chapter seven, dinner together

837 88 7
                                    

Jay mengetuk-ngetuk meja dengan jari, sudah 20 menit Sunghoon izin 'siap-siap' dan sampai sekarang Sunghoon tak kunjung muncul. Ia mulai bosan menunggu, tapi tiba-tiba teringat akan Sunghoon yang sudah menunggu lama juga sebelumnya.

Panjang umur, baru saja Jay ingin memanggil Sunghoon, Sunghoon keluar dari kamarnya.

"Edan-eh," Jay keceplosan, melihat Sunghoon dengan pakaian serba keren dan kacamata hitam bertengger di hidungnya membuat Jay terkagum-kagum.

"Kenapa sih kak?" Sinis Sunghoon.

Jay menggelengkan kepalanya lalu beranjak mengambil kunci mobil dan membuka pintu rumah. Asistennya sudah memesan meja di restoran langganannya, tinggal berangkat.

"Ayo berangkat" ucap Jay singkat.

Singkat, padat, tapi jelas juga untuk Sunghoon langsung melangkahkan kakinya mengikuti Jay. Seperti kelinci kecil yang lucu, Sunghoon berjalan tepat di belakang Jay.

"Eh, kak! Kita makan dimana?" Sunghoon ingin tahu kemana mereka akan pergi, di restoran apa mereka akan makan?

Jay hanya menjawab singkat, "Flavours 1001, mejanya sudah di pesan asistenku." Sunghoon manggut manggut kecil, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat berhenti.

Mobil yang mereka berdua tumpangi membelah angin malam yang dingin, mereka tidak banyak bercakap-cakap. Jay hanya berkata satu-dua kata dan Sunghoon hanya merespon dengan 'ya', 'ok', 'ngga', 'hm'. Duh, dingin sekali anak yang Jay babysit ini.

Untung saja jarak dari rumah menuju restoran tidak terlalu jauh. Jadi Jay tidak perlu menderita terlalu lama.

Sesampainya di restoran mereka segera duduk di meja yang sudah dipesan, dan tanpa basa basi mereka memilih makanan apa yang akan mereka pesan.

Setelah memilih lalu memesan makanannya, mereka berdua duduk dalam hening. Sepertinya tidak ada yang mau berbicara duluan, mereka menghabiskan waktu 15 menit menatap satu sama lain tanpa mengatakan apa-apa.

"Oke. Maafin aku ya Sunghoon, aku bener-bener lupa. Maaf udah bikin kamu nunggu lama."

Jay kalah.

Sunghoon memutus kontak mata mereka, matanya beralih kepada pelayan yang membawakan makanan mereka. Cepat juga pelayanannya, Sunghoon akan memberikan review bintang 5 di situs online restoran itu.

Alih-alih menjawab permintaan maaf Jay, Sunghoon mengambil piring makanannya dan memulai aktifitas makan malamnya. Jay? Oh, Sunghoon tak tahu siapa dia. Biarkan saja seperti itu.

Jay menghela napasnya. Bocah 18 tahun ini susah sekali diatur. Ayah dan ibunya terlalu memanjakan Sunghoon! Lihat apa yang terjadi jika kau terlalu memanjakan anakmu. Saat itu juga Jay berencana untuk membuat Sunghoon menjadi seseorang yang mandiri. Tetapi mungkin, mulai besok lusa, Sunghoon masih ngambek sekarang.

Mereka sekali lagi ditemani keheningan, hanya alat makan saja yang mengeluarkan suara. Suara nyaring, terdengar jelas karena restoran ini cukup sepi. Mungkinkah karena restoran ini adalah restoran mewah yang memiliki daftar menu termahal?

"Sunghoon. Aku tahu kamu masih marah, tetapi mengabaikan orang itu tidak sopan. Apalagi orangnya lebih tua darimu." Tegur Jay.

Sunghoon mendengus, dan itu membuat Jay murka. Kalau saja ini bukan karena Jay membuat Sunghoon menunggu di luar rumah selama berjam-jam, ia sudah pasti akan melempar Sunghoon keluar restoran dan memakan makanan bagian Sunghoon.

Oh, satu kesalahan saja bisa membuat Jay seperti ini. Tidakkah kalian tahu kalau kesabaran Jay itu sangat tipis bagaikan tisu dibagi dua? Jay mulai menyesal menjaga anak rekan kerjanya ini.

"Aku udah selesai makan. Sekarang aku mau pesen dessert." Ucap Sunghoon.

Jay meremas serbet di meja, "kenapa tidak sekalian tadi pesannya?"

"Aku tadi kan belum kepikiran mau atau tidak."

Jay menghela napasnya lagi, kali ini lebih lama. Wajah menyebalkan tetapi cantik milik Sunghoon itu membuat ia ingin kabur ke Prancis.

Setelah Sunghoon selesai memilih, memesan, dan memakan dessert miliknya, Jay segera membayar semua dan beranjak keluar dari restoran. Meninggalkan Sunghoon yang sedang di toilet.

Di mobil, nyaris saja Jay menyalakan kendaraan roda empat itu dan pergi meninggalkan Sunghoon secara harfiah. Tetapi tidak ia lakukan, ia terus menenangkan dirinya dan membujuk dirinya untuk menjadi lebih dewasa.

"Hadehhh babysitter macam apa sih kakak ini ninggalin aku di toilet!" Omel Sunghoon sembari menunjuk-nunjuk Jay dari luar mobil.

Oke, Jay sudah muak.

Untunglah Jay memiliki tangan yang besar, ia dengan satu gerakan menarik Sunghoon, membuatnya duduk dan memasang sabuk pengamannya. Lalu ia pun langsung tancap gas.

Saatnya pulang, Jay harus beristirahat. Dan ia harus menyempurnakan rencananya.

--‐-------------------------------------------------------

Matahari menyiram separuh bagian bumi dengan cahayanya, membuat penduduknya bangun dan menjalani hari Rabu ini. Termasuk Jay dan Sunghoon.

Jay tengah menyeruput kopinya dan fokus pada laptop miliknya, sedangkan Sunghoon baru saja selesai mandi. Ia harus pergi ke sekolah hari ini sebab hari ini masih hari Rabu.

Masih hari Rabu.

Oh, Sunghoon tidak sabar untuk ini semua segera berakhir. Ia rindu ayah dan ibunya, ia sangat bosan melihat wajah menyebalkan teman ayahnya yang sialnya sekarang sedang tinggal di rumahnya itu.

Sunghoon berjalan menuju meja makan untuk sarapan, tetapi nihil, tidak ada satu pun makanan tersaji disana. Ia pun pergi memeriksa dapur, tetapi ia menerima hasil yang sama, tidak ada makanan. Hanya ada sisa makan malam yang Jay buat kemarin.

Ia pun menemukan Jay sedang duduk santai di sofa, masih fokus dengan laptop miliknya, sepertinya pria 24 tahun itu sedang mengerjakan kerjaannya di laptop.

"Kak."

Tidak ada jawaban.

"Kak."

Lagi, tidak ada jawaban.

"Kak Jongseong."

"Apa?"

Sunghoon mendecak, ia pun menghampiri Jay, lalu duduk di sebelahnya. Lalu mendecak lagi, sepertinya ia masih mempermasalahkan insiden kemarin.

"Kok ga ada makanan untuk sarapan? Masa aku ke sekolah ga makan dulu? Kakak mau aku pingsan apa?"

Jay terdiam sebentar, ia meletakkan gelas kopinya, mengalihkan perhatiannya menuju Sunghoon. Lalu menyunggingkan senyuman kecil.

"Apaan sih? Kok malah senyum-senyum segala?" Sunghoon masih terdengar sensi.

"Makan aja sisa dinner kemarin yang gue buat. Angetin, pake api kecil."

Sunghoon mengaga, gaya bahasa Jay berubah, dan apa katanya tadi? "Maksud kakak? Kakak nyuruh aku makan makanan sisaaan?" Tanya Sunghoon tak terima.

Jay hanya menjawab dengan anggukan kecil, ia sudah kembali fokus dengan kerjaan di laptopnya. "Iya."

"Aku gamau makanan sisaan!" Rengek Sunghoon sambil menghentakkan kakinya.

"Yaudah. Bikin sendiri aja."

Sunghoon sekali lagi menatap Jay tak percaya. Ia? Sunghoon? Membuat makanan sendiri? Yang benar saja. Buat apa ia membuat makanan sendiri jika ada orang lain yang bisa membuatkannya untuknya?

"Goreng telur apa susahnya sih?"

Sunghoon mendengus lagi. Ia tidak pernah menyentuh alat-alat masak sebelumnya.

Jay menutup laptopnya dan beranjak menuju dapur. Sunghoon secara natural mengikutinya. Sesampainya mereka di dapur, Jay mengambil sebuah telur dan memberikannya ke Sunghoon.

"Kalau lo bahkan ga bisa masak, yang statusnya masak itu basic surviving skill, lo malu-maluin diri lo sendiri."

--------------------------------------

Ayy what's up bro sorry ngilang setaun

"Babysitter" | JayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang