Shena merutuki dirinya sendiri. Mengapa ia tidak membawa mobil sendiri pagi tadi?
Sekarang yang bisa ia lakukan hanya berdiri bimbang dengan rasa gelisah semakin menjadi. Suasana semakin mencekam karena tidak ada satu orang pun yang berlalu lalang di tempat ini.
Tidak ada yang bisa ia mintai tolong. Taksi yang biasanya lewat, sekarang seperti hilang. Sedangkan ponselnya nyaris sekarat karena angka minim dari baterai yang hampir terkuras habis. Jika Shena menelepon Salsa pasti akan percuma, perempuan itu pasti sedang menjemput kedua orang tuanya di bandara.
Alex? Shena tidak yakin untuk meminta bantuan kepada Alex dan akhirnya akan tetap baik-baik saja. Itu mustahil.
Satu nama yang sudah berhari-hari tidak ditemuinya, mendadak terbesit di kepalanya. Sebenarnya Shena enggan meminta bantuannya. Tapi, ini adalah jalan satu-satunya jika tidak akan menjadi lebih buruk untuk menunggu lebih lama di sini. Shena tidak ingin hal buruk terjadi padanya, lagi.
Kenapa harus Edgar yang selalu bisa ia andalkan?
Padahal Shena tidak ingin membuat laki-laki itu besar kepala hanya karena memintanya untuk dijemput.
Shena harus menyingkirkan rasa gengsinya untuk sebentar saja. Yang artinya itu juga ia harus menahan malu saat Edgar mengejeknya nanti.
Ia menarik napas panjang sebelum benar-benar menekan tombol panggilan pada roomchat yang sudah ia buka itu.
Angin di luar memaksanya harus menutup pintu kaca dan tirai di kamarnya lebih cepat dibanding biasanya. Edgar hampir melangkahkan kaki ke dalam kamar mandi untuk bersiap.
Malam ini, seperti yang sudah Tamara rencanakan, keluarga besar mereka akan berkumpul untuk melakukan doa bersama untuk mendiang Oma, tepat di hari keempat puluh hari kepergiannya.
Suara panggilan menginterupsinya untuk melanjutkan langkah. Ia berbalik, menghampiri ponsel yang bergetar di atas nakas. Nama yang tersemat di sana membuat sudut bibirnya mengembang.
Seminggu setelah perang dingin yang Shena mulai, akhirnya perempuan itu kembali mencarinya. Edgar sengaja tidak berbuat banyak. Toh, dari awal Shena juga yang paling membutuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALEMATE
Romantizm⚠️Harsh words, physical and psychological violence, verbal abuse, and some parts have adult scenes. Only recommended for readers 17 years and up⚠️ Apakah sebuah pengkhianatan masih bisa dimaafkan? Pertanyaan yang selalu menjadi bumerang ketika Edgar...