Jalanan sore kota Bandung 2022.
Sore indah yang senja nya sangat memanjakan mata, aku dan Dery pergi untuk membeli sate. Tepat 4 hari yang lalu, aku tak sengaja melihat video seseorang yang sedang memakan sate. Jadi pengen. Dan untung nya ada Dery yang mudah sekali di pancing. Dengan pakaian sederhana, kami berdua pergi untuk membeli makanan itu.
"Wildan masih ngambek?" Tanya Dery saat di perjalanan. Kali ini, tak perlu berteriak karena jalanan yang tak begitu ramai+motor yang memang sengaja dikendarai pelan-pelan.
Ah iya, Wildan bahkan selalu menjauhiku. Kalau di telpon pun, ada saja alasannya. Atau bahkan bukan dia yang mengangkat tapi adik nya, Mika. Bagaimana mau kembali seperti dulu kalau dia seperti ini?
Deheman dari ku membuat Dery terkekeh.
''Dia memang kaya gitu Lun. Dulu, kita pernah berantem karena gua gak mau ngecomblangin kalian. Dia ngambek seminggu lebih kalau nggak salah. Habis itu datang lagi bawa kabar kalau dia udah nemu username ig lu. Bahagia banget dia sampai ngajak gua makan di mang Asep sepuasnya. Lu pikir aja, makan bubur sepuasnya. Dikata gua baru pake behel kali ya"
"Tapi tetap lu makan kan?" Tak mungkin di tolak sih kalau Dery.
"Iya lah. Daripada nolak? Nolak rezeki mah nggak baik neng. Mending di terima. Apalagi setelah dia berhasil jujur ke elu, di bawa gua ke mang Niel yang pojok, kang cilok. Emmmm abis 50.000 dia. Kenyang gua ampe pagi. Kalau nanti dia bawa kabar bakal nikah bareng lu, kira-kira di bawa kemana ya gua?" Yakin? Wildan mau menikahi aku?
"Emang dia mau nikah bareng gua?" Tanya ku menahan senyum.
"Siapa yang kaga mau nikah bareng lu? Gua aja mau kalau Wildan ikhlas. Gua nikahin lu abis lulus SMA"
"Dih. Makan pake apa kita? Cinta? Yakaliiiii!!!!"
"Kalau gua belum gajian ya lu makan di rumah lu, gua makan di rumah gua. Kalau gua gajian gua bawa lu ke restoran paling top. Tapi kan kalauuu. Wildan mana mau ngelepasin lu. Ketidakmungkinan yang tidak mungkin. Sayang nya ke elu kaya sesuatu yang memang di biasakan. Jadi terbiasa. Kaya nya ni bocah lagi ngegalau sambil ngelihatin poto lu pakai lagu-lagu nya Afgan. Nangis sih pasti"
Wildan apa kabar sekarang? Di karenakan sesi ujian, aku dan Wildan tak sama ruangannya-oh iya! Do'ain kami lancar ya ujian nya. Ataupun kalian yang baca ini dan sedang melakukan ujian, semangat ya!!!
Tiga bungkus sate di tangan ku dan tiga bungkus di tangan Dery. Akhirnya, kami pulang sekarang. Mengantri selama hampir setengah jam membuah kan hasil. Sate mang Fajar memang yang terbaik.
Saat hendak menaiki motor, tangan ku di tahan oleh seseorang.
"Bukannya minta maaf malah berkeliaran bersama lelaki lain."
Itu Wildan. Dengan mata tajam yang memaksa ku untuk menangis. Tangan yang digenggaman Wildan pelan-pelan ku lepaskan.
"Kita berdua cuma teman. Nggak lebih. Teman dari kita masih kecil. Terlebih lagi kita berdua tetanggaan. Masih batas wajar kan? Aku juga mau minta maaf tapi kamu kaya menjauh dari aku" Ucap ku membuat Wildan menunjukkan senyum nya. Sedikit, dan sepersekian detik, senyum itu menghilang. Di gantikan oleh kalimat-kalimat menyakitkan.
"Cuma teman bukan alasan yang bagus. Teman dari kecil? Itu alasan kamu? Sampah. Aku di anggap nggak sih sama kamu? Sudah menjalani hubungan sampai di titik ini jangan bilang kalau kamu sebenarnya tak pernah menganggap aku pacar mu. Kamu ingat aku kan? Aku pacar mu, Luna Maharani Widiantara. Ku pikir, kamu selama di tinggalkan mencari cara untuk membuat ku kembali tapi apa? Kamu malah berduaan terus sama dia, yang kamu anggap teman. Teman sama pacar ya lebih tinggi pacar. Kamu kenapa sih? Jangan pikir kalau cuma kamu yang bisa mendua. Aku juga bisa kalau aku mau. Jangan lupa kalau ada Jasmine, teman ku"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘼𝙥𝙖𝙠𝙖𝙝 𝙆𝙞𝙩𝙖 𝙆𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝘾𝙚𝙢𝙖𝙧𝙖?
Jugendliteratur"Janji ya? bakal bahagia..." -𝘓𝘢𝘬𝘴𝘢, 𝘢𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘶- "Bohong bukan hal yang baik teh..." -𝘙𝘪𝘶𝘴 𝘢𝘭𝘪𝘢𝘴 𝘓𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪𝘶𝘴 𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘦𝘵𝘦𝘩- "Dari banyak nya cara berpisah, kenapa kamu pilih cara yang ini?..." -(?)- "Lu kuat dan lu harus...