Happy Reading !!!
***
Galen mencengkeram kuat kemudi. Rahangnya mengeras hingga urat-urat lehernya terlihat. Jangan lupakan rona merah di wajahnya yang menunjukkan seberapa marah pria itu sekarang. Tatapan matanya tajam tertuju ke depan. Pada dua sosok yang terlihat sedang berhadapan dengan senyum bahagia. Senyum yang sukses membuat Galen merasa sesak. Senyum yang membuat lukanya semakin dalam dan menyakitkan. Senyum yang seakan mengejeknya. Senyum sialan yang benar-benar muak Galen lihat.
Posisi yang seharusnya menjadi miliknya malah di isi oleh pria lain yang merupakan kakaknya. Satu kemarahan yang membuat Galen benar-benar merasa perih. Tak rela. Itu yang Galen rasakan sekarang.
Seharusnya Galen bisa berlari dengan percaya diri, menarik sosok wanita di depan sana untuk menjauh dari pria yang ada dihadapannya. Ia yang lebih berhak atas Ziva. Ia tunangannya. Menjauhkan Ziva dari Gilang adalah hal yang seharusnya.
Sialannya Galen tidak bisa melakukan itu. Bukan karena dirinya tidak berani, tapi penolakan yang Ziva layangkan secara terang-terangan masih menjadi hal yang amat menyakitkan. Dan Galen sungguh tidak ingin mendengarnya lagi. Cukup pagi kemarin menjadi yang terakhir. Sekarang Galen harus menjaga perasaan dan harga dirinya.
Namun apa yang dilihatnya sekarang tidak lantas membuat Galan akan diam saja, terlebih ketika pria yang merupakan kakak kandungnya itu mendekatkan diri dan menjatuhkan kecupan cukup lama di kening Ziva.
Tangan yang semula sudah mencengkeram erat kemudi seakan ingin meremukannya. Segala umpatan telah lolos dari bibirnya yang bergetar akibat menahan kemarahan, hingga kemudian Galen menginjak rem dalam-dalam, melajukan kembali kendaraannya menjauh dari kompleks kediaman Ziva.
Galen benar-benar tidak bisa berlama-lama di sana. Melihat kedekatan Ziva dan Gilang hanya akan semakin menyulut emosinya, dan Galen enggan menghancurkan hatinya dengan pemandangan yang tidak seharusnya dirinya lihat itu.
Mendengar pengakuan sang tunangan yang mencintai pria lain sungguh membuatnya hancur. Dan melihat bagaimana rasa itu ditampilkan tunangannya pada pria lain semakin membuat Galen hancur berantakan.
Satu tahun hubungannya dengan Ziva. Tanpa tatap cinta dari pasangannya itu Galen merasa cukup bahagia. Galen tidak pernah mempermasalahkan rasa, tidak menuntut Ziva mengungkapkan cinta. Karena baginya itu tak begitu berarti.
Sikap Ziva yang manis telah membuat dirinya yakin bahwa Ziva pun bahagia dengannya. Bahwa rasa itu pun ada di diri Ziva. Tidak sebesar yang dirinya punya, tapi Galen percaya Ziva-nya tidak mungkin berpura-pura. Ziva-nya tidak akan mungkin mengkhianatinya. Namun kepercayaannya itu malah justru membuatnya kecewa. Dan mendengar pengakuan cinta Ziva pada Gilang yang merupakan kakak kandungnya membuat Galen berhasil diterjunkan dari ketinggian. Sakit. Teramat sakit. Terlebih ketika dengan nyata Ziva mengatakan bahwa wanita itu memilih Gilang dibandingkan dirinya. Sungguh, Galen merasa dunia tidak adil kepadanya.
Sialan!
Bukan hanya Ziva, tapi juga kakaknya dan semesta yang mendukung mereka.
Sialan!
Kekalahan sudah benar-benar berada di depan mata. Bahkan mungkin telah menjadi miliknya mengingat Ziva dan Gilang telah berani menunjukkan perselingkuhannya. Menampilkan hubungan mereka secara terang-terangan. Tidak hanya di depan Galen dan keluarga tapi juga telah menunjukkannya di khalayak umum.
Jika sebelumnya Gilang dan Ziva bertemu secara diam-diam dan memilih tempat privasi untuk sekadar makan siang atau malam, sekarang keduanya telah bebas makan di mana saja. Seolah tidak peduli ada siapa pun yang memergoki kebersamaan mereka.
Keduanya tidak lagi bersembunyi. Karena yang ada malah justru menunjukkan bahwa kini mereka yang menjadi pasangan yang saling cinta, sementara Galen bukan siapa-siapa. Padahal kenyataannya statusnya masih sama. Galen dan Ziva masih sepasang tunangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Cinta Calon Ipar
Fiksi UmumJatuh cinta memang hal biasa. Semua orang berhak merasakannya. Termasuk Gilang. Namun, satu yang membuat rasa itu salah. Hadir di waktu yang tidak tepat. Dan Gilang merutuki itu. Sialannya kesalahan itu tidak lantas usai di sana, sebab sosok yang Gi...