Part 11

2.4K 190 81
                                    

Pukul 04:30 pagi, remaja cantik bak titisan Dewi Aphrodite itu terbangun dari tidur lelapnya setelah jatuh tak sadarkan diri karena kelelahan. Dada bidang menjadi pemandangan pertama yang ditangkap oleh sepasang manik indahnya. Kepala mendongak, menatap lekat sosok yang menjadi cinta pertamanya dengan sendu.


Jemari lentik itu bergerak pelan, menyusuri setiap inci wajah tampan Sean yang tengah tertidur lelap. Mulai dari alis, mata, hidung, rahang dan berakhir pada bibir yang ranum.
Puas memandang, Yibo bergerak pelan melepaskan sepasang lengan kekar yang melingkari perut. Rasa perih pada hole-nya di bawah sana ditahan ketika hendak bangkit.

Kaki terasa lemas seperti jelly. Pinggang ramping nyaris patah saat digerakkan. Namun, bukan Wang Yibo namanya jika tidak keras kepala.
Tekad remaja cantik itu sudah bulat. Keputusan untuk memilih pergi dan menghilang tak bisa diganggu gugat oleh siapa pun.

Lekas bergegas, Yibo tahu tak memiliki cukup waktu untuk mengistirahatkan diri. Sebentar lagi, sang bagaskara akan terbit di ufuk timur. Itu artinya sosok yang tengah terlelap nyaman di sampingnya akan terjaga seperti biasa.

Mengabaikan rasa nyeri di area bokong dan pinggang, Yibo memungut kembali pakaian yang berserakan di lantai, lalu memakainya. Cairan putih kental milik Sean merembes ke luar membasahi paha dalam. Yibo tersenyum kecil sembari mengelus lembut area perut yang sedikit membuncit karena kebanyakan menelan sperma.

"Semoga saja kau tumbuh di dalam sini, Sayang. Mommy sangat mengharapkan kehadiranmu.”

Sebuah tas jinjing ditarik keluar dari lemari. Beberapa pasang baju miliknya dimasukkan ke dalam tas.
Yibo melangkah pelan menuju keranjang pakaian kotor. Mengambil beberapa lembar baju bekas Sean serta bingkai foto mereka yang terletak di atas nakas.

Selesai berbenah, Yibo kembali menghampiri ranjang king size tempat Sean terlelap. Sepasang mata indah itu berembun, siap menumpahkan muatan.

“Maaf, Ge.”

Dengan lancang, bibir bengkak itu bergerak memberi hisapan dalam di berbagai sisi leher. Menimbulkan ruam merah yang terlihat kontras dengan warna kulit Sean.

“Gege pasti marah melihat tanda ini.”

Kening sang dominan dikecup dengan jeda sedikit lama. Yibo tersenyum sendu lalu berucap, “Selamat tinggal, Ge. Didi ai ni.”

Semua barang mewah pemberian yang lebih tua ditinggalkan begitu saja. Ponsel, cincin berlian, kalung emas 22 karat, dompet beserta black card diletakkan di atas meja. Yibo hanya mengambil beberapa ratus yuan untuk menyewa flat sederhana nanti.

Dengan susah payah, sang remaja berjalan sembari menahan perih pada bagian belakangnya. Menyeret langkah dengan susah payah hingga tiba di lantai satu.

"Yibo, kamu mau ke mana?  Kenapa membawa tas seperti itu?" tanya Cheng Xiao yang baru saja ke luar dari dapur.

Bibir bawah digigit, Yibo bingung apa yang harus dikatakan sekarang. Ingin berbohong tapi itu bukanlah sifatnya. Bagi Yibo, kebohongan adalah suatu tindakan yang tercela. Sebagai anak yang menjunjung tinggi moralitas, Yibo pun memutuskan untuk berkata jujur. Toh, semua itu demi kebaikan bersama.

"Maafkan saya, Nyonya. Saya berniat pergi tanpa berpamitan. Saya tahu apa yang saya lakukan sangat buruk, tapi saya juga tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi. Saya merasa tidak pantas. Nyonya, tenang saja, saya tidak membawa harta benda apa pun dari rumah ini selain uang beberapa ratus yuan yang akan saya gunakan untuk menyewa tempat tinggal. Jika, Nyonya tidak percaya, Anda bisa memeriksa tas saya.”

My Baby Boo (Zhanyi) PDF Ready✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang