Chapter II, Stratus: Thin as hope.

12 6 0
                                    

Haloooo bestihhh, bagaimana kabar kalian hari ini? Sudah diingetin ayang makan belum?
Ohya lupa, ayang nya piksiiii ueueee.

Chapter II, Stratus: Thin as hope.

Chapter II, Stratus: Thin as hope

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁️☁️☁️

   Seseorang berdiri disebelah ranjang, menatap lurus kepada seseorang yang berbaring disebelahnya dengan tatapan yang.... sulit diartikan, dia masih terlelap, sangat amat lelap, semuanya rindu akan hadirnya, dan dia pun akan merindukan satu sosok yang ia tidak yakin bisa kembali ditemuinya atau tidak.
Hanya bisa berharap kepada yang kuasa untuk terus menguatkan tubuh yang rapuh ini, tubuh yang sudah tak lagi lengkap, dan perasaan yang sudah berantakan, jiwanya sedang tidak disini, namun semuanya berdoa agar dia kembali, walau kemungkinannya sangat kecil.

☁️☁️☁️

   Rellio terus-terusan ngedusel di ceruk leher Orell, menghirup ganas wanginya aroma bunga Lily yang menguar dari tubuh si gadis yang sedang sibuk mencatat banyak kalimat demi kalimat yang berisikan penjelasan dan angka-angka. Gadisnya memang akan sibuk dan tidak bisa diganggu jika sudah duduk didepan meja belajar dengan sebuah buku tebal bin berat yang menemaninya. Jadi posisinya Rellio duduk disebelah Orell sambil memeluk leher gadis itu, dan Orell tidak menolak, mungkin sudah terbiasa dengan sikap manja kekasihnya ini?

Mereka hanya diam dengan Rellio yang terus-terusan ngedusel, dan Orell yang fokus mencatat, kenapa Rellio hanya diam? karna dia terlalu takut untuk mengganggu gadis rajin ini, bisa-bisa dia dijadikan pepes tahu olehnya.

cklekk

Suara pintu terbuka, dua manusia di dalam kamar itu menoleh menatap sumber suara, Azorella Fana Mortaza, seorang wanita yang menjabat sebagai istri sah Atalla Fatha Mortaza itu berdiri disana membawa setoples kacang goreng sisa lebaran yang belum tersentuh, maklum lah, si tante kebanyakan goreng kacang, rakyatnya sukanya nastar, jadi ga kemakan.

"Eh ya ampun mimi lupa bawain minumnya, sebentar ya Ey." Imbuh Fana, berniat kembali ke dapur untuk menyiapkan dua gelas susu milo, Rellio menahannya, "Gak usah mi, io tadi bawain minuman pororo sebelum kesini." Serunya, Fana mengangguk sambil tersenyum, sekarang dia bisa melanjutkan menonton MasterChef Indonesia.

Rellio mengambil segenggam kacang goreng itu, menyuap butir demi butir ke dalam mulutnya, sesekali menyuapi Orell yang fokus mencatat materi kimia, walaupun gadis itu kerapkali menolak lantaran tidak menyukai kacang goreng itu, terlalu banyak makan kacang bisa membuatnya jerawatan, katanya, padahal itu adalah mitos.

"Orell tayang jangan banyak-banyak belajar." Kata Rellio sambil merapikan letak kacamata Orell, kemudian merapikan rambutnya. Orell menatap laki-laki itu dengan bingung, "Nanti jadi bodoh dong kaya Oli." Keluhnya, mata coklat keemasannya terus menatapi wajah dengan pahatan profesional ini, ibunya Rellio pelukis profesional, pantas keindahan anaknya sangat detail.

Cirrus ONGOING!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang