16.Bahasa Inggris

4K 806 156
                                    

Syam dan Nasya kini sedang berada di perpustakaan. Saat ini Syam sadang mengajari Nasya bahasa Inggris. Sebenarnya Nasya lah yang meminta Syam untuk mengajarinya bahasa Inggris.

"Apa alasan lo mau belajar bahasa Inggris?" Syam menatap lekat Nasya.

Nasya tampak berpikir. 'Nggak mungkin kan gue bilang kalau gue pengen belajar bahasa Inggris biar gue nggak kelihatan bego pas kak Syam ngomong pakek bahasa Inggris.'

"Pengen aja," ucap Nasya sedikit gugup.

"Harus jelas dulu alasannya, baru gue ajarin. Gue kasih waktu lima detik buat mikir, satu ..." Syam mulai menghitung.

Nasya bingung mau menjawab apa. "Kak---"

"Dua ... Tiga ..." potong Syam.

"Aku pengen dapet jodoh orang Inggris." Nasya berkata dengan asal.

Raut wajah Syam terlihat serius, ia berusaha mencari kebohongan di mata Nasya. Masih sedikit tidak menyangka jika Nasya menginginkan jodoh seorang lelaki yang berasal dari Inggris.

Nasya memainkan ujung kerudungnya, rasanya menyesal telah mengatakan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi, Nasya bingung mau menjawab apa. Dan kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.

"Orang Inggris jarang ada yang agama Islam." Syam mengambil kamus yang ada di depannya.

"Pasti ada satu orang, nggak mungkin nggak ada." Nasya menunduk dan menggigit bibir bawahnya.

Syam tampak berpikir. "Apa gue harus pindah kewarganegaraan biar jadi warga Inggris."

"Buat apa kak?" Nasya menatap heran Syam.

"Biar masuk dalam kriteria jodoh lo," ucap Syam.

Nasya berusaha untuk mengalihkan pembicaraan. "Ini kita mau belajar darimana dulu?"

Syam tersenyum geli. "Lagi ngalihin pembicaraan?"

"Nggak," elak Nasya.

Syam tidak mau memperpanjang, tentu saja cowok itu tidak ingin calon istrinya semakin gugup. Kedua pipi Nasya saja terlihat bersemu merah, demi apapun Syam sangat ingin tertawa. Syam berusaha menetralkan perasaannya.

"Kalau gue ngajarin lo bahasa Inggris, gue dapet imbalan apa?" tanya Syam.

"Kakak bisa bikin satu permintaan," balas Nasya ragu.

Syam tersenyum penuh arti. "Oke."

"Nggak deh nggak, lupain imbalan itu." Entah kenapa melihat senyum Syam membuat Nasya merasa was-was.

Syam menaikkan sebelah alisnya, cowok itu kembali tersenyum. "Nggak bisa di batalin, udah deal soalnya."

"Kak, nggak mau. Yang lain aja, aku traktir makan deh." Nasya mencoba membuat penawaran.

"Nggak mau, tetep kesepakatan yang pertama," ujar Syam.

"Kak, jangan aneh-aneh ya mintanya. Emang kakak mau minta apa?" tanya Nasya.

"Jadi istri gue," balas Syam begitu singkat, padat, dan jelas.

"Nggak!" sergah Nasya.

Kening Syam berkerut. "Nggak mau?"

"Belum siap kak." Nasya menunduk dalam-dalam.

Syam tertawa kala mendengar ucapan Nasya yang kelewat jujur. Nasya perlahan mengangkat kepalanya, ia bisa melihat Syam yang sedang tertawa tanpa suara. Syam terlihat sangat tampan.

Syam menghentikan tawanya saat Nasya menatapnya tanpa berkedip, Nasya sedikit kecewa saat Syam berhenti tertawa. Melihat Syam tertawa adalah hal yang langka.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang