7. VILLAIN

340 62 27
                                    

Pasca kejadian pertengkaran di ruang makan, serta sumpah tak terduga dari Robbin, Scott termuda itu hilang entah ke mana. Karen pun tak peduli, ia lebih percaya bahwa apa yang Robbin katakan hanyalah sebuah gertakan kecil saja.

Tapi, nyatanya, sumpah itu berdampak besar bagi Rylee.

Gadis itu terduduk di atas kloset dengan cemas. Ia menggigit kukunya dengan cemas seraya melirik ke arah test pack di atas wastafel. Sudah kubilang, hubungan mereka sedalam itu.

Hampir setengah jam ia berdiam diri tanpa berani mengambil test pack itu. Ia takut hasil itu membuat sumpah Robbin patah. Ia takut jika anak yang dikandungnya akan menjadi kutukan bagi Robbin.

"Rylee?"

Panggilan pelan dari luar kamarnya itu terdengar sayup. Walaupun begitu, panggilan itu mampu membuatnya berjengit kaget. Itu Robbin! Dengan segera ia bangkit dari duduknya dan mengambil testpack di atas wastafel.

Semula, ia berniat untuk membuang testpack tersebut ke tempat sampah. Namun, ia sempat terpana melihat garis samar di samping garis berwarna merah. Kertas tipis itu ikut bergetar ketika sang pemilik ketakutan setengah mati.

Suara ketukan pintu membuatnya berjengit untuk yang kedua kalinya. Ia menatap ke arah pintu kayu di belakangnya.

"Rylee, kau di dalam?" Robbin kembali mengetuk, kali ini lebih keras.

Buru-buru, Rylee membuang kertas pengecek kehamilan itu ke tempat sampah sebelum membukakan pintu. Napasnya sedikit terengah, wajahnya tegang, tapi ia berusaha untuk tetap tenang.

Meskipun nyatanya tetap sangat kentara di mata Robbin.

Sang pria yang masih memakai kemeja hitam yang sama dengan tadi siang itu mengernyit. Tangannya menyeka keringat di dahi Rylee kemudian mengusap pipi itu lembut. "Baby, kau terlihat pucat. Kau sakit?"

"Tidak," sahut Rylee cepat seraya mendorong Robbin menjauh. Ia mengatur napasnya cepat sebelum melesat ke ranjangnya.

Tatapan mereka bertemu ketika sang gadis duduk di tepi ranjang. Dengan napas yang terputus-putus, Rylee membuka kancing gaun tidurnya di depan dada.

"Kau kemari untuk bercinta, 'kan?" Tangannya sangat bergetar ketika menarik turun gaun bagian bahunya hingga memperlihatkan tulang selangkanya dan tali bra yang tengah ia kenakan. "Lakukan dengan sangat keras."

Maka dengan itu ia akan keguguran dan Scott tidak akan mendapatkan keturunan seperti yang Robbin bilang.

"Rylee, tidak." Robbin mendekati Rylee dengan langkah perlahan. Ia menggeleng kecil ketika gadis itu hendak menurunkan gaunnya lebih jauh. Alih-alih melepaskan gaun putih gading itu, ia bersimpuh dan menarik kembali gaun itu dan mengancingkannya dengan hati-hati.

"Kau pikir aku hanya menganggapmu sebagai pemuas nafsuku saja? Aku membutuhkanmu lebih dari itu," ucapnya ketika selesai membenarkan baju itu. Ia mengambil tangan Rylee dan menciumnya lama.

"Lalu, kau menganggapku apa?"

Robbin mengernyit. Kepalanya mendongak menatap ketakutan di wajah sang kekasih. "Kau segalanya," jawabnya tanpa ragu.

"Tapi, kau tidak mau memiliki keturunan."

Robbin mengambil napas dalam. Ia sudah mengira jika sumpahnya tadi akan mengganggu pikiran Rylee. Dan ini lah alasan ia pulang ke kamar Rylee malam ini.

"Kita bisa melaluinya tanpa memiliki anak, 'kan? Hanya kita berdua hingga tua nanti. Hm? Kita bisa melakukannya—"

"Semuanya sudah terjadi."

LITTLE CLICHÉ - Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang