• 5 •

28 4 0
                                    

Masalah mereka berbuka, tenang saja. Mereka semua mendapat Matcha Boba Fresh Milk. Walaupun tadi mereka sempat ribut sih. Jadi sebenarnya Luki dan Fajar sudah membuat banyak, itu pun mereka video. Untuk minuman yang banyak dibuat sebelum diketahui oleh keenam teman kosannya, mereka taruh di kulkas.

Namun ketika mereka membuat minuman yang terakhir dan hal itu diketahui oleh keenam teman nya, alhasil mereka ada ide untuk menjahili temannya dengan berkata, "Gak boleh! Ini punya kita berdua. Kalian buat sendiri sana!"

Keenam temannya pun cemberut. Namun kemudian ada 1 orang yang langsung mencurigai Luki dan Fajar. Ia langsung membuka kulkas dan betapa terkejutnya ia melihat banyak minuman yang dibuat Luki dan Fajar tadi.

"Kalian jangan mau dikibulin dong!" Kata Sandy kepada kelima temannya yang melongo karena tertipu.

Ya, orang tersebut adalah Sandy.

"Kalian juga ngapain nyembunyiin minuman ini? Toh juga nanti bakal habis." Kata Sandy kepada Luki dan Fajar.

Sedangkan mereka berdua hanya menyengir. Kemudian Luki membela mereka berdua, "Ya kan yang buat kita berdua. Ya suka-suka kita lah. Ya kan, Jar?"

"Betul."

"Kalian berani ngibulin gua? Sini lu berdua!" Batara maju ke arah Luki dan Fajar.

Luki dan Fajar segera berlari. Batara mengejar mereka berdua. Eh, ternyata yang lainnya juga ikutan mengejar. Kecuali Sandy.

"Kejar!!!" Seru Harsa.

Sedangkan Sandy yang melihat ke random an teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya.

🌙

Setelah mereka berbuka dengan yang manis-manis, seperti senyumannya Sandy, dan sholat maghrib, tak lama kemudian mereka bersiap-siap untuk terawih.

"Yok siap-siap. Bentar lagi waktunya terawih lho." Peringat Sandy.

Yah, sebenarnya delapan lelaki di kosan ini tidak ada yang waras. Tapi diantara mereka, hanya Sandy yang masih bisa dikatakan paling waras. Sedangkan yang lainnya sudah tidak bisa dikatakan waras.

Kalau ketidak warasan teman-temannya masih dalam mode aman, Sandy juga masih waras sih. Tapi kalau sudah dalam mode bahaya, jangan harap Sandy tetap waras.

"Iya." Kata teman-temannya.

Mereka ber delapan pergi ke masjid. Ketika masuk masjid, untuk tempatnya mereka berpencar. Yah, memang seperti itu mereka. Suka-suka mereka saja lah.

Sandy dan Batara memilih shaf depan. Cakra, Fajar, Luki, dan Ibnu memilih shaf tengah. Sedangkan Ibnu dan Harsa memilih shaf belakang. Yah, hal itu ada alasan tertentu bagi mereka berdua.

"Nu, nanti waktu tengah-tengah, kita keluar main petasan oke?" Bisik Harsa.

"Oke, Bang." Bisik Ibnu.

Nah kan? Apa kubilang? Tolong selamatkan Ibnu dari Harsa.

Tak lama kemudian...

"Oi kalian berdua, maju sini!" Suruh Luki.

Mau tidak mau mereka menuruti perintah Luki daripada kena amuk. Katanya, Luki kalau lagi marah itu menyeramkan.

"Ya udah nanti pas pulang aja." Bisik Harsa.

Ketika pulang terawih...

"Bang, jadi kagak?" Bisik Ibnu.

"Jadi lah. Kuy kita beli." Bisik Harsa yang langsung menarik tangan Ibnu.

Beberapa detik kemudian...

"Aaarrrggghhh..." Ringis Ibnu dan Harsa.

"Mau main petasan? Iya?"

"Argh enggak, Bang. Ampun..." Kata mereka berdua.

Sedangkan kelima temannya hanya melihat hal tersebut sambil menggelengkan kepala.

"Gak usah main petasan!"

"Ampun, Bang. Maapin Ibnu, Bang. Ya... Please..." Ibnu memasang muka imutnya.

Batara yang luluh pun melepas jeweran di telinga Ibnu. Ibnu mengusap telinganya yang memerah. "Huft... Selamat..." Batin Ibnu.

"Ampun, Bang. Aduh Bang Bata kalau jewer telinga gini amat." Kata Harsa.

"Apa lu bilang?" Batara menjewer telinga Harsa semakin keras.

"AAARRRGGGHHH... AMPUN BANG!!!"

Rip telinga Harsa.

🌙

To Be Continued

Cerita Ramadhan Kami ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang