Note : Female lead adalah OC (original character), visualnya bisa dilihat di part "Visualisasi". Cerita ini bukan cerita shipper BTS dengan idol lain.
🌸🌸🌸
Recommend to Listen :
The Boy is Mine - Brandy, Monica
Faouzia - Puppet
.
.
.Semua orang menyebutku gila karena aku tergila-gila pada atasanku di kantor. Sama halnya seperti seorang sasaeng yang tidak waras, aku bahkan selalu menguntit atasanku itu kemana pun dia pergi. Galeri foto di ponselku penuh oleh fotonya. Aku sering mencetak foto-fotonya, lalu memajangnya dalam ukuran besar di dalam kamarku.
Namanya Rei Taehyung. Dia tampan. Ralat, tepatnya sangat-sangat tampan. Kharismanya membuatku mati kaku. Setiap kulihat senyumannya, aku rasanya ingin memborgol tangannya lalu menculiknya diam-diam. Aku ingin menjadikannya hanya milikku. Aku tidak rela dia dimiliki orang lain selain diriku.
Hari ini aku diminta untuk mengantarkan berkas ke ruangannya. Kakiku bergetar, pandanganku juga selalu teralihkan oleh rasa gelisah yang makin menguat. Jujur saja... walaupun aku tergila-gila padanya. Namun usahaku tanpa nilai. Aku tidak berani memperlihatkan apa yang kurasakan karena aku selalu canggung jika bertemu dengannya.
"Permisi, Tuan. Aku ingin mengantarkan berkas," ucapku pada Taehyung yang duduk di kursi kerjanya.
Pria itu sedang tertidur dan aku masuk ruangannya setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali. Dia tak meresponsku. Lalu, aku masuk begitu saja. Ini benar-benar lancang, tapi mau bagaimana lagi? Aku tak sabar melihat wajah rupawanya. Sekarang dia menyuguhiku dengan wajah polosnya dengan mata terpejam. Seharusnya aku meletakkan berkas yang kubawa, kemudian keluar ruangan tanpa membangunkannya.
Tapi aku tak mungkin menyia-nyiakan kesempatanku. Taehyung dikenal sebagai atasan yang sangat berwibawa. Semua orang menyeganinya sehingga tidak ada satu pun yang berani masuk ke ruangannya tanpa izin Taehyung. Lagi pula sekretarisnya sedang ada urusan, maka dari itu aku disuruh mengantarkan berkas ini.
Aku menghampirinya, berjalan dengan perlahan agar langkahku tak membangunkannya. Kulihat di mejanya ada ziplock besar berisi botol-botol obat. Aku tahu kalau Taehyung punya penyakit jantung dan dia sangat ketergantungan dengan obat-obatan ini. Setelah meminum pil bewarna kuning itu, biasanya Taehyung akan mengantuk. Aku tersenyum, mencium wadah pil-pil bewarna kuning itu.
Pil ini adalah keberuntunganku. Karena aku bisa leluasa memotret wajah pria kesayanganku tanpa harus merasa malu. Aku mendekatkan wajahku sedikit ke wajah Taehyung untuk mendengarkan dengkuran kecilnya. Dia tidur sangat pulas, sampai tak sadar kalau salah satu tangannya menggantung ke bawah.
Aku mengambil ponselku, duduk di meja yang berada di hadapan Taehyung. Aku mulai memotretnya dari berbagai sisi. Aku juga menurunkan dasi yang dikenakannya. Tiga kancing teratas kemejanya sudah kubuka dan kini Taehyung terlihat sangat seksi. Aku kembali memotretnya dan sengaja menginjak pahanya.l agar aku bisa mengklaimnya di dalam foto yang kuambil.
Satu dua... tiga puluh. Ada tiga puluh foto Taehyung di galeri ponselku. Kurasa ini sudah cukup, ditambah memori ponselku juga mulai menipis sejak ada puluhan video Taehyung sedang buang air kecil di toilet. Aku kembali menatap Taehyung yang masih tertidur pulas. Satu kecupan mungkin cukup untuk hari ini. Aku pun mendekatkan diriku padanya, mengecup bibirnya sekali.
Ayolah, satu saja tidak cukup....
Akhirnya aku menciumnya. Belum ada lima detik, Taehyung menggerakkan tubuhnya. Tubuhku langsung kaku. Aku sampai menahan napas agar dia tidak bangun. Taehyung hanya menaikkan satu tangannya yang menggantung. Matanya tetap terpejam, hanya saja lidahnya menjilati bibirnya sendiri di mana hal tersebut sudah menjadi kebiasaannya. Aku senang. Kenapa? Secara tak langsung dia sudah menjilat bekas ciumanku.
Efek obat itu terlalu kuat sampai Taehyung tak sadar ketika aku duduk di pangkuannya. Aku menciumi leher, pipi, serta telinganya. Lima menit kuhabiskan untuk mengulang-ulang alur ciumanku hingga aku jenuh sendiri. Aku menunduk ke bawah, lalu tersenyum padanya.
Aku mulai berlutut di depannya. Tanganku membuka resleting celananya dengan perlahan. Gundukan yang kulihat membuatku merinding. Aku sudah pernah melihatnya, tapi aku belum pernah merabanya. Teksturnya kenyal dan lumayan besar dibanding kekasihku maupun pria-pria yang pernah tidur denganku. Aku tidak bisa membuka dalamannya, sehingga aku hanya bisa mengecupnya dari luar saja.
Ketika aku ingin mengecupnya untuk kesekian kalinya, aku merasa sesuatu menekan kepalaku ke depan hingga aku tersentak.
"Aku tidak tahu kau bisa seberani ini, Nona Kim."
Aku membisu, jantungku benar-benar ingin melompat begitu kulihat Taehyung menggerakkan tubuhnya. Tangan pria itu ternyata yang menekan kepalaku, lalu menarik daguku hingga kami bertatapan. Aku melihatnya sedang menatapku. Aku tidak tahu sejak kapan dia bangun. Namun, aku benar-benar takut. Aku tidak takut kalau dia memecatku, aku takut kalau dia menjauhiku dan menganggapku wanita murahan.
Taehyung melirik resleting celananya yang terbuka. "Aku akan melaporkanmu ke polisi. Ini sudah masuk dalam tindak pelecehan."
Aku hanya bisa meneguk salivaku. Mulutku terkunci rapat.
Pria itu mengambil ponselku lalu membukanya. "Kata sandinya?" tanyanya.
Aku diam.
"Aku bertanya padamu."
"Tanggal lahirmu," jawabku gugup.
Taehyung tertawa. Dia melihat-lihat isi galeri fotoku. Aku mulai berkeringat dingin, tenggorokanku juga kering. Kulihat dia seperti menekan layar ponselku beberapa kali. Ya, sepertinya dia melihat semua foto serta video-videonya, lalu menghapusnya.
"Maaf," ucapku. "Maafkan aku."
Taehyung menyodorkan ponselku. "Kau pikir cukup hanya dengan mengatakan maaf?"
Aku memberanikan diri menatap mata elangnya. "Kau akan melaporkanku ke polisi?"
"Tentu saja, kau sudah keterlaluan. Kau merusak privasiku. Kau juga berani menyentuhku tanpa izin," katanya.
Aku kembali menunduk. "Baiklah. Aku siap menerimanya."
Lagi-lagi tawanya menggema diruangan. "Aku kira kau akan memohon padaku untuk tak melaporkanmu. Tapi, ternyata kau menerimanya dengan lapang dada." Taehyung mencengkeram lengan tanganku, menuntunku secara perlahan untuk berdiri.
"Kau tahu aku sudah punya kekasih?" tanyanya.
Satu anggukan kepalaku menjawab pertanyaannya. Dia kembali menarik daguku.
"Begini saja, aku akan memaafkanmu dan tidak akan melaporkanmu ke polisi. Tapi aku... punya syarat yang harus kau penuhi."
"Syarat apa?" tanyaku.
"Aku ingin kau mendonorkan jantungmu untukku."
Aku mundur satu langkah dan menatapnya datar. "Aku harus mati untuk itu."
"Iya," jawabnya singkat. "Tidak perlu terburu-buru. Aku menunggu jawabanmu sampai lusa. Dan, pikirkan lagi jika aku sampai membawamu ke hukum, maka kau akan dipermalukan seumur hidupmu."
.
.
.TBC.
Note : Ini short story, jadi per part 500- 2000 kata doang. Ada 3 part, dua part selanjutnya langsung diupdate setelah ini. Ini nulis sesuai apa yg pengen saya tulis aja soalnya hasil gabut waktu itu pas nunggu kereta. tapi ini udh dirapiin lagi. Gadetail banget, yang mau baca dipersilahkan....
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Yours, but Mine [M] ✔
Fanfiction[Short Story] Aku menyukainya, tidak ada yang boleh memiliki Rei Taehyung selain diriku. Kuharap perasaanku tersampaikan, walaupun aku sudah memiliki Gwon Jungkook sebagai kekasihku.