She's Crazy

49 8 0
                                    

Praka Pov

Prang....

Tak lama suara pecahan pun terdengar. Kami langsung menghampiri Amayya. Ternyata dia memecahkan gelas lagi. tangannya terluka karenannya.

"May, kamu gak papa?" tanya Ghaitsa pada Maya.

"Mas tolong obatin Maya ya, biar aku bereskan ini semua." Ujar Ghaitsa padaku. akupun tak bisa menolaknya. Akhirnya aku mengambilkan dan mengobati luka Amayya.

"Kenapa kamu harus memilih kakakku? Kenapa dulu kamu tak memilihku saja menjadi istrimu?" tanyanya tiba-tiba dengan nada berbisik. Dia mendekatkan wajahnya padaku membuatku beringsut ke belakang.

"apa maksudmu Mayya?" tanyaku tak habis pikir padanya. bisa-bisanya dia berkata seperti itu di rumah kami.

"aku tidak akan rela melihat kalian hidup bahagia." Ucapnya lagi sembari menampakkan senyum miringnya. Aku menggelengkan kepalaku tak habis pikir. Apakah dia punya rencana licik dibalik semua ini?

Aku segera membereskan semuanya dan pergi dari hadapannya. Aku sudah tak tahan lagi berhadapan orang sepertinya. Sepertinya dia akan berbuat sesuatu yang merugikan kami. Aku harus waspada padanya.

"Mas, kenapa?" tanya Ghaitsa yang baru saja masuk ke kamar kami. Dia mengusap bahuku kemudian duduk di sebelahku.

"Aku rasa ada sesuatu yang aneh dengan Amayya. Apakah mungkin ada maksud tertentu yang membuatnya tinggal disini?" tanyaku padanya dengan to the point. Memang sudah seharusnya aku membahas kebimbangan ini.

"awalnya aku juga merasa aneh tetapi melihat kejadian yang menimpanya aku tak heran lagi. aku sudah lama mengenal ibu tiriku. Dia sungguh tak berperasaan, hingga aku selalu ingin kabur dari rumah. dan mungkin sekarang Mayya juga merasakan hal yang sama. Jadi aku memaklumi sikap ia sekarang." jawab Ghaitsa dengan yakin. Aku jadi ragu untuk menyampaikan opiniku berikutnya. Karena hal itu mungkin akan menyakiti hatinya. dia sudah terlalu percaya pada Adik tirinya. Haruskah aku menyelediki semuanya sendirian?

"Mas, kenapa ngelamun lagi sih?" tanyanya lagi menyadarkanku dari lamunan. Akupun menggeleng pelan padanya sembari mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

"mari kita tidur. Sudah malam." Ajakku agar ia tak memikirkan itu lagi. dia pun mengangguk lalu berbaring di tempat tidur.

Aku sangat yakin bahwa semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Semua ini ada sebab dan akibatnnya. Lagipula Amayya sudah menunjukkan padaku bagaimana sikapnya tadi yang membuatku tak habis pikir. Dia berniat untuk menghancurkan kakaknya kah?

Mengenai Ibu mereka? Apakah hal itu benar-benar kecelakaan yang tidak sengaja? Kenapa aku jadi bepikir bahwa kecelakaan itu terjadi atas kesengajaan? Aku harus menyelidikinya mulai dari sekarang.

Siang hari saat istirahat akupun menyempatkan waktuku mengunjungi rumah sakit tempat ibu mertuaku di rawat. Aku masih ingat betul ruangannya. Aku langsung menghampiri beliau yang hanya seorang diri disana.

"Assalamualaikum Bu, bagaimana keadaan ibu?" tanyaku padanya. beliau hanya mengangguk sembari tersenyum lembut padaku. kemudian air matanya mulai menitih.aku tak tau apa yang membuatnya menangis seperti itu.

"ibu sudah makan?" tanyaku pada beliau. Dan beliau menggeleng. Aku lihat makanan dari rumah sakit masih utuh di meja.

