Part 42

1.9K 77 12
                                    

Ayas melangkah keluar dari rumah sakit dengan tangan yang memapah Aira. Aira tadi sempat pingsan saat setelah menelfon Ayas dan berakhir Ayas yang membawanya ke rumah sakit.

Kini mereka sudah berada di dalam mobil menuju pulang dengan Syaki yang mengemudi, sedangkan Ayas duduk di kursi belakang dengan Aira. Ayas terlalu khawatir dan terkejut saat tadi Aira meminta tolong lewat telepon, saking khawatir nya Ayas meminta Syaki untuk ikut, takut sesuatu yang tak di duga terjadi di sana.

Aira menyenderkan kepalanya di dada bidang Ayas dan di balas dengan pelukan dari samping oleh suaminya. Entah mengapa Ayas merasa Aira sedikit murung setelah bertemu temannya Aisyah tadi. Apa sesuatu terjadi diantara mereka?, Pikir Ayas.

Sedangkan Aira, ia tau apa yang di rasakannya sekarang. Aira merasa kepalanya sakit dan beberapa kali melihat bayangan-bayangan yang seperti pernah Aira lihat bahkan Aira rasakan, tapi Aira tak tau itu kapan dan dimana. Dan hanya dengan berada dalam pelukan Ayas, Aira bisa mencoba untuk menenangkan pikirannya. Entahlah Aira merasa pelukan Ayas adalah tempat ternyaman dan paling tenang saat Aira merasa kacau dengan pikirannya.

"Kalo ngantuk tidur aja, ya" ucap Ayas dan mengelus lembut punggung istrinya.

Aira berdehem lemah untuk menjawab.

Ayas kembali fokus dengan pikirannya, memikirkan apa yang membuat istrinya seperti ini, bahkan sampai Aira pingsan tadi. Padahal sebelumnya Aira baik-baik saja.

Syaki menatap pantulan wajah Aira dari kaca spion depan. Jelas Syaki lihat wajah Aira yang begitu murung, gelisah, dan seperti memikirkan sesuatu menjadi satu.

"Gak ada kapok nya ternyata!" batin Syaki berucap dengan tangan yang menggeram kuat stir mobil mencoba menahan amarahnya.

"Mas Ayas!..." cicit Aira.

Ayas menoleh menatap istrinya "Kenapa?, Ada yang sakit?"

Aira menggeleng dan balas menatap suaminya.

"Besok mau ke Bandung, boleh nggak?" tanya Aira dengan hati-hati.

Ayas mengernyitkan dahinya heran, kenapa istrinya tiba-tiba sekali meminta ingin pergi ke Bandung.

"Ko mendadak?" tanya Ayas heran.

"Emm, Aira lagi kangen Abi, Umi. Kangen suasana Bandung juga. Aira pengen tinggal di Bandung untuk beberapa hari. Kalo mas Ayas nggak bisa tinggalin kerjaan di kantor nggakpapa Aira ke Bandung sendri aja" jawab Aira yang seperti paham dengan apa yang suaminya pikirkan.

"Tapi-" Ayas tak melanjutkan ucapannya saat melihat wajah istrinya yang tersenyum meyakinkan.

Ayas menghela nafas kasar "Hah,,, yaudah!" pasrah Ayas mengijinkan.

Ayas bukannya tak mau ikut dan menemani istrinya pergi, tapi Ayas juga tidak bisa meninggalkan pekerjaan kantor nya yang sudah beberapa hari ia tinggalkan, apalagi Ayas terlanjur membuat janji meeting dengan para klaien besok dan Ayas juga tidak bisa membatalkan nya secara sepihak.

Dan Ayas pikir juga, mungkin dengan keberadaan Aira di Bandung akan jauh lebih aman, dan juga suasana Bandung yang sejuk mungkin akan lebih menenangkan untuk ibu hamil seperti Aira.

* * * * *

"Kak... Pulang"

"Kakak.... Kak Na...."

"Kakak...."

Aira terbangun dari tidurnya dengan keringat yang mengucur dari pelipisnya dan nafas yang terengah-engah dengan wajah ketakutan.

Ayas ikut terbangun karena merasa terusik dengan pergerakan Aira dan nafas Aira yang terdengar terngeh-engah.

"Sayang, kenapa?" tanya Ayas khawatir saat menatap Aira yang seperti ketakutan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lebih Dari Seorang UstadzahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang