Mumpung ada ide aku up langsung.. moga kalian suka part ini🌝
***
Keluarga utuh tapi tidak pernah bahagia? Siapa lagi kalau bukan gue?
Luna
🌜🌜🌜
Kedua orang berbeda jenis itu akhirnya menghela napas lega setelah mendapat kabar dari dokter kalau Luna sudah membaik. Gadis itu terlalu banyak pikiran hingga kepalanya sakit. Ditambah lagi dari semalam gadis itu belum makan. Setelah mendengar informasi dari sang dokter, mereka langsung masuk kedalam, disambut senyum tipis dari wajah sayu Luna.
Ahh gadis ini, sakit pun masih bisa dia tersenyum. Seolah lupa dengan masalahnya yang buat dia dirawat disini.
"Gue takut banget kalau lo tidur. lo mah pingsan Mulu, belum juga setengah jam lu sadar malah pingsan lagi." Cerocos Tabitha begitu sampai dihadapan Luna.
Luna berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Gue baru sadar loh, bukannya peluk gue atau apa kek ini malah disembur ceramah dari lo."
"Lo pantas digituin. Lo gatau apa seberapa takutnya gue pas liat lo pingsan lagi, hah?!"
"Dan gue terpaksa telat ngampus karna si bekicot satu ni berisik. Untung aja gak congek an gue." Ujar Viko yang dibalas tatapan maut dari Tabitha.
Merasa tidak terima, Tabitha ambil ancang-ancang tinju namun gagal karena Viko langsung ngacir keluar kamar.
"Bangsat lu, enak aja ngata-ngatain gue bekicot. Gue bogem juga tuh mulut rombeng lu."
Luna tertawa pelan menyaksikan kedua orang beda gender itu yang menurutnya sangat lucu. Jadi keingat dulu awal mula dia kenal Viko, saat cowok blasteran itu mengganggu Luna.
"Kalian cocok, Napa ga jadian aja?"
"Hah?!"
***
Setelah dari rumah sakit, Viko langsung tancap gas ke kampus. Walaupun ia tau resikonya nanti ketika masuk kelas di jam mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia, yang dosennya paling killer sefakultas hukum dikampusnya.
Tapi dia tidak peduli. Toh dia bayar kan bukan gratis disini?Tidak jauh dari kelas, dia berpapasan langsung dengan abangnya Luna. Yeah, si Jerry. Musuhnya si Tom tikus buluq, katanya.
Namun sial, niat hati untuk buru-buru ke kelas tertunda karena Jerry menghadang nya.
"Di mana Luna?"
Beuhh singkat padat jelas ya bro.
"Gatau." Jawab Viko tak kalah singkat. Emang hanya dia aja yang bisa seperti gitu?
Jerry menatap tajam ke arah Viko. Bukannya takut malah tetap nyantuyy.
Emang lu pikir gw takut apa?
"Santuy aja natapnya bro, takut ntar bola mata elu menggelinding dilantai kan galucu."
Etdahh si Viko malah bercanda. Sabar brodii, ngadepin Viko harus perbanyak stok sabar.
Jerry berdecih. "Gausa banyak bacot. Dimana Luna?" Jerry kembali menanyakan hal yang sama ke Viko. Dan lagi-lagi dia tidak mendapatkan jawaban dari cowok itu.
Kesabaran Jerry sudah habis, tanpa ba bi bu cowok itu langsung memberikan Bogeman mentah ke arah Viko. Cowo itu pun tersungkur dengan sudut bibirnya ya terluka dan mengeluarkan sedikit darah. Tidak puas, Jerry menarik kuat kerah Viko lalu mendorongnya hingga ke dinding.
"Gue gak butuh basa basi Lo. Lo tinggal jawab dimana adek gue!"
Masih dengan raut wajah yang kelewat santuy, cowok itu menatap ke arah Jerry. "Setelah Lo nyakitin dia, Lo malah nyari dia? Mau Lo sakiti dia lagi? Kurang puas apalagi coba? Lo ga kasian apa sama adek lo sendiri?"
Viko tak habis pikir dengan isi otak cowok dihadapannya ini. Bisa-bisanya dia bertingkah seperti ini seolah merasa paling khawatir dengan kondisi Luna, padahal dia sendiri yang membuat kondisi gadis itu hari ini memburuk."Tau dari mana lo?"
"Ya jelas gue tau." Kali ini raut wajah santuy nya berubah jadi tatapan tajam dan sudut kiri bibirnya terangkat keatas. "Gue gak tau apa masalah lo sama dia apa sampai dia nekat tengah malam keluar dengan bawa koper, dan akhirnya pingsan dipinggir jalan. Untung gue langsung liat dia. Coba kalau ada preman, beuhh adek lo jadi santapan nikmat dan besoknya bakalan ga pw lagi."
Telinga Jerry seketika terasa panas mendengar kata ga pw dari Viko. Rahangnya mengeras, cengkraman tangannya di kerah cowok itu semakin erat, menampakkan urat nadinya yang terlihat jelas. "Jaga ucapan Lo anjing! Lo gak berhak hina adek gue!"
"Adek?" Kali ini Viko terlihat mulai emosi. Entah kenapa cowok yang berstatus sebagai Abang Luna ini membuatnya ingin melenyapkan cowok itu. Tidak habis pikir dengan keluarga Luna yang selalu menyakiti fisik dan mental gadis itu.
Dengan sekali hentakan, Viko berhasil melepaskan diri dan mendorong kuat tubuh lawannya. Gantian, Kini Viko yang mencengkram kuat kerah baju Jerry. "Kalau dia adek lo, Lo dari mana aja selama ini hah?! Kenapa Lo diam aja pas liat adek lo sendiri disakiti? Dan sekarang Lo gak terima kalau gue hina dia? Gak usah sok pahlawan deh, Lo sama keluarga Lo itu sama aja. Jadi gak usah sok peduli dengan Luna."
"Lo gak usah nyari-nyari dia lagi. Urusan Luna, biar gue urus. Gue cuma minta satu hal ke lo, dan gue harap lo segera menemukan titik terangnya." Jiko melepaskan cengkeramannya lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Jerry yang masih menatap tajam kearahnya.
"Untuk sekarang Luna ga mau ketemu lo. Tugas lo sekarang cari tau titik permasalahan antara orangtua lo dan Luna."
"Ah satu lagi. Lo awasi gerak gerik adek lo, siapa tuh namanya? Mar, Mariam, Meriam eh ya Merry, dan gue yakin lo pasti kenal sama pacarnya Luna kan? Gue curiga mereka ada hubungan tersembunyi dibelakang adek lo, Luna. Sebelum semuanya terlambat, atau lo akan menyaksikan kehancuran Luna selanjutnya. Good luck. Gue tunggu kabar baik lo." Setelah itu Viko meninggalkan Jerry yang diam membisu.
Hubungannya Merry dan Ferdo? Apa iya? Sedangkan selama ini gue lihat Ferdo selalu meratukan Luna dihidupnya.
Maafin gue, maafin gue yang gagal jadi Abang lo, pelindung lo. Gue janji, gue akan caritau masalah apa yang sebenarnya gue gak tau. Setidaknya ini sebagai bentuk permintaan maaf gue ke lo, dek.
Tunggu gue.
TBC
HIYAKKKK, AKHIRNYA AKU BISA UPDATE🤸🤸
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA. JANGAN LUPA VOTE SAIANG) Bukan anak broken home. Punya keluarga, serasa gak punya keluarga. Keluarga utuh, tapi kurang kasih sayang. Semenyedihkan ini gue sekarang. Dan itu yang buat gue mati rasa. Maaf, bukannya gue kurang...