Bab 91

38 19 1
                                    


"Kamu gila Sekar! Dia keponakanku. Tega kamu berbuat kayak gitu sama Tami!" Soraya yang sedari tadi menahan emosi agar tidak terlibat pertengkaran dengan Sekar, mengingat sang keponakan sedang dalam keadaan koma, mendadak berteriak lantang ketika mengetahui Sekar adalah dalang di balik kecelakaan Tami. Ia tidak menyangka, jika wanita di hadapannya ini bisa bertindak sejahat itu pada Tami.

Mendengar Soraya berteriak di hadapannya, memicu amarah Sekar meledak. Terlebih posisinya yang sudah terpojok, membuatnya tidak bisa lagi membela diri. Video rekaman CCTV mobil Tami dan percakapan antara dirinya dan Rendra, sudah bisa menjelaskan semuanya. Ia tidak punya kesempatan untuk berkelit. Pada akhirnya Sekar memilih untuk mengatakan semuanya. Toh, tidak ada lagi alasan yang bisa ia lontarkan agar ia terbebas dari segala tuduhan.

"Iya. Semuanya memang rencana yang aku buat. Ini semua gak akan terjadi kalau Syarif tidak berusaha menguasai perusahaan keluarga untuk dirinya sendir dan membuat Mas Faisal meminta cerai!" Sekar berteriak dan menatap Syarif dengan nyalang. Dendam dan amarah yang ia pendam bertahun-tahun lamanya, kini ia tumpahkan semuanya. Bukan tanpa alasan ia menjadikan Tami sebagai targetnya. Baginya semua perbuatan Syarif yang telah merusak keluarganya harus ia balaskan. Satu-satunya orang yang bisa ia jadikan sasaran untuk balas dendamnya adalah Tami, anak Syarif.

"Apa? Mas Syarif ingin menguasai perusahaan? Kamu gak salah bicara? Itu perusahaan keluarga kami, dan Syarif adalah anak lelaki satu-satunya di keluarga kami!" Soraya berbicara tidak kalah lantang. Ia tidak terima jika Sekar kini menuduh Syarif sebagai alasan ia melakukan semua perbuatan jahatnya.

"Aku juga anak Ibu dan Bapak! Tetapi kenapa hanya aku yang disingkirkan dari perusahaan? Bahkan kalian juga mengusir Mas Beni, sehingga aku jadi seperti ini." Sekar menatap Soraya tajam. Ia sudah terlanjur merasa sakit hati. Bagaimana pun Sekar merasa dirinya punya hak atas perusahaan. Tetapi mengapa dirinya seolah diusir begitu saja, bahkan suami Sekar pun juga didepak dari posisinya sehingga memilih menceraikan wanita itu. Ini tidak adil bagi Sekar.

"Kamu bukan anak Bapak dan Ibu." Ucapan yang Soraya lontarkan membuat Sekar dan Rendra terdiam. Ia cukup syok mendengar apa yang Soraya ucapkan.

"Jangan mengada-ada kamu, Soraya. Aku anak Bapak dan Ibu. Jangan asal bicara kamu!" ucap Sekar dengan nada penuh amarah. Ia tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh Soraya.

"Kamu perlu bukti? Kamu itu hanyalah anak adopsi Bapak dan Ibu?" tantang Soraya seraya menatap wajah Sekar dengan tatapan menantang.

"Kamu itu anak yang Bapak adopsi karena kasihan. Bapak kamu itu meninggal karena bunuh diri akibat hutang dan ibu kamu kabur gitu aja ninggalin kamu. Kamu ingat? Dulu Bapak dan Ibu sering mengajak kamu mengunjungi makam seseorang tanpa kami? Itu makam Ayah kamu!" teriak Soraya di depan wajah Sekar. Kilas balik ketika mereka kecil muncul dalam benak Sekar. Dulu sewaktu ia kecil, Ibu sering mengajaknya mengunjungi makam seorang pria. Ia tidak pernah bertanya itu makam siapa karena berpikir itu adalah salah satu kerabat mereka. Tetapi anehnya, hanya ia yang diajak oleh Bapak dan Ibu ke makam itu.

"Kamu sadar kan kalau usia kan kalau beda usia kamu dan Mas Syarif hanya terpaut enam bulan? Kamu gak aneh dengan fakta itu?" tanya Soraya lagi. Sekar hanya diam membisu. Sekar menyadari sesuatu. Usianya dan Syarif yang hanya berjeda beberapa bulan, membuat dirinya dan Syarif harus bersekola di kelas yang sama. Mengapa ia tidak menyadari hal itu? atau mungkin ia memang menutup mata akan kenyataan seperti itu, karena sedari dahulu banyak yang menyangsikan dirinya adalah anak kandung dari keluarga Bagaskara saking tidak adanya kemiripan di wajah mereka.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang