Chapter 6

27 9 0
                                    

Seminggu setelah kejadian, tragis ya sedikit perkara mimisan aku jadi sedikit memperhatikan kesehatan bagas karena di bilang dia sibuk dengan pekerjaanya bahkan sekarang aku jarang untuk bertukar pendapat lagi, yang aku sukai dari dirinya sesibuk apapun bagas selalu menyempatkan untuk bertemu ibu, tidak apa bagas sudah menganggap kami sebagai keluarganya jadi menurut ibu bagas sudah seperti putranya sendiri, bagus lah aku senang mendengarnya.

Seketika aku berfikir, aku yang kini berpisah dengan ayah saja rasanya....jika aku jelaskan akan panjang, lalu bagaimana dengan dua saudara itu aku memang tidak begitu tahu tentang latar belakang orang tua bagas dan abim tapi melalui matanya aku seakan akan bisa membaca banyak rasa yang ingin di ungkapkan tapi memilih untuk di pendam pasti sakit aku tau.

"Ran, ayahmu belum ngasih kabar?"

"Belum, ayah udah lupa kayaknya sama kiran bu"

"Hubungi saja ayahmu dulu ran, nurut apa kata ibu semarah marahnya seorang ayah itu tidak akan lama ibu tau ayahmu sayang banget sama kamu"

Aku tidak bisa menolak perintah ibu, dengan sekuat hati aku menghubungi ayah melalui chat karena jika aku menelfon ayah mungkin canggung karena kejadian hebat waktu itu.

"Iya bu kiran coba hubungi ayah"

"Ya sudah ibu kepasar dulu ya, kamu jangan lupa bangunin karin nanti dia terlambat"

Lagi lagi aku tidak tau perasaan ibu seperti apa, ibu masih baik baik saja dengan semua kejadian ini.

______

"Rin bangun nanti kamu terlambat sudah mau jam setengah 7"

"kak, bentar lagi lagian hujan karin mager"

"Ehhh gak boleh mager ni kakak gelitik klo gak bangun"

"Ishh geli kak iya iya karin bangun bawel, kak mau pergi sama kak bagas lagi pasti"

"Sok tau kamu, nggak kakak nganggur dirumah bagasnya sibuk terus"

"Hayoloh kak demen ya" julidnya, adikku yang satu ini
Jujur saja aku sangat senang moment seperti ini, bercanda setiap hari dengan adikku sendiri. Ibu selalu bilang sejauh apapun aku berpisah dengan saudara kandungku jangan pernah sampai memutus hubungan.
______________________

Tok tok tok....kak..

Tiba tiba suara ketukan pintu terdengar aku pun menghampiri sumber suara itu.

"Loh bim? Kenapa tumben banget sepagi ini kamu kesini"

Yang mengetuk pintu barusan adalah abim, terbaca dari raut wajahnya yang sedang buru buru.. namun dia sudah rapi dengan kemeja hitam dan tas ransel.

"Kak bisa kerumah aku sebentar? Nanti aku jelasin"

"Mau ngapain emangnya? jelasin disi-"

Belum selesai bertanya, tanganku di bawa begitu saja menuju rumah nya dan berhenti di dapur milik kedua kakak beradik ini.

"Lah kok ke dapur bagas mana terus ngapain kakak suruh kesini bim" aku yang bingung lantas melayangkan beberapa pertanyaan.

"Kak tolongin abim, kakak masakin buat kak bagas bahan2 sama resepnya udah abim tulis, soalnya abim ada urusan sama temen dan pulangnya malem"

"Yang bener aja bim" jawabku, menghela nafas kasar mungkin pagi ini akan jadi sedikit rumit, oh hanya masak tidak lebih tapi perasaan ku berkecambuk.

"Kak tolong ya sekali aja ini ya ya yaa..."- sahutnya sambil menampakan muka memelas dan netranya yang berkaca kaca, jika seperti itu mana bisa aku menolak.

Aku pun mengiyakannya, tapi tunggu seseorang yang akan merasakan masakan ku kali ini belum muncul bahkan deru suaranya tidak ada "bim, bagas belum bangun?"

The Last Week [ Bagas ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang