Leadership
Muammar
Fungsi pembinaan disebuah organisasi, sedikit banyak menuntut kemampuan dalam memimpin. Interaksi yang terus menerus, dorongan, menumbuhkan motivasi dan bimbingan serta pengarahan akan berjalan dengan baik dan memberikan perubahan yang bermakna jika seorang pemimpin melakukannya dengan keterampilan memimpin yang memadai.
Hal ini sejalan dengan pengertian pemimpin, yaitu orang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan.
Kapasitas kepemimpinan, secara sederhana dapat dibagi dua. Pertama, kepemimpinan diri dan kedua, kepemimpinan publik. Seringkali dikatakan bahwa seseorang yang ingin memimpin publik haruslah terbukti mampu memimpin dirinya sendiri. Kepemimpinan harus dibangun dari dalam ke luar.
Kepempinan Diri
Kepemimpinan diri dibangun dari upaya membentuk kebiasaan – kebiasaan yang berdasarkan prinsip karakter; jujur, sederhana, bijak, berani, adil dan peduli yang merupakan kunci sukses seorang pemimpin. Tentu saja, berbagai kemampuan personal seperti penampilan, kemampuan memecahkan masalah, komunikasi, keahlian teknis, juga dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan, namun hal tersebut bersifat sekunder. Karakter merupakan hal utama atau primer.
Menurut Stephen Covey (2006) kepemimpinan diri harus dibangun dengan mengembangkan 3 kebiasaan; (1) Bersikap Proaktif, (2) Membangun Visi, Misi dan identifikasi Peran Diri, dan (3)
Manajemen Waktu.
1. Proaktif
Bersikap proaktif, berarti mengubah kebiasaan diri dari sikap reaktif yang selama ini sering menjadi sikap dasar seseorang menjadi sikap Proaktif, yaitu sikap mengambil inisiatif dan tanggung jawab. Sikap proaktif juga harus tercermin dari perubahan paradigma diri, dari paradigma ketergantungan (paradigma kamu) menjadi paradigma mandiri (paradigma aku),
kemudian menjadi paradigma saling-ketergantungan (paradigma kamu). Selain itu, proaktif juga merupakan sikap melihat masalah dengan jelas. Masalah langsung (direct problem) perlu diatasi dengan perubahan kebiasaan. Sedangkan masalah tak langsung (indirect problem) perlu diatasi dengan perubahan cara pendekatan dari menang – kalah menjadi solusi menang-menang.
Sementara untuk masalah yang tidak terkendali (no control problem) diatasi dengan ”senyum” atau ”EGP- emang gua pikirin”, agar tidak banyak waktu dan tenaga terbuang percuma.
2. Membangun Visi, Misi dan identifikasi Peran Diri,
Membentuk kebiasaan diri perlu dimulai dengan menetapkan visi, misi dan peran hidup di dunia. Semua orang ingin sukses. Hal terbaik untuk melihat diri sendiri adalah dengan bayangan, apa yang teman kerja, isteri-suami, anak, katakan jika kita meninggal pada hari ini. Tentu kita ingin dikenang sebagai teman yang baik, isteri atau suami yang baik dan orang tua yang baik. Visi, misi dan peran hidup dapat dimulai dari sini. Hal itu berarti perlu perencanaan hidup lebih baik. Untuk tiap peran dapat disusun tujuan dan kegiatan untuk mencapainya. Masalahnya, waktu hanya 24 jam, sehingga diperlukan prioritas. Kerjakan sesuatu yang kita dimintakan pertanggung jawaban . Hal dimana kinerja kita diukur.
3. Manajemen Waktu.
Semua kegiatan dapat dikategorikan sebagai penting dan tidak penting serta dapat bersifat mendesak dan tidak mendesak. Kegiatan yang penting dan mendesak berarti kegiatan krisis yang harus segera dikerjakan. Kita tidak dapat menghilangkan jenis kegiatan ini, tapi dapat menguranginya dengan cara selalu mengerjakan pekerjaan yang penting dan tidak mendesak. (quadran II). Kegiatan yang tidak penting dan tidak mendesak tidak boleh mengambil waktu
yang banyak, demikian pula dengan kegiatan yang tidak penting dan mendesak. Kita harus pandai untuk bilang ”tidak” untuk menolak kegiatan yang kurang penting dan kurang mendesak. Dianjurkan untuk membuat daftar kegiatan dan rencana mingguan, kemudian dilaksanakan