14

991 127 15
                                    

Seseorang dengan jas putihnya terlihat sedang memasukkan beberapa alatnya. Terlihat sempat beberapa kali melirik ke arah pemuda yang sekarang sedang menatap kosong ke arah jendela kamar.

"Tuan Seungmin, jangan lupa untuk meminum obatmu. Luka-luka di tubuhmu akan lekas sembuh, jangan khawatir."

Ucapan ramah dari sang dokter tak mendapat respon berarti. Pemuda yang sedang diajak bicara sedang asik menyelami pikirannya sendiri. Helaan napas berat milik sang dokter menjadi satu-satunya suara terakhir dalam ruangan tersebut sebelum sang dokter putuskan untuk pergi ke luar ruangan.

Seungmin kembali sendiri. Seungmin bahkan sudah tak peduli dengan yang terjadi sekarang.

Sayup-sayup dapat terdengar percakapan di luar ruangan. Tapi, Seungmin tak peduli.

"Bagaimana?" tanya seseorang dengan khawatir yang bisa dipastikan adalah Felix.

"Luka-lukanya cukup parah, saya sudah meresepkan obat untuk lukanya. Mungkin perlu waktu lama untuk lukanya sembuh. Namun, bukan itu yang saya khawatirkan―"

Ada jeda beberapa saat selagi dokter kepercayaan Chan menjelaskan. Membuat Felix merasa semakin was-was.

"―tuan Felix pasti sudah bisa menebak bukan? jiwanya terguncang luar biasa. Bahkan lebih parah dari sebelumnya, saya khawatir jika nantinya akan berdampak negatif untuk dirinya dan orang lain jika tidak segera dibawa ke tenaga ahli―"

Felix tahu ini akan terjadi. Felix sudah menduga serta memperingatkan kakaknya. Namun, rupanya bukan Chan jika menurut pada orang lain.

"―saya tak ingin tuan Seungmin memiliki trauma berkepanjangan. Jadi tolong berusahalah untuk mencoba saran saya, ini semua demi kebahagiaan tuan Christ. Baiklah, saya pamit undur diri. Sampai berjumpa lagi, tuan Felix."

Sang dokter membungkuk guna memberi salam terakhir yang dibalas oleh Felix. Felix iringi langkah sang dokter dengan tatapan sendu.

"Seharusnya waktu itu, aku tak mengenalkannya pada Seungmin," bisik Felix penuh penyesalan.

•••

Seungmin terlihat seperti raga tanpa jiwa sekarang. Bahkan tak banyak membantah pada Chan. Hal itu tentu membuat Chan senang sebelum kemudian ia merasa ada yang tidak beres pada sang kekasih.

"Dear, apa kamu sedang sakit?" tanya Chan lembut yang mendapat gelengan dari yang lebih muda.

"Apa kamu menginginkan sesuatu?" tanya Chan membuat Seungmin mendongak demi bertemu tatap dengan pemuda surai pirang tersebut.

Terlihat bibir Seungmin yang terbuka sedikit seperti hendak mengatakan sesuatu. Namun, di detik selanjutnya pemuda tersebut menggelengkan kepalanya.

"Apa kamu ingin pergi ke luar? aku tak keberatan jika kamu meminta itu. Asal kamu tidak pergi dariku, maka dengan senang hati aku akan mengabulkannya."

Sulit dipercaya, pemuda di hadapan Seungmin mengatakan hal seperti itu dengan sarat kelembutan. Membuat sesuatu dalam diri Seungmin merasa aman dan tenang.

"Besok aku akan mengosongkan jadwalku, aku akan menemanimu seharian pergi ke luar."

Mungkin setelah ini, Chan yakin Seungmin akan baik-baik saja. Chan akan membuat Seungmin bahagia, dengan caranya sendiri.

Malam ini, Chan temani Seungmin hingga tertidur. Walau sempat beberapa kali terlihat tegang saat tangan Chan berusaha merengkuh yang lebih muda, namun akhirnya kantuk berhasil menaklukkan Seungmin.

Chan tak pernah bermain-main dengan niatnya untuk membahagiakan cintanya. Walau harus dengan kekerasan di awal, Chan benar-benar ingin si manisnya bahagia di sisinya.

KidnappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang