Bab 11. Semakin Dalam Jatuh Cinta

1.5K 183 66
                                    

"Uhuk!" Maya tersedak air mineral saat melihat Liand membuka jas dan menggulung lengan kemejanya sampai ke siku.

"Uhuk, uhuk!" Dia sampai harus menutup mulut dan hidungnya yang menyemburkan air mineral.

Liand yang baru saja meletakkan jasnya pada sandaran kursi mengernyit keheranan melihat sekretarisnya batuk-batuk heboh. "Hati-hati kalau minum, Maya."

Maya malu diperingatkan seperti itu. Dia memiringkan wajah sambil terus batuk-batuk dan menepuk-nepuk dada. Setelah batuknya reda, Maya menutup botol air mineral dan meletakkannya di atas meja restoran.

"Kamu sudah sholat dhuhur?" tanya Liand sambil duduk di sebelahnya.

Ditanyai seperti itu, pipi Maya bersemu merah. Lirih dia menjawab, "Saya ... lagi datang bulan, Pak."

Ada rona terkejut pada wajah Liand. Namun secepat kilat, pria itu menguasai air mukanya menjadi datar kembali. "Tolong, ambilkan saya piring."

Maya mengangguk dan segera mengambilkan piring yang tersusun rapi di sebelahnya. Tidak hanya untuk Liand, dia juga membagikan piring-piring itu pada dewan direksi.

Saat lengan kekar Liand mengambil nasi di ceting kayu, Maya meneguk ludah. Bukan karena dia sudah lapar. Namun karena lengan berotot itu terlihat sangat seksi dan menggoda di matanya. Pemandangan ini membuat Maya ingin dipeluk sekali lagi oleh bosnya.

Menyadari bahwa kebodohan itu mustahil terjadi lagi, Maya menggeleng lalu mengambil nasi dan lauk gurame asam manis dari piring saji di depannya. Dengan sikap profesional, dia menawari Liand, "Mau gurame asam manis, Pak?"

Liand mengangguk. "Yes, please."

Jawaban dalam bahasa inggris beraksen British itu membuat bulu kuduk Maya meremang. Bosnya ini, keren tanpa cela. Sejak kedatangannya di kantor tadi pagi hingga sekarang, dia tidak berhenti dibuat kagum. Maya semakin jatuh cinta.

"Maya?" Liand mengernyit melihat Maya tidak segera meletakkan lauk di piringnya.

"I-iya, Pak. Maaf." Maya meletakkan tiga potong daging gurame bertepung, lalu menyiramnya dengan kuah asam manis. "Silakan."

Liand tersenyum sangat tampan. "Terima kasih."

Ingin sekali Maya menjerit histeris menerima senyuman yang sangat mematikan itu. Namun yang bisa dia lakukan hanyalah membalas senyuman itu, lalu meletakkan lauk di piringnya sendiri dan mulai menyantapnya.

*****

Liand tidak perlu menandatangani ratusan lembar dokumen kontrak dan surat penting lainnya lagi. Maya sudah memesan stempel. Dia juga bersedia menera tanda tangan dan logo perusahaan pada dokumen-dokumen itu.

Dikarenakan efesiensi tersebut, Liand bisa pulang ke penthouse lebih cepat dari biasanya. Sebaliknya Maya masih harus menetap di kantor untuk memberi stempel pada ratusan dokumen penting. Tidak dapat dihindari, bahunya pegal.

Setelah melepas sepatu dan menggelung rambutnya, Maya memijat leher dan bahunya menggunakan minyak zaitun untuk mengurangi rasa pegal. Demi Liand, dia rela merasa lelah. Konyol memang, tetapi mau bagaimana lagi? Dia sudah dibutakan oleh cinta.

Tepat saat jam menunjukkan pukul 19:00, Maya selesai menera tanda tangan dan logo perusahaan pada semua dokumen.

"Wuah!" Dia berseru lega sambil merentangkan kedua tangan ke udara. "Akhirnyaaa ... selesai juga!"

Dia bersyukur. Setidaknya, penandatanganan ratusan lembar surat kontrak unit ini hanya dilakukan sebulan sekali. Coba kalau setiap hari, jari-jarinya pasti copot semua. Kemudian, ia sadar bahwa selama ini Liand masih menandatangani berkas penting secara manual. Tidak bisa dibayangkan, bagaimana lelahnya pria itu menandatangani satu per satu kertas dokumen dengan sangat sabar. Maya jadi jatuh iba lagi.

Toxic Temptation NEW VERSION (Versi Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang