Bab 6 Berbeda

6 2 0
                                    

DI sisi lain, Mawar sudah siap dengan kemeja ungu muda, celana panjang kain berwarna dongker, pan shoes ungu pekat dan tas ransel hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DI sisi lain, Mawar sudah siap dengan kemeja ungu muda, celana panjang kain berwarna dongker, pan shoes ungu pekat dan tas ransel hitam. Saat beranjak keluar dari kamarnya, tiba-tiba kedua adiknya sudah menyambut dengan wajah penuh keceriaan. “Cie, cie, pagi-pagi udah rapi aja. Gak sabar ya, mau ketemu calon pacarnya,” goda Dimas dan Melati hampir serentak. Mawar mengernyitkan keningnya ketika mendengar ucapan kedua adiknya.

“Halah! Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu,” goda Dimas sekali lagi, sambil mengibaskan tangannya ke arah Mawar.

“Bapak calon sastrawan terbaik Indonesia, saya tidak mengerti maksud anda,” jawab Mawar berbalik menggoda adiknya, namun dengan nada dan mimik wajah yang seakan-akan serius, lalu menerobos keluar dari kamar.

“Nona Mawar Kartini Putri pergi bersama Tuan Rudi Abraham Wijaya ke acara Gala Dinner Keluarga Besar Wijaya sebagai pasangannya pada malam minggu kemarin, alias dua hari yang lalu. For your information!” ujar Melati panjang lebar dengan setengah berteriak agar dapat di dengar Mawar. Mawar yang tengah menuruni anak tangga membalikkan badan ke arah kedua adiknya. Mereka yang tadi serempak mengikuti langkah Mawar dari belakang pun berhenti. “Ngarang cerita dari mana sih?” tanya Mawar berusaha menyembunyikan kebenarannya.

“Ya ampun, Kak. Masih mau ngelak? Itu bukan ngarang tapi kenyataan. Siapa sih seisi rumah ini yang gak tahu?” Dimas melebih-lebihkan ekspresi dan nada bicaranya.

“Tapi pergi Gala Dinner bukan berarti calon pacar ‘kan?” elak Mawar lagi membela diri.

“Lelaki tampan, pemilik perusahaan, keluarga terpandang, baru dikenal beberapa minggu. Tiba-tiba ngajak pergi ke Gala Dinner sebagai pasangan. Apa itu belum cukup jadi alasan?” lanjut Melati tak mau kalah.

“Alasan apa?” elak Mawar datar.

“Apalagi kalau bukaaannn...,” lanjut Melati lantas bernyanyi, “Pandangan pertama saat aku berjumpa.”

“Bu, ibu melahirkan anak lengkap ya. Ada sastrawan, penyanyi dan pembangun bangsa,” kata Mawar lagi-lagi mengalihkan pembicaraan mereka.

Bu Merlin hanya tersenyum menjawab ucapan Mawar, yang ternyata sudah berdiri di dekat tangga di lantai dasar.

Tiba-tiba Dimas tersenyum seperti mengingat sesuatu, “Kayak apa kemarin, Dek? Prince William and Kate Middleton. Hahaha...,” kali ini Dimas menggoda adiknya. Melati melotot ke arah kakaknya sambil mencubit-cubit lengan kakaknya.

“Apa sih pendongeng sosialita?” goda Dimas sekali lagi, sambil meringis kesakitan. Berganti Dimas dan Melati justru bergelut manja sambil berjalan menuju dapur.

🔥🔥🔥

KEMBALI ke ruang tamu Angie.

“Marsha... Kamu mau menolong Angie ‘kan?” desak Ibu Andinata lagi. Marsha mengangguk, ia tampak masih bingung apa yang harus dikatakannya pada ibunda Angie ini.

Sure, It's a Truly Love [On Going - Segera Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang