Chapter VII

2 0 0
                                    

Kamel

March 7th, 2021

Di Rumah Sakit A, ruang no 6 ya

7:58 PM

Yesterday

Mel, aku udah sampe Indonesia nih

2:16 PM

Hi Mel, tadi aku udh ke RS

6:05 PM

Ketemu tante Lia jg

6:05 PM

Aku ga lihat kamu disana tadi

6:06 PM

Bsk kamu mau ke sana ga?

6:06 PM

Today

Mel?

7:10 AM

Aku mau otw ke RS jam 10an nanti

7:10 AM

See you there ya?

8:37 AM

Kala menatap layar ponselnya dengan salah satu alis terangkat.

Tidak biasanya Kamel mengabaikan pesannya—terutama jika gadis itu sudah membacanya. Ia pasti akan menjawab secepat mungkin, dan jika pun ia tidak bisa melakukannya, ia akan melakukan miscall satu kali untuk memberitahu Kala bahwa ia sedang tidak bisa membalas pesannya tapi ia sudah membacanya dan akan segera membalas begitu dirinya sudah selesai melakukan apa pun yang sedang dikerjakannya saat itu. Namun kali ini, bahkan telepon Kala pun tidak diangkat.

Tidak ada miscall seperti biasa—meskipun pesannya sudah tertanda sebagai terbaca—dan sudah kesekian kalinya telepon Kala masuk ke voicemail.

Apakah Kamel dengan sengaja menghindarinya?

Kala ingat betul pembicaraan terakhir mereka. Kamel memberitahunya tentang apa yang terjadi pada Viggo di telepon dan pesan singkatnya pada Kala dipenuhi oleh permintaannya agar Kala mengangkat teleponnya. Seminggu sebelum pesan itu, mereka masih mengobrol seperti biasa, membahas film yang sedang tayang di Indonesia lalu membandingkannya dengan film yang sedang tayang di London. Kala tidak merasa ada hal yang bisa menjadi penyebab Kamel untuk marah kepadanya sampai-sampai mengabaikan pesan dan teleponnya.

Gadis itu menghela napas bingung.

Ia melirik ke jam tangannya yang menunjukkan pukul 10 pagi dan bergegas memasukan ponselnya ke dalam tasnya lalu berjalan keluar rumah menuju taksi yang dipesannya secara online untuk pergi ke Rumah Sakit kurang dari lima belas menit yang lalu.

Ia masih belum tahu kenapa Kamel mengabaikannya seperti ini—jika memang yang dilakukan sahabatnya itu dengan sengaja—tapi Kamel yakin pasti ada alasan yang jelas.

Kala berharap gadis itu ada di ruang rawat inap Viggo ketika ia sampai di Rumah Sakit nanti.

***

Ketika Kala mengetuk pintu ruang rawat inap Viggo pelan sambil membukanya secara perlahan, tante Lia sedang duduk di kursinya yang biasa—masih mengenakan pakaian yang sama seperti kemarin. Kantung dibawah matanya semakin terlihat jelas tapi ia melirik kearah Kala dan melemparkan senyum ramah seperti biasa.

Yang Tak Tersentuh [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang