Bab 1.

4 0 0
                                    

Ramai. Penuh dengan warna. Banyak balon dan spanduk. Itulah yang menggambarkan sekolah SMA Indonesia saat ini. Dimana, sekarang mereka masuk kedalam tahun ajaran baru. Banyak adik-adik kelas yang tengah berkeliling mengitari gedung sekolah bersama orangtuanya.

Banner bertuliskan 'Selamat Datang' terpampang jelas digapura sekolah.

Rubby baru saja sampai disekolahnya dengan Bunda yang mengantarnya menggunakan mobil kecintaan Bunda. Sedari tadi Rubby mencoba sabar ditambah handphone-nya bergetar sedari tadi.

"Pokoknya kamu jangan lupa sarapan ya? Abis pulang sekolah tunggu bunda dulu, oke? Kalo bunda gak bisa dateng telpon Ribby okey?" Bunda Rubby terus mengoceh, bahkan telinga Rubby sudah bengkak dibuatnya.

"Iya-iya bunda. Eh tapi kenapa Ribby? Emang Ribby enggak sekolah?" Rubby bertanya.

Bundanya pun tersenyum, "sekolah. Cuma biar ada kegiatan aja dia. Jadi denger kan yang bunda bilang?" Bunda sekali lagi memastikan.

"Siap bunda!" Jawab Rubby sambil gerak hormat kebundanya. Bundanya hanya tertawa kecil lalu mengacak rambut Rubby pelan.

Rubby sungguh bete bin kesal oleh bundanya. "BUN!"

"Sumpah yah bun, aku udah catokan lima jam ini, hua!" Mendramatisir adalah hoby Rubby. Maklum, Rubby anak ke tiga. Ia memiliki dua abang laki-laki dan dua-duanya sok sibuk. Yang satu sibuk sekolah kedokteran yang satu sibuk sekolah kemiliteran. Rubby? Sibuk cari salju di Indonesia.

"Acie yang catokan, ada siapa tuh?" Bunda menggoda Rubby yang sedang misuh-misuh merapihkan poninya.

Rubby berdecak, "gak ada. Lagipun mana ada yang mau sama Rubby. Kata abang Ren, Rubby anaknya pasif."

Bundanya hanya menggeleng-geleng kecil. "Yaudah sana berangkat Kak!"

Rubby tersenyum sambil menyalimi tangan bundanya, "Ay, Ay, Captain!"

"Assalamualaikum Bunda Lita!" Salam Rubby sambil keluar dari pintu mobil.

"Waalaikumsalam, jangan lupa cari pacar ya!" Ucap bunda lewat kaca mobil.

"Bunda!" Teriak Rubby kesal yang menjadi tontonan orang-orang yang melihatnya. Telinga Rubby pun berubah memerah, malu.

Hah, tahun ajaran baru. Semoga saja ada hal baik ditahun ini. Saat sedang menatap gapura sekolah, tiba-tiba saja ada yang menepuk punda Rubby.

"Dapet," kata orang yang menepuk pundak Rubby. Rubby yang orangnya lemotan pun tak mengerti maksudnya apa.

"Hah?" Jawab Rubby memasang wajah dungunya.

"Lo dapet?" Sekali lagi orang itu memastikan. Tapi tetap saja, Rubby tak paham.

"Dapet apaan si anjir?" DAN TERENGTENG! Mata Rubby membelalak lebar bagai ingin keluar dari tempatnya. Orang yang menepuk pundak Rubby pun tersenyum kecil dan pergi.

Astaga, Rubby malu sekali. Di tengoknya rok berwarna putih miliknya. Dan voila! Bercak merah segar terpampang jelas di rok putih miliknya. Dengan rasa malu, ingin nangis dan marah, Rubby langsung menghubungi temannya-Andilla untuk bertemu dengannya di koperasi sekolah.

Dengan jalan memegang rok belakang, Rubby berlari terbirit-birit menuju koperasi untuk membeli pembalut dan mengambil rok cadangan.

"Ayo dong angkat!" Rubby berdecak sebal akibat temannya sulit sekali dihubungi saat benar-benar dibutuhkan. Tapi disaat-saat hal sepele gak penting lainnya, ia ada dimana-mana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rubby & 3 Para BegundalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang