Maya bertanya-tanya dalam hati, apa alasan Liand menyuruhnya memanggil 'Mas'? Padahal, panggilan itu sangat rentan membuat dirinya terbawa perasaan. Akal sehatnya ingin menolak keakraban yang ditawarkan Liand. Namun, hatinya mendamba kedekatan yang lebih dari sekarang.
Pada akhirnya, Maya membiarkan dirinya terbawa suasana keakraban mereka.
Sejak perbincangan tiga hari yang lalu, Liand tidak harus sendirian lagi di kantor. Ada Maya yang menemaninya selama menunggu Humaira dan Ralind pulang ke gedung apartemen ini.
Bos dan sekretaris magang itu menjadi semakin dekat. Setiap malam, tidak hanya mengobrol saja, tetapi mereka juga makan malam bersama. Awalnya, Maya malu. Sekarang, sudah menjadi rutinitasnya untuk makan malam bersama atasan. Begitu pula dengan Liand, sangat menikmati obrolan dan makan malam bersama Maya. Apalagi makanan yang dimasak oleh sang sekretaris tidak pernah gagal memuaskan lidah dan perutnya.
Meski begitu, saat bekerja, mereka tetap bersikap profesional. Liand kembali bersikap tegas sebagai atasan, dan Maya menjalankan tugasnya sebagai sekretaris dengan baik. Walaupun beberapa kali dia hampir keceplosan memanggil Liand dengan sebutan 'Mas', tetapi segera diralat menjadi 'Pak'.
Sore ini, Liand berpamitan pada Maya untuk pulang lebih awal. "Aku mau nge-gym di lantai dasar."
Gedung apartemen yang bersebelahan dengan mall megah ini mempunyai fasilitas sangat lengkap. Selain kamar-kamar bertipe studio sampai dengan tipe mewah, gedung apartemen ini juga dilengkapi kafe, klinik kecantikan, klinik dokter umum, apotek, penitipan anak, pusat kebugaran, kolam renang, taman bermain sekaligus taman bunga, dan masih banyak lagi.
Mendengar pemberitahuan Liand, Maya mengangguk. Namun dalam hati dia juga ingin ikut berolahraga bersama sang pujaan hati. Otaknya sudah membayangkan, Liand dalam balutan pakaian olahraga, akan segagah apa?
Dengan nekat dia berinisiatif. "Saya boleh ikut, Pak?"
Liand yang hendak meninggalkan Maya, urung melangkah. "Ikut ke mana?"
"Nge-gym bareng Bapak," jawab Maya lugas.
Liand terkejut, menelan ludah secara kelu. "Kamu, nggak lembur lagi?"
Maya menggeleng. "Sore ini saya putuskan untuk nggak lembur dulu. Sudah lama saya nggak nge-gym. Saya juga belum tahu letak gym-nya di mana. Gedung ini terlalu luas. Saya belum punya kesempatan untuk menjelajah lebih jauh. Kalau Bapak nggak keberatan, saya boleh ikut nge-gym?"
Diberi alasan sedetil itu, Liand kesulitan menolak ajakan sekretarisnya. "Boleh. Kamu tunggu di lobi. Aku mau ganti baju dulu. Setelah itu, kita berangkat bareng dari lobi."
Maya mengangguk senang. "Baik, Pak."
Saat Liand sudah menghilang ditelan pintu lift, Maya segera membereskan barang-barangnya di atas meja untuk dimasukkan tas. Dia memakai sepatu dan bergegas pulang ke kamarnya di lantai tiga. Dalam kamar apartemennya, secepat kilat Maya mempersiapkan diri dengan mandi, memakai baju olahraga yang dirangkap rok selutut dan kardigan, bersepatu olahraga, berdandan natural, lalu menyemprotkan parfum yang super wangi ke seluruh tubuh.
Usai mempersiapkan diri, Maya memasak daging teriyaki dan mengemasnya bersama nasi putih dalam wadah plastik. Tidak lupa, dia juga menyiapkan infused water yang akan sangat dibutuhkan Liand selesai berolahraga nanti. Usai memasukkan semua bekal dalam tas kain, ponselnya berdering. Nama Liand berkedip-kedip di layarnya.
Maya menerima panggilan itu sambil mencangklong tas, mengunci kamar, dan bergegas menaiki lift menuju lantai dasar. "Maaf, Mas. Tadi aku masih masak makan malam buat dimakan nanti selesai nge-gym." Ini sudah jam di luar kantor. Sah-sah saja dia memanggil Liand dengan panggilan 'Mas'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Temptation NEW VERSION (Versi Novel)
RomanceTidak hanya direnggut keperawanannya, Humaira juga harus mengandung dan melahirkan anak Fahri. Dengan semua kepahitan itu, Liand bersedia menikahi Humaira. Demi nama baik keluarga mereka. Demi cintanya pada Humaira. Akan tetapi, pernikahan tidak mem...