Bab 86

18 18 1
                                    


Tami baru saja berjalan keluar sebuah restauran. Jadwalnya hari sungguh padat. ia baru menyelesaikan meeting dengan klien ketika hari sudah mulai gelap. Saat masuk ke dalam mobilnya, Tami merasakan adanya getaran di dalam tas. Ia pun segera mengecek ponselnya yang sedari tadi ia pasang mode getar. Dahinya berkernyit ketika melihat ada banyak panggilan di ponselnya dari nomor tidak dikenal. Ia berusaha mengingat-ingat nomor siapa yang menghubunginya. Tidak lama kemudian, ponselnya kembali bergetar, ia pun segera menjawab panggilan tersebut.

"Halo. Maaf, ini siapa yah?"

"Saya dari butterfly, Mba," jawab seorang pria seraya menyebutkan nama sebuah club malam.

"Iya, ada apa Bapak menghubungi saya?" tanya Tami kepada orang disebrang sana dengan nada bingung.

"Saat ini Pak Aufar, tunangan Anda, tengah mabuk berat, beliau membuat kegaduhan. Pak Aufar meminta saya menghubungi Mba untuk menjemputnya." Kalimat yang Tami dengar seketika itu juga membuat napasnya memburu. Ada apa dengan pria itu? Bukannya kita sudah putus? pikir Tami. Ia pun segera mengendarai mobilnya menuju tempat yang pria tadi katakan.

Sejujurnya Tami panik saat ini. Ia pikir setelah memutuskan Aufar karena kesalahan pria itu, hubungan di antara mereka turut berakhir. Nyatanya, pria itu masih menganggap hubungan mereka terus berlanjut, dan parahnya Aufar membuat kegaduhan di depan umum sambil menyebutkan namanya.

Tami mencoba menghubungi Sheryl, entah mengapa ia merasakan perasaan yang tidak enak saat itu. Mungkin jika ia bertemu dengan Aufar bersama dengan Sheryl, pria itu tidak akan berani macam-macam atau melakukan hal-hal yang nantinya menyusahkan Tami. Nada sambung sudah terdengar beberapa kali, tetapi Sheryl belum juga menjawab panggilan Tami. Hingga panggilan yang ke berapa kali, Sheryl tidak juga menjawab panggilannya, hingga Tami memutuskan untuk berhenting menghubungi wanita itu.

Sepanjang jalan Tami mengumpat kesal pada setiap mobil yang menghalangi jalannya. Ketika mobilnya sampai di tempat tujuan, ia pun turun dan masuk dengan terburu-buru ke dalam club. Mata Tami menatap liar sekeliling club mencari keberadaan Aufar.

Tampak adanya kegaduhan yang terjadi di dalam club, tanpa pikir panjang Tami langsung merangsek maju ke dalam kerumunan. Ternyata Aufar ada di sana, tengah meracau tidak jelas. "Cewek gue, Tami. Selingkuh, makanya dia minta putus dari gue. Dia harusnya terima kasih sama gue, karena udah bantu dia keluar dari masalah dia yang memalukan." Tami menelan salivanya susah payah begitu mendengar ocehan Aufar. Bisa gawat jika Aufar terus menerus dibiarkan mengoceh. Bisa-bisa semua rahasia anatara dirinya dan pria itu akan terbongkar.

Tami masuk ke dalam kerumunan, ia berusaha semakin dekat dengan Aufar. Sudah banyak orang-orang yang merekam kejadian itu. Membuat Tami berusaha secepat mungkin menarik pria itu. "Tapi walaupun dia jahat, gue cinta banget sama dia." Tami nampak muak melihat sikap Aufar yang seolah-olah mencintainya di depan banyak orang. Padahal, Tami sudah tahu semua kebusukan pria itu. Jika tidak mengingat nama baiknya akan rusak karena perilaku Aufar saat ini, mana mungkin Tami akan bersusah payah menemui pria itu. Biar saja pacar pura-puranya itu di lempar ke jalan oleh security karena berbuat kegaduhan.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang