09. Hantu Malam

483 136 20
                                    

Diharapkan untuk vote terlebih dahulu sebelum membaca.

Aeris dan kelima anggota timnya sedang meneduh dari hujan yang turun membasahi negeri yang mereka pijak. Untung saja mereka tidak terlambat memakai pakaian Edith, karena hujan yang turun sangat deras.

Pakaian tersebut berwarna hitam dengan nomor anggota di bagian dada kanan. Tak hanya pakaian, ada semacam helm yang melindungi kepala mereka. Helm tersebut bisa berfungsi untuk alat komunikasi antar anggota, juga suara dari luar helm pun tidak akan terdengar.

"Kapan kita akan melanjutkan perjalanan?" tanya Aeris. Ia menatap Loria walau terhalang helm di antara keduanya.

"Kita tunggu hujan mereda. Akan lebih aneh jika kita pergi ke permukiman dengan pakaian seperti ini. Bisa-bisa kita dikira makhluk lain," jawab Loria.

Aeris mengangguk. "Baiklah."

Aeris pun menyenderkan tubuhnya pada batang pohon yang kokoh, ia melihat hujan yang membasuhi sekelilingnya. Bicara tentang hujan, rasa trauma Aeris pada hujan sekarang sudah membaik, ia sudah bisa mendengar suara hujan dengan tenang walau sesekali teringat dengan kecelakaan tersebut.

Menurutnya, jika terlalu lama terjebak di dalam rasa traumanya, ia akan menyusahkan orang lain di sekelilingnya, Aeris tidak mau itu. Jadi, ia berusaha untuk setidaknya mengurangi rasa traumanya.

"Tapi sepertinya hujan akan turun lama, Kak. Ini juga sudah mulai malam," ucap Redeia. Benar yang dikatakan Redeia, langit sudah mulai gelap, ditambah lagi hujan sedang turun.

Loria terdiam, sepertinya sedang memikirkan sesuatu. "Aku akan mencari apakah di hutan ini ada gua atau tidak untuk perlindungan kita." Loria berdiri, bersiap untuk pergi mencari gua.

"Aku ikut! Tidak mungkin kau pergi sendiri." Helios tiba-tiba menyahut dan ikut berdiri.

"Baiklah. Kalian tetaplah di sini, jika ada apa-apa langsung hubungi aku atau Helios. Mengerti?"

"Mengerti, Kak!"

Loria dan Helios beranjak pergi meninggalkan Aeris dan ketiga anggota tim lainnya.

"Omong-omong, kita menyender di pohon seperti ini tidak akan membuat kita tersambar petir bukan?" ujar Redeia, tidak ada yang menjawab. Namun, dengan bersamaan, mereka berempat menggeser tubuh mereka masing-masing ke depan.

"Semoga saja Kak Loria dan Kak Helios menemukan gua," ucap Navulia yang diangguki ketiga anggota lainnya.

•••

Awan hitam mulai menumpahkan isinya di kawasan Daniswara. Mendengar suara air hujan yang jatuh membuat Valendra yang berada di kamarnya langsung menoleh ke arah jendela. Raja dari Kerajaan Hanasta tersebut memandang kosong air hujan yang membasahi sekeliling kerajaan.

Valendra menyenderkan badannya ke kursi di belakangnya. Ia memejamkan matanya lantas mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.

Valendra tidak pernah merasa seperti ini, ia hampir menyerah, namun, demi warganya, ia tidak boleh menyerah. Inilah sisi Valendra yang tidak terlihat oleh warga Hanasta, raja mereka itu sebenarnya akan melakukan apa pun demi kenyamanan hidup mereka.

Ia membuka kedua matanya lagi, lantas menghela napasnya. Saat ini, Hanasta dan beberapa daerah lainnya sedang ada masalah, mereka diserang oleh sekelompok penjahat. Kelompok tersebut sering merusak barang-barang warga di pasar, bahkan ada beberapa warga yang hilang, kemungkinan karena ditangkap oleh kelompok penjahat tersebut.

Edith: RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang