flasback:
Dulu waktu Gibran masih kecil dia terombang ambing tak terurus. Hingga pada suatu hari dia dipertemukan dengan sepasang suami istri yang belum mempunyai anak dan mereka mengangkat gibran menjadi anaknya,untuk memancing istirnya supaya mempunyai anak.
Namun tak lama ia dikembalikan kembali ke orang tua kandungnya. Sampai ia berumur 7 th dan memasuki sekolah dasar dengan beralasan sendal jepit dan tas yang hanya sebuah kantong keresek hitam yang diikat menggunakan tali rafia dibentuk seperti tas untuk menyimpan buku bukunya.
Sedikit iri melihat teman sebayanya menggunakan tas bagus dan sepatu keren. Namun Gibran selalu bersyukur dalam hati kecilnya selalu berbicara "tak apa yang penting aku bisa bersekolah seperti teman teman ku dan aku bisa membaca dan menulis."
Flasback of:
Gibran yang sekarang berumur 12th harus bersekolah dan lontang lantung dijalanan mencari sesuap nasi sendiri berjualan kantong kresek,dan menjadi tukang kuli panggul. Ia harus bekerja karna jika dia ingin sekolah maka dia harus membiayai sekolahnya sendiri. Sejak Bundanya menikah lagi Gibran seperti anak yang terbuang dan tidak dianggap keberadaanya,mungkin kalau Gibran meninggal dijalanpun ibunya tak akan pernah mencarinya lagi.
"Asslamu'alaikum bunda gibran pulang."dengan baju seragam yang lusuh gibran memasuki rumahnya dan membawa uang yang sudah lecek karna di genggam erat olehnya dan dia mengulurkan tanganya untuk bersalaman dengan sang bundanya.
"Wa'alaikumsalam,cepet mandi sanah bau sampah tau ga!!jangan sampai rumah saya ikur bau ya!" Menatap sendu ke tangan mungilnya,tak tersentuh sedikitpun bunda nya sama sekali tak mau bersalaman dengan nya
"Iya bun."Perut Gibran berisik sekali dia sangat lapar karna dari semalam dia tak dikasih makan oleh sang bunda. Iya coba berjalan menuju tutup saji yang tersedia di atas meja makan,membuka perlahan dengan harapan ada makanan yang bisa ia makan. Nihil dia tak menemukan apapun padahal tadi dia lihat ibu bersama keluarga tirinya itu makan ayam yang enak. Akhirnya dia hanya meminum segelas air untuk mengganjal laparnya.
Karna malam tadi Gibran tidak makan pagi inipun ia berharap semoga masih ada sisa makanan yang bisa ia makan untuk sarapan pagi ini. Bergegas dia menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan berharap sang bunda menawarkan sarapan kepadanya.
"Gibrann tolong bunda cuci piring sama cuciin baju,dan tolong setrika baju ayahmu dimeja setrika."
"Baik bun,tapi Gibran lapar boleh Gibran masak telor ini dulu bun?"
"Kalo mau makan selesaikan tugasmu dulu,jangan males kamu ya!"
Gibran hanya terduduk lesu dan mematuhi perintah sang ibu. Bergegas dia menyelesaikan tugas rumahnya supaya ia bisa cepat makan."Selesai,sekarang tinggal baju ayah. Tapi aku lapar apa aku goreng telor sambil menggosok baju ayah,pasti boleh toh yang penting perkerjaanku selesai." Dengan hati gembira menunggu telor mata sapinya matang Gibran pun menyetrika baju sang ayah tiri.
"Hmm baunya enak banget."buru buru gibran menuju dapur ternyata telor mata sapinya sudah matang.
"Enakk bangettt huh yammy!!""Gibrannn ini kenapa baju ayah bolongg hah!!kamu sengaja?"dengan hati emosi yang meledak ledak sang ayah tiri mengomeli gibran dimeja makan,menghempaskan telor mata sapi yang sedang ia makan.
"Maaf ayah Gibran lupa mengangkat setrikaanya,Gibran laparr banget yah maaf."
"Maaf katamu?ini baju kemarin baru saya belii!!sini kamu sinii!!"dengan hati yang memburu sang ayah tiri menyeret Gibran ke dapur dan menyiramnya dengan air panas.
"Ayah ampun ayah,panas yah ampun sakitt khiss khiss."Gibran menangis kesakitan sang bunda yang ia harap bisa menolongnya hanya terdiam tak berkutik tak ada raut wajah kasian terhadap gibran.Sejak kecil Gibran sudah terbebani urusan rumah,belum dia harus kerja untuk biaya sekolahnya sendiri sedangkan dia masih sekolah waktunya sangat terpecah belah.Dia kadang menggerutu kenapa?apa salahnya?memang aku kenapa?kenapa harus aku?
hai gaes gimana sampai sini?MAAF YAA KALO BANYAK TYPO!!kalian bisa kasih kritik sarannya kok!happy reading!!!!Jangan lupa vote sebanyak banyaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN
Novela Juvenil[HARAP FOLLOW AUTHOR SEBELUM MEMBACA] Sebuah cerita seorang pemuda yang sejak kecil tak mendapat sebuah kasih sayang seorang ibu dan ayah. Dimana harus nya ia tumbuh dengan kasih sayang dan perhatian penuh dari orang tua,namun kenyataan pahit harus...