Panti asuhan Samudra Asih, sudah lama Jaemin tidak menginjakkan kedua kakinya disini. Tempat ini hampir masih sama seperti terakhir kali dia disini, di halaman depan masih ada taman kecil lalu ada rumah pohon yang sudah rapuh.
Bedanya hanya panti ini sudah terurus dengan baik berbeda dengan waktu Jaemin masih disini.
Jaemin berjalan ke arah rumah pohon itu, matanya menangkap ukiran nama kakaknya yang sayangnya sudah tertutupi oleh lumut. Andai saja dia tidak meninggalkan kakaknya mungkin mereka masih bisa bersama.
"Kak Haechan!!"
Jaemin menoleh, dilihatnya Haechan yang sekarang adalah sepupunya itu sedang memeluk erat anak remaja SMP yang baru saja dia ketahui bernama Jisung. Agaknya hal itu mengingatkan dia pada perlakuan kakaknya yang selalu memeluknya dengan erat.
"Jaem! Ngapain disitu, sini anjir bantuin gue!" Teriak Jeno yang kesulitan membawa kardus berisi mainan.
Tanpa bicara akhirnya Jaemin berjalan mendekati Jeno dan langsung merebut kardus itu, "Gini aja kok repot, laki bukan?"
"Wah perlu dicubit itu mulut." Ucap Jeno yang tidak terima dengan omongan Jaemin.
"Jeno! sini masih banyak barang yang harus dibawa!" Teriak Renjun dari mobil pickup.
Jeno mendengus kesal, kenapa juga dulu dia mau ikut OSIS sih? Padahal dia paling ogah, mending rebahan di rumah.
"LEE JENO!"
"IYA!"
Jaemin mengabaikan dua orang yang saling mengeraskan suaranya, dia berjalan ke tempat dimana semua properti Jumpa Panti diletakkan. Sejenak langkahnya terhenti, matanya tanpa sengaja menangkap foto dirinya waktu kecil. Dia tidak menyangka fotonya masih terpampang jelas di antara banyak foto yang tertempel di mading Panti.
"Nak Jaemin?"
"Bun-da?" Sapa Jaemin kikuk begitu melihat wanita paruh baya yang dulu memaksanya berpisah dengan kakaknya.
"Astaga ternyata benar Jaemin. Bunda hampir tidak mengenalimu, apa kabarmu selama ini? Baik kan? Bunda tau pasti kehidupanmu akan lebih baik kalau kamu ikut mereka."
Jaemin tersenyum tipis, ada rasa rindu yang membuncah di hatinya tapi ada juga rasa kecewa yang entah kenapa sampai sekarang tidak bisa dia sembuhkan. Perlahan Jaemin bergerak mendekat ibu pengurus panti asuhan yang mengurusnya sejak kecil.
"Bunda." Cicitnya lirih.
Bunda pun ikut membalas pelukan Jaemin, "Jaemin rindu kakak ya?"
Tak jauh dari bunda dan Jaemin, sosok yang sedari tadi menguping pun menegang. Lee Haechan menundukkan kepalanya, rasanya dia ingin mengungkapkan segala yang dia ketahui pada Jaemin tapi dia tidak bisa. Dia tidak punya hak setelah semua perbuatannya.
"Jaemin benar-benar rindu kakak ya sampai pulang ke panti?"
Dalam pelukan sang bunda Jaemin mengangguk.
"Kakak kenapa tidak ada disini?"
.
Jaemin terduduk dengan sekaleng soda ditangannya, matanya menatap kosong danau buatan di depannya. Suara paruh Bunda tak luput berputar mengisi kepalanya.
"Kakakmu pergi mencari kamu setelah tahu kamu dibawa orangtuamu, bunda kira kakakmu akan pulang begitu malam tapi dia tidak pernah kembali."
Jaemin tertegun, Jaemin ingat betul waktu dia pergi dari panti asuhan badai hujan sedang terjadi. Apa yang dirasakan kakaknya saat itu?
Jaemin meremas botol soda yang masih ada setengah air didalamnya. Langit mendung seakan mengerti suasana hati Jaemin.
"Bodoh, harusnya Lo engga pergi!"
Rintik hujan mulai berdatangan seiring air mata Jaemin meluruh dari sungainya. Disaat semua orang berlarian mencari tempat berteduh maka Jaemin masih berdiam diri.
Dulu dia sering bermain di tengah hujan bersama sang kakak. Senyum getir tersirat dibibirnya. Kenapa dia mau saja dibawa pergi oleh orangtua angkatnya waktu itu. Sekarang otaknya peunuh dengan berbagai pemikiran. Apa kakaknya baik-baik saja, apa dia sudah makan, apa dia masih mencari Jaemin.
"Lo bego ya? Nyari penyakit atau gimana?"
Jaemin terkejut dan reflek berbalik. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Renjun datang dengan payung pelangi big size yang cukup untuk tiga orang.
"Jun."
"Kalo Lo mau sakit jangan abis dari acara OSIS deh, ribet nanti bokap Lo ngancem proker OSIS." Ucap Renjun dingin.
"Maaf."setelah terdiam lama akhirnya hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Jaemin. Benar kata Renjun, dia tidak boleh menjadi alasan teman-temannya kesusahan.
Renjun menghela nafas lelah, berhadapan dengan Jaemin memang agak menyebalkan. "Lo kalo mau minta maaf engga usah ikut kegiatan kaya gini lagi, gue engga peduli apa yang Lo cari di panti tapi seenggaknya engga usah ngilang tanpa kabar. Jeno nyariin Lo daritadi."
"Jun, Lo......."
"Gue denger tadi, bukan salah gue karena Lo ngomong di tempat acara. Lo mau denger saran gue? Engga usah cari kakak Lo, dia....... dia udah mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Фанфик"Kak, kalau suatu saat satu diantara kita diadopsi duluan...." "Engga ada kata kalau buat yang satu itu, satu diadopsi berarti diadopsi semua." -NCT DREAM FANFIC -*CW : FAMILY ISUE*