Prolog.

22.6K 1.7K 23
                                    

Selamat Datang di karya cerita baruku. Terima kasih sudah mampir. Dan semoga kalian suka ya..😁

Aku bikin cerita tentang transmigrasi lagi dan berlatar kerajaan.. tapi kali ini bener-bener hasil dari aku mikir sendiri, bukan fanfic atau apalah kayak cerita aku sebelumnya..

Mungkin bakalan ada adegan mirip tipis-tipis dari manwha, karena aku terinspirasi dari berbagai manwha yg pernah kubaca. Jadi jangan pada salfok yakk..😉

Baiklah sebelum lanjut untuk membaca. Alangkah baiknya jika diawali dengan 'senyuman'.

Okey, keep enjoy guys..😄

|🍭Happy Reading🍭|

Malam yang sunyi, dengan langit yang berhias beribu-ribu bintang berkilauan. Sang purnama yang memancarkan cahaya putih keemasan. Suara hewan-hewan malam juga ikut berkreasi bersamaan dengan riuk-nya angin malam yang berhembus menerpa pepohonan.  Benar-benar menggambarkan langit malam yang indah.

Namun semua keindahan itu, tak sesuai dengan apa yang telah dialami oleh seorang pemuda yang tengah terkapar lemah sendirian tanpa siapapun. Tanah yang kering, tandus serta diselimuti oleh bau anyir darah dan ribuan mayat prajurit yang telah gugur, menjadi satu-satunya teman disaat akhir-akhir hidupnya.

Sosok yang ia harapkan ada disaat seperti ini, justru malah pergi meninggalkannya dengan wajah tak acuh dan arogan. Sosok Ayah, sekaligus panglima tempur terhebat dan menjadi kebanggaan kerajaan Alcazar, tidak pernah menaruh rasa peduli sampai diakhir hayatnya. Pria itu justru meninggalkannya sendirian dengan semua rasa sakit ini.

Kalau sudah seperti ini..

Salahkah ia bertaruh nyawa demi Ayahnya?

Salahkan ia menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi Ayahnya dari tebasan sebuah pedang?

Bahkan di detik-detik akhir hidupnya pun, Ayahnya tetap tidak mau melihatnya.

Padahal sudah sejauh ini ia berusaha agar Ayahnya mau melihat dirinya, memberi kasih sayang serta mendapat pengakuan darinya bahwa ia juga Putranya.

Cahaya perak dari bulan menyapu seluruh wajahnya yang terlihat sendu. Air mata yang sudah bercampur darah tak henti-hentinya terus mengalir dikedua sudut matanya, menangisi semua penderitaan yang tiada habisnya ini, seakan-akan ingin membuatnya hancur secara perlahan. Bahkan ia melupakan sebuah luka melintang diarea lehernya. Membuatnya kembali menganga dengan kucuran darah saat ia sedikit mengangkat kepalanya.

"Ayah, sakit."

"Leher Lio, dada, kaki, tangan bahkan semua tubuh Lio sakit Ayah." Lirihnya mengadu.

Lio, atau lebih tepatnya yaitu Emillio, ia menatap langit indah diatas sana, membayangkan seolah-olah ia tengah berbicara pada sosok Ayahnya. Mengadukan semua rasa sakitnya ini kepada Ayahnya. Walau ia tau, orang itu tak sudi untuk mendengarkannya apalagi melihatnya.

Jadi, jalan satu-satunya yaitu ia hanya bisa membayangkannya saja. Selebihnya ia kubur dalam-dalam semua keinginannya.

Kepalanya berdenyut nyeri, pandangannya mulai kabur. Bahkan Lio merasa dadanya sangat sesak dan sakit. Seperti jantungnya tengah diremas-remas oleh sesuatu yang tak terlihat. Perlahan kedua kelopak mata indahnya mulai menutup. Bersamaan dengan di iringi oleh senyuman tulus dan deraian air mata.

'Mungkin, ini sudah waktunya aku pergi meninggalkan Ayah. Dan menemui sosok Ibu ku yang lebih menghargai keberadaanku dan menyayangiku.'

Lucienne Emillio Von Tharnatos dinyatakan telah meninggal dunia diusianya yang ke 17 tahun karena gugur dimedan perang.

Bersambung...

Bab 20...

(Akhir Dari Sang Bunga Bayangan)

[Bloody Black Rose War]

***

'Hufftt..'

Helaan napas terdengar begitu saja dari salah seorang pemuda. Pemuda itu menutup buku bacaannya dan melemparnya kembali ke meja secara asal.

"Haisshh si anj*ng. Bisa-bisanya ngasih gue buku beginian sih?!"

Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sembari melayangkan tatapan tajam pada sebuah novel yang tergeletak tidak elit-nya diatas meja. Niatnya membaca novel untuk hiburan, ehh malah mendapat tekanan batin. Hufftt..

Belum lagi semua tugas esay miliknya yang hilang karena ulah sembrono saudara tiri laknatnya. Entah apa yang akan ia katakan besok kepada guru pembimbingnya. Mana mungkin ia mengatakan jika tugasnya hilang karena kecerobohan saudara tirinya. Yang ada ia akan habis karena menuduh tanpa bukti.

"Clafff...!!!"

Sial. Sepertinya malam ini hidupnya tidak akan tenang. Sepertinya ia akan mendapat kemarahan Ibu tirinya karena sudah membuat anak kesayangannya menderita. Tapi sepertinya tak masalah, toh ia sudah puas karena sudah menonjok wajah saudara tirinya itu. Yah anggap saja balasan dari perbuatannya yang telah menghilangkan tugas miliknya.

"ANAK SIAL..!! DIMANA KAU SIALAN. CEPAT KELUAR..!!"

"Hahh~ kacau banget hari gue."

Clafer atau yang sering dipanggil Claf, pemuda dengan surai hitam dan manik mata brown, menghela napas sembari memperhatikan kepalan tangannya yang sedikit membiru.

Itu karya dari hasil menghajar saudara tiri laknat tidak tahu dirinya itu. Sekarang ia pun harus menghadapi induknya.

Clafer, pemuda berumur 16 tahun itu pun mulai bangkit dari duduknya dan berjalan malas kearah pintu kamar. Ia harus menghadapi Ibu tirinya yang memuakkan itu dulu sebelum ia tidur.

Entah mengapa ia merasa kehidupannya tidak jauh berbeda dengan Emillio-- si tokoh novel sampingan. Sama-sama menderita, dikucilkan oleh keluarga sendiri tanpa alasan yang pasti dan dianggap layaknya parasit yang selalu mengganggu.

"Ck.. apasih yang gue pikirin?! Jelas bedalah gue sama si anak lemah itu. Kalo diakan cuma bisa diem and pasrah. Lah kalo gue kan masih bisa adu bacot." Gerutunya sembari melangkah keluar kamar.

Clafer pun keluar dan berjalan menuju tangga. Dapat ia lihat, Ibu tirinya yang sudah menunggu dibawah dengan penampilan yang emm.. norak.

"Udah tua tapi penampilan gak sesuai sama umurnya. Ck sebenernya apa sih yang bokap gue lihat dari wanita itu?" Dumel Clafer mengiringi setiap langkahnya.

Clafer pun sampai dihadapan wanita yang sudah terlihat berapi-api. Ia pun hanya mendengus dan menatap malas kearahnya. Tiba-tiba..

Plakk..!!

_o0o_

Segini dulu untuk prolognya.. aga gaje sih menurutku, tapi gapapa lah untuk pemanasan..

Bakal aku lanjut kalo udah ada yang baca dan vote..

Sampai jumpa di next Chap..!!

Thanks..

Bye-bye..

16-03-2023.

Transmigrasi || Little Boy The Devil DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang