01. Tamu kecil

1K 224 67
                                    

"Nyarap?" Jeffar yang hendak pulang menyempatkan basa-basi pada Mahen yang baru saja datang untuk melaksanakan dinas paginya.

"Ya belum lah. Gue aja baru bangun 10 menit yang lalu." Untungnya kosan Mahen hanya sejengkal dari RS.

"GWS. Gue cabut ya—"

Suara langkah cepat yang semakin terdengar membuat perasaan Jeffar tidak enak. Pintu ruang kebersamaan dokter terbuka, sosok perawat senior dengan napas terengah menilik tiap sudut kamar.

"Ini residen pada ke mana sih?! Dokter Eldo mana?!" Tanyanya.

"Pada operasi, Kak. Kenapa?" Jawab Jeffar sambil mengecek di papan jadwal yang terpampang besar-besar di dinding.

"Saya padahal udah nelfon dokter Eldo ada pasien kecelakaan dalam perjalanan????"

Jeffar menggaruk tengkuknya, "Aduh... Eldo kayaknya disuruh gantiin seniornya, Kak."

"Ya udah ayo kalian berdua ke UGD! Dokter Jeffar nggak apa-apa ya??? 1 pasien aja kok!"

Mahen pun menarik tangan Jeffar yang tampak ogah-ogahan. Sembari memeriksa arloji yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, seharusnya masa tenggat dinas malamnya sudah selesai. Dia harus pergi setelah ini karena ada janji.

Mobil ambulan dengan bunyi sirine yang lantang ini menepi di depan pintu gawat darurat merah yang mengarahkan pasien terancam nyawa. Beberapa tenaga kesehatan langsung bergegas menyambutnya lepas brankar dorong pasien diturunkan dari mobil.

Termasuk Jeffar yang memiliki hari terburuk sepanjang masa... harus tetap melaksanakan kewajibannya seperti biasa.

"Pasien kecelakaan dengan keluhan sesak, Td 110/70, RR 34 kali per menit, suhu afebris, HR 98 kali per menit, SpO2 94%. Tanpa jejas terbuka pada dada sebelah kiri, pengembangan dada kiri tertinggal, perkusi hipersonor dada kiri, fremintus menurun, um... auskultasi suara nafas menjauh, Dok."

Bersama Mahen, teman sejawatnya dan 1 perawat senior yang biasa dipanggil Kak Ista ikut mendorong brankar sembari mendengarkan laporan dari paramedis yang mengantar pasien ke mari.

"Tension pneumothorax?"

Jeffar dengan cepat bergegas memberikan alat intubasi endotrakeal ke Mahen yang tengah melakukan prosedur A-B-C atau airway control, breathing support, dan circulatory support.

"IV line, chest tube." Perintah Jeffar sebelum dia menghampiri paramedis. Jeffar pun bertanya, "udah telepon walinya?"

"Masih dicari, Dok. Tapi dia kayaknya mahasiswi UNEO deh." Balasnya sambil memberikan buku panduan mahasiswa ekonomi universitas almamater Jeffar dulu.

"—Jeff." Suara Mahen membuat Jeffar tertoleh. Manik mata Mahen seakan-akan menunjuk pasien yang sedang ia tangani agar Jeffar menghampirinya.

Perasaan Jeffar tentu gusar karena memang dia belum sempat melihat pasiennya. Seketika kaki Jeffar lemas, Kak Ista yang paham maksud dari Mahen langsung memegangi Jeffar dari belakang.

Mahen pun berujar, "mungkin... sementara lo bisa jadi walinya."

ᴍᴀʀᴋᴀʜ ʜᴀᴛɪ ☘︎︎

Jeffar sudah sejam berada di kamar rawat inap ini dengan perasaan yang semakin campur aduk. Duduk di kursi tanpa sandaran, tatapan mata yang kosong dengan jemarinya yang setengah menggenggam tangan kecil yang tidak pernah dia kira akan menjadi pasiennya.

Markah hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang