Langit masih gelap ketika Tami sampai di sebuah gedung apartment di mana Tama tinggal. Ia melangkah dengan riang masuk ke dalam gedung. Ia sempat menyapa security yang bertugas di sana. Ya, Tami memang sudah terbiasa lalu lalang di apartment Tama. Semenjak mereka resmi menjadi sepasang kekasih, tempat favorit mereka untuk berkencan adalah apartment Tama.
Tami sudah merasakan jika gerak geriknya sedang diperhatikan oleh seseorang, sehingga ia menjadi sangat berhati-hati jika melakukan sesuatu. Sehingga ia lebih memilih untuk berkencan di tempat-tempat dengan tingkat keamanan yang tinggi seperti apartment Tama. Atau jika sangat terpaksa mereka harus berada di ruang publik, Tami akan mengajak teman-temannya yang lain. Tama sempat curiga dengan perilaku Tami yang lebih memilih bertemu di apartment Tama dibanding berkencan ke tempat-tempat umum lainnya seperti nonton film di bioskop atau makan malam romantis di sebuah restoran. Awalnya Tama mengira jika Tami melakukan hal itu demi menjaga perasaan Aufar yang masih menjadi tunangan pura-pura wanita itu. Tetapi, dengan sangat meyakinkan Tami beralasan jika ia hanya ingin bermesraan saja dengan Tama, sehingga ruang tempat-tempat umum tersebut bukanlah pilihan yang tepat. Biarlah Tama menganggapnya wanita mesum, karena ia tidak punya alasan lain.
Tami berhasil masuk ke dalam apartment Tama dengan sangat mudah. Ia masuk ke dalam apartment dan segera menuju kearah dapur. Ia sudah membawa bahan makanan yang akan ia olah di apartment pria itu. Tami sengaja ingin memberikan Tama kejutan karena baru kembali dari Singapura kemarin dan ia sengaja tidak ingin memberitahu Tama. Selama berada di Singapura, Tama selalu saja menghubunginya, baik chat maupun video call dan ia selalu mengatakan jika ia rindu pada Tami.
Tama memotong sayuran sambil bersenandung kecil mengusir rasa sepi di apartment itu. Kamar Tama terbuka, memperlihatkan pria itu yang keluar kamar dengan mata setengah tertutup. Tami awalnya ingin menyapa, hanya saja penampilan Tama saat itu membuatnya terperangah. Pria itu keluar dari kama hanya mengenakan boxer saja. Tami bisa melihat dengan jelas bentuk tubuh pria itu, yang sudah pasti membuat tangan Tami gatal untuk menyentuhnya.
Sementara Tama terus mendekat, tatapan mata mereka bertemu, tetapi Tama hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tertawa kecil. "Segitu kangennya gue sama Tami, sampai ngehalu gini," ucapnya.
Tama lalu berhenti di depan lemari es, ia kemudian mengambil botol air dan meminumya dengan santai. Ia memilih menghiraukan keberadaan Tami yang masih fokus memandangnya. Dahinya sedikit mengernyit ketika melihat hasil sosok yang ia kira hasil halusinasinya berjalan mendekat. "Kok kayak beneran yah?" gumamnya.
Tami yang Sempat beradu pandang dengan Tama, mengira pria itu akannsadar dengan kehadiran dirinya. Namun, ketika mendengar gumaman dan Tama yang kini terlihat menghiraukannya, membuat Tami nekat untuk mendekati pria itu. Tujuan wanita itu apa lagi jika bukan menyentuh dada Tama yang sejak tadi seolah memanggil-manggilnya untuk ia sentuh. Tatapan mereka berdua kembali saling menatap, ketika Tami berjalan mendekati Tama. Ia kini sudah berdiri tepat di depan Tama, tanpa perlu repot-repot meminta izin, ia sudah meletakkan tangannya di dada pria itu dan mengelusnya dengan gerakan seduktif.
Tama merasa seperti terkena sengatan listrik ketika tangan Tami berhasil menyentuhnya. Terlebih gerakan wanita itu yang mengelusnya dengan perlahan, berhasil membangkitkan kesadarannya. Ini gak mimpi, Tam. Tami memang ada di sini! Pikirnya. Mata Tama membulat, refleks pria itu menyemburkan air yang tengah ia minum ke wajah Tami tanpa sengaja. Membuat wanita itu menghentikan gerakannya dan menatap Tama dengan tatapan terkejut. "Ma-maaf, Mi." Tama buru-buru menyeka wajah Tami dengan telapak tangannya dengan panik.
Namun, menyadari tangan Tami masih betah berada di dadanya, membuat Tama buru-buru masuk ke dalam kamarnya, ketika menyadari ia hanya menggunakan boxernya saat ini. Melihat itu Tami memandang kepergian Tama dengan tatapan kesal. Segera ia mengambil tisu untuk menyeka wajahnya yang basah akibat ulah Tama. Ia menghentak-hentakkan kakinya kesal seraya melangkah ke ruang TV. Moodnya untuk memasak sudah hilang entah ke mana. Ia yang awalnya ingin memberikan kejutan pada Tama justru lebih terkejut dengan apa yang pria itu baru saja lakukan padanya.
Tami melirik pintu kamar Tama yang terbuka, dapat ia lihat pria itu keluar kamar sambil membawa handuk. Tampilan Tama kali ini sudah lebih tertutup dari sebelumnya. Ia mengenakan kaos berwarna gelap dan celana panjang berwarna senada. Wajahnya tampak menunjukkan rasa bersalah ketika menatap wajah Tami. "Sayang, maaf. Aku gak sengaja tadi," sesalnya seraya mengusap handuk di tangannya ke rambut Tami yang juga basah. Sementara Tami masih memasang wajah juteknya pada Tama.
Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Meet (Complete) Move To Fizzo
Chick-LitMenjadi seorang pria tampan, berpendidikan tinggi dan memiliki konsultan hukum miliknya sendiri, memiliki itu semua tidak serta merta membuat seorang Pratama Aprilio mudah mendapatkan pasangan. Walaupun banyak wanita yang rela melakukan apapun demi...