Akupun menyuapinya makan. beliau belum bisa berbicara. Dia masih bisa mengeluarkan suara tetapi tak jelas jika di dengarkan.

"bu, jam istirahatku sudah selesai. Saya pulang dulu ya." Pamitku setelah selesai menyuapi beliau. Tapi beliau menggeleng keras. Lalu menahan tanganku agar tetap disana.

Tak lama dia mengisyaratkan tangannya untuk diambilkan sesuatu. Dia menggerakkan tangannnya seperti orang yang sedang menulis. Lalu aku pun menafsirkan jika beliau minta alat tulis agar ia bisa menuliskan apa yang ingin ia katakan.

Akhirnya kucarikan kertas dan juga pena. Aku memberikan padanya dan menunggunya hingga selseai menulis.

Tak lama beliau selesai dan menyerahkan bukunya padaku. beliau memintaku untuk membaca tulisannya. Hal itu benar-benar membuatku tercengang. Bagaimana bisa?

'JANGAN PERCAYA APAPUN YANG DIKATAKAN MAYYA. DIA PENJAHAT YANG SESUNGGUHNYA. LIHAT PONSELKU DI MEJA NAKAS KAMAR.'

Tulisan itu masih belum bisa kupercaya. Jadi selama ini apa yang kurasakan benar adanya? Tapi sayangnya Ghaitsa sudah terlalu percaya padanya. jika aku mengatakan hal ini diapun pasti tak akan terima. Nanti dia akan berpikir bahawa aku sedang memihak mama.

Tanpa berpikir lama lagi akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan mencari barang bukti tersebut. jika aku bisa mendapatkan bukti itu mudah bagiku untuk memberitahu Ghaitsa mengenai kebenarannya dan kebohongan Mayya pun akan terungkap.

Rumah itu tampak kosong tak berpenghuni. Ayah sedang di kantor. Aku tadi sudah menghubungi beliau untuk meminta izin masuk ke rumahnya karena mengambil barang milik Ghaitsa. beliau pun mengizinkannya.

Aku segera masuk ke dalam rumah dan mencari ponsel itu di kamar yang telah disebutkan oleh Ibu mertuaku tadi. aku mencari di laci tapi tak menemukannya. Aku mencari ke segala tempat tapi tak menemukannya juga.

"mencari ini mas Praka?" ucap seseorang dari arah belakangku. Sontak akupun menoleh ke belakang dan mendapati seorang perempuan sedang mengacungkan sebuah ponsel kearahku sembari tersenyum miring.

"kamu benar-benar licik May. Bagaimana mungkin kamu melakukan semua ini pada ibumu sendiri?" tanyaku padanya. dia hanya tertawa mengejek padaku.

"dia bukan ibuku. Dia hanya orang bodoh yang memungutku." Ujarnya padaku sembari tersenyum seperti psikopat.

"kurangajar kamu May. Dia berusaha keras memberikan yang terbaik untukmu tetapi apa balasanmu sekarang?" ucapku lagi dengan nada tak terima. Aku sudah kehilangan respect padanya.

"Dia tak becus. Sampai-sampai kamu tidak bisa kudapatkan. Seharusnya dia berusaha lebih keras agar perjodohan itu terjadi diantara kita bukan malah dengan Ghaitsa. dia benar benar pantas menerima ini semua." Ucapnya lagi dengan raut wajah yang menakutkan. Dia bnear-benar psikopat. Aku tak menemukan keluguan di wajahnya lagi. dia sudah berubah menjadi manusia yang berbeda. Manusia berdarah dingin yang tak punya hati.

"kamu benar-benar gila May. Ghaitsa harus tau ini semua. Dia tak seharusnya percaya dengan perempuan licik sepertimu." Ujarku sembari melangkah pergi dari kamar itu dan melewatinya begitu saja. tapi tak lama sebuah tangan menyekapku dan akupun lama-kelamaan kehilangan kesadaran. Semuanya menjadi gelap dan akupun tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

***

Thanks for reading and Have a Great day!

PLUVIOPHILE ( END ✅️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang