyawanya saat itu juga. Dia hanya bisa berharap Jaiden bisa selamat.

Khan.” Logan mendekat ada luka dalam tatapan matanya. Sementara barisan Hunter menggunakan eageleon memburu Jaiden sampai melintasi The Infinite Canal.

“Biarkan dia pergi!” teriak Albie, “Stop! Kubilang biarkan dia pergi! Ini perintah!”

Perempuan itu terus berteriak sampai suaranya serak, napasnya memburu membuat dadanya naik turun.

Eageleon yang hendak melintas canal berputar arah, mereka mundur atas perintah dari Albie.

“Kembali kalian semua!” Permohonan Albie terlihat begitu putus asa. Logan sebenarnya tidak tega, tetapi harus bagaimana lagi?

Hunter-hunter melihat ke arah Albie dan Logan bergantian. Mereka bingung harus nurut kepada siapa.

“Mundur,” perintah Logan.

Sementara dia sendiri maju, mengatur dirinya sendiri agar sejajar dengan Albie. Dari arah samping, Logan bisa melihat Albie menatap jauh ke arah Canal. Matanya terlihat redup, hidungnya yang mancung terlihat memerah. Dia menebak jika Albie menangis karena berpisah dengan Hunter kesayangannya.

Logan membatin mengapa Jaiden Smith begitu betuntung bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang dari seorang Albie. Sementara dirinya sama sekali susah mendobrak benteng pertahanan perempuan itu.

“Kali ini tidak bisa kami maafkan, Khan. Kami sudah melanggar dan tidak mau melanggar lagi, kami seharusnya tidak membiarkan Jaiden melarikan diri. Saya tahu dia belum menyeberang, ikutlah dengan kami maka Jaiden akan selamat.”

“Penawaran macam apa itu?” sinis Albie. Dia tidak habis pikir dengan pemikiran Logan.

“Dia bukan Hunter, dia Rogue. Khan tolong sadarlah, jangan seperti ini. Pulanglah atau kami akan mencari dan mendapatkan Jaiden sampai dia mati,” ancam Albie.

Ingin rasanya membangkang dan melawan kehendak Logan. Namun, keselamatan Jaiden lebih utama, dialah yang akan menjadi penyelamat Greamor dari gempuran blatta.

Albie selangkah turun, matanya tetap terfokus pada batu besar di mana Jaiden bersembunyi. Tidak ada hal yang lebih menyakitkan dari apa pun selain perpisahan.

“Oke, saya ikut kamu,” cetus Albie.

Logan tersenyum, dia merasa menang sekarang. Eageleon melintasi pepohonan menuju ke arah kota, Albie kembali menaiki kendaraan kapsul bersama Logan. Ya, bersama Logan. Menuruti kemauan Logan adalah salah satu cara agar Jaiden selamat sampai Eqouya.

*

Setelah beberapa watu berlindung di antara dia batu besar, Jaiden bernapas lega. Kakinya dingin dijilati aliran air sungai yang jernih. Meski matahari membakar tubuhnya, Jaiden tidak gentar berada di antara celah batu tersebut.

Setelah dirasa aman, Jaiden mulai keluar dari tempat persembunyiannya. Tempat itu memang sepi, tidak ada satu Hunter pun yang tersisa, atau mungkin memang tidak nampak.

Nyatanya Logan berkhianat, dia tidak sepenuhnya menuruti kesepakatannya dengan Albie, empat orang Hunter siaga di sana. Siap menyerang Jaiden yang kini mulai terpojok.

“Menyerah saja,” ujar salah satu Hunter berwajah tegas.

Tidak ada kata menyerah dalam kamus hidup Jaiden. Meskipun dia tidak pandai bertarung, tetapi dirinya mampu berstrategi. Dua Hunter yang ada di depannya siap menyerang, begitu juga dengan Hunter yang ada si belakangnya. Jalan yang bisa dilalui Jaiden adalah sisi kiri dan kanannya yang merupakan area perairan.

Fighter's Prejudice (Tamat, Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang