Suhyeok dan Namra duduk terdiam pada sebuah bangku di atap sekolah. Namra mengarahkan pandangannya lurus kedepan. Pikirannya seakan kosong. Ia tak menghiraukan Suhyeok yang berada di sampingnya.
Sesekali Suhyeok menatap Namra, memastikan keadaan kekasihnya yang masih tertekan. Ia tak berani bertanya terlebih dahulu. Ia menunggu agar Namra sendiri yang mulai berbicara.
Detik berlalu begitu cepat. Mereka masih sama-sama terdiam. Suhyeok melirik Namra sekilas dan Namra tetap memandang pada satu arah tanpa beralih kemana pun.
"Aku tidak tahu bagaimana perasaanmu sekarang. Aku juga tidak bisa melarangmu untuk berhenti bersedih. Aku hanya ingin bilang, bahwa kejadian ini tidak akan membuat hidupmu berakhir" ucap Suhyeok, pada akhirnya ia memulai pembicaraan karna tak nyaman terlalu lama dalam situasi hening. Mendengar hal tersebut, Namra menoleh ke arah Suhyeok secara perlahan. Ia mulai mencerna setiap kalimat yang dikatakan oleh kekasihnya tersebut.
"Ini mungkin menjadi pengalaman pertama bagimu. Aku paham bahwa kau sangat tertekan. Tapi, mendapat peringkat kedua tidaklah buruk Namra. Kamu sudah sangat hebat!" ucapnya lagi sambil meraih telapak tangan Namra.
"Nilaimu tetap diatas rata-rata, hanya selisih beberapa poin dari peringkat pertama. Anggap saja kali ini kau hanya belum beruntung. Kau bisa buktikan nanti pada ujian masuk universitas. Aku yakin semua usahamu tidak akan sia-sia"
Namra tertegun mendengar ucapan Suhyeok. Ia tak menyangka bahwa seorang Suhyeok akan mengatakan sebuah kalimat yang sangat bijak. Degup jantung Namra yang bergemuruh, perlahan mulai tenang.
Sejujurnya semua kekecewaan terhadap dirinya sendiri bukan hanya tentang peringkat, namun tentang bagaimana nasib hubungannya dengan Suhyeok. Pikiran Namra terus dihantui dengan bayangan betapa marahnya ayahnya nanti saat tahu bahwa ia tak menempati peringkat pertama. Dan pikirannya semakin kacau saat membayangkan jika ayahnya memaksanya untuk putus dari Suhyeok.
"Ayolah! Semua akan baik-baik saja Namra" seru Suhyeok mengusap pelan punggung tangan Namra.
"Terima kasih" ucap Namra sambil tersenyum. Ia berusaha menyembunyikan segala kekhawatirannya dari Suhyeok.
***
Jinyoung langsung berdiri dari bangkunya begitu tahu Namra masuk ke kelas. Namun ia sempat menghentikan langkahnya saat tahu bahwa Suhyeok berjalan bersama Namra.
Seluruh siswa mengikuti arah pandang Jinyoung, mereka menatap Namra. Beberapa siswa mulai berbisik. Namun Namra tak menghiraukannya. Ia hanya terus berjalan menuju bangkunya diikuti oleh Suhyeok yang juga mulai duduk di bangkunya. Mata Suhyeok tak berhenti menatap Jinyoung yang mulai mendekati Namra.
"Namra-yaa..." panggil Jinyoung dengan lembut. Ia mulai duduk di depan Namra.
"Ada apa?" tanya Namra dengan santai.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jinyoung penasaran.
"Tentu saja" ujar Namra sambil tersenyum. Ia harus menyembunyikan kekecewaannya dihadapan Jinyoung.
"Sungguh?" ucap Jinyoung memastikannya sekali lagi.
"Iya Jinyoung" ucap Namra lagi berusaha meyakinkan.
"Syukurlah..."
"Aku benar-benar merasa bersalah. Maafkan aku Namra" ucap Jinyoung menatap Namra."Kenapa harus minta maaf. Kau tidak salah apapun"
"Tetap saja aku bersalah, Namra"
"Tidak Jinyoung"
"....."
Namra dan Jinyoung masih terus berbincang. Jinyoung terus meminta maaf kepada Namra karna merasa bersalah. Padahal Namra tak merasa seperti itu. Ia sudah mulai melupakannya. Pembicaraan mereka juga diselingi candaan, hingga sesekali Namra ikut terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smart GF and Cool BF
RomanceNamra, gadis yang selalu membatasi diri dari siapapun akhirnya tidak bisa mengelak perasaan yang ia rasakan. Takdir mempertemukannya dengan seorang pria yang bernama Suhyeok. Beberapa kejadian membuat hidupnya yang tenang berubah menjadi rumit. Cho...