Temptation

3.1K 261 296
                                    

Jimin memakan ramennya dengan pelan, matanya terus menerus melirik Jungkok yang makan di depannya.

Ia berusaha menahan senyumnya saat melihat Jungkook menghabiskan jusnya dalam berapa kali teguk.
Laki laki itu bangkit dan mengangkat peralatan bekas makannya.

"Biar aku aja."
Kata Jimin sambil ikut berdiri.

"Ga usah, kamu makan aja, kamu jadi pulang naik taxi?" Ia berjalan ke dapur dan meletakkan semuanya ke dalam dishwasher.

"Mm.. ada temenku yang mau jemput, boleh aku nunggu sebentar disini?"

"Terserah, aku mau ke kamar, tolong pastikan pintunya terkunci waktu kamu pergi."

Jimin mengangguk senang, ia tinggal menunggu obat itu bereaksi beberapa menit lagi lalu ia akan menyusulnya ke kamar, berpura pura pamit dan..

Senyumnya mengembang.

*

*

*

"Seokjinnah.."

Seokjin membuka pintu kamarnya, sengaja memalingkan wajahnya dengan cepat agar ibunya tidak melihat mata dan hidungnya yang merah dan bengkak karena terlalu banyak menangis.

"Kamu ga apa apa? Kenapa pulang? Apartemennya ga nyaman?"

Seokjin hanya menggeleng dan berjalan kembali ke tempat tidur.

"Kaki kamu kenapa? Sakit?"

Ibunya mengikutinya dengan cemas dan duduk di dekatnya.

"Mah.. Aku kaya'nya mau ke Inggris aja sama kakak."

"Loh kenapa? Kemaren katanya mau kuliah di Seoul? Bukannya batas waktu interview di Oxford sudah lewat?"

"Aku masih bisa nyoba masuk Cambridge atau UCL."

Ibunya menghela napas panjang. Ia menepuk pahanya agar Seokjin membaringkan kepala di pangkuannya.

"Coba cerita dulu, ga mungkin kamu tiba tiba mau tinggal di Inggris. Emangnya kamu siap jauh dari mamah?"

"Jadi mamah juga anggap aku anak kecil yang manja?" Seokjin mengerucutkan bibirnya.

"Siapa yang anggap kamu gitu emangnya? Jungkook?"

Seokjin hanya diam tidak mau menjawab.

"Mamah sih bisa lihat dia sayang sama kamu, jadi kalau dia sampai ngomong gitu mungkin dia cuma bercanda atau.. kamu buat dia marah?"

"Aku gagalin kerjasama dia yang nilainya puluhan juta dollar."
Ia menunduk, tidak mau menatap ibunya.

"Apa??"
Ny. Kim memijat pelipisnya.

"Kak Namu bilang itu perusahaan ga bener, tapi dia ga percaya sama aku."

"Coba ntar mamah ngomong sama Namu dulu.
Kalau kamu salah kita harus minta maaf sama keluarga mereka. Kerjaan itu bukan buat mainan Jin."

Seokjin hanya diam sambil memainkan ujung piyamanya.

"Selain itu?"

Jin menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin menceritakan masalah percintaannya yang berakhir menyakitkan.

"Trus kenapa kamu jalannya pincang?"

"Tadi ada orang mau rampok tas aku."

"Apa?? Kamu ga apa apa? Kenapa ga cerita dari tadi? Rampoknya trus gimana?"

"Di usir sama kak Jungkook, dia sampe luka kena pisau karena nolong aku."

"Ya Tuhan Jin, trus dia ga apa apa? Sudah ke rumah sakit?"

The Guy I Slept With - KookjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang