Part 43

4.7K 199 1
                                    

Vote dulu dong, pelit amat?
***

Plak!
Tamparan panas mendarat di pipi Juna, membuat ia meringis dan setelahnya ia melotot menagih penjelasan.

"Siapa ngijinin buat alihin pandangan dari saya?" Tanya Yana dengan nada mengintimidasi.

Tubuh Juna bergidik, perkataan lugas istrinya membuat ancaman bagi tubuhnya. Tangannya tidak diam saja, ia masih berusaha melepaskan ikatannya. Tamparan tadi membuat bekas merah di pipi Juna. Yana berfokus pada area intim mereka. Ia melepaskan semua kain yang menutupi privasi mereka. Kemudian lagi ia naiki Juna. Kali ini bawah mereka telanjang bawah. Juna sejak tadi hanya memejamkan mata, antara malu dan kesal.

"Kak.. masih siang," cicit Juna.

"Kenapa? Bukannya tadi.. kamu yang mau?" Ledek Yana.

Yana menduduki junior Juna, menempelkan miliknya dengan tepat tanpa ada niatan menyatukan mereka. Tubuh Yana mengejang, berbeda dengan rangsangan ketika hanya menggesekkan dengan masih tertutup pakaian.

"Ahh.." Juna melepaskan suaranya, ia merasakan pertemuan kedua aset mereka.

Milik Yana terasa hangat, Juna semakin tak sabar diri. Sedangkan Yana masih terdiam, membiasakan diri. Ia sedikit malu karena harus ditatap Juna dari bawah. Wajah Yana memerah, entah sejak kapan fem sidenya hadir. Ia tak berkutik, badannya malah lemas.

"Gerakin." Perintah Juna.

"How dare--Ahh!" Kemarahan Yana terhenti karena hentakan pinggul suaminya yang dadakan.

Juna menggerakkan pinggulnya ke atas. Membuat milik Yana terhentak. Bukannya marah, tubuh Yana malah bergetar. Ia nyaris tak kuasa mendominasi suaminya karena rangsangan sebelumnya.

"Stop.." Yana mencicit.

Tidak berhenti, lagi-lagi Juna menghentakkan miliknya lebih keras. Kaki Yana kini bergetar hebat, berusaha menahan kenikmatan yang menguasai dirinya.

"I told you.." Yana menyingkap baju Juna, memperlihatkan nipple suaminya. "To stop." Ia mencubit nipple suaminya dengan keras.

"Ahhh! Kak! STOP." Tubuh Juna melengkung merasakan miliknya dicubit dan dimainkan. Pergelangan tangan Juna terasa sedikit perih karena ditarik tali gorden. Tubuh Juna mengejang terus karena Yana menarik-narik nipplenya. Matanya berair karena menahan sakit sekaligus kenikmatan dari istrinya. Ia terus saja mengulum bibirnya, menutup jalan keluar bagi desahannya.

"Open your mouth." Suruh Yana.

Juna menatapnya sayu, juga memelas. Sedangkan badannya masih bergetar. Gerakan pelan di pinggul Yana berhasil membuat beberapa cairan kental keluar dari junior Juna--precumnya.

"Don't be a bad boy, okay?" Yana memelankan suaranya.

Pelan suara istrinya malah membuat Juna lebih takut. Ia berhenti mengulum bibirnya. Tapi kaki Juna bergerak ke atas, lalu mengitari pinggang Yana. Badan Yana terjatuh menimpa badan suaminya. Berulang kali ia berusaha duduk tegak, Juna masih mengunci pergerakan Yana hanya dengan kedua kakinya. Tatapan Yana menajam ke arah suaminya, sedangkan suaminya menyambut tatapannya dengan balasan tatapan meledek.

"Juna--AAA!" Tiba-tiba saja Juna membalikkan badannya, membuat posisi Yana kembali dibawah.

Energi Juna sebenarnya sudah habis hanya untuk pergerakan singkat itu, apalagi tanpa adanya bantuan tangan.

"Buka talinya, atau-" junior Juna menegang. Seakan sudah siap menusuk lubang istrinya. Smirk Juna terpancar ketika Yana menurut, ia membantu Juna membuka talinya. Ia pasrah. Ia belum ingin melakukan itu sekarang, ia tidak ingin susah berjalan saat liburan.

"Good girl.." pujian untuk Yana terlontar, anehnya bukan dari seorang yang perkasa, melainkan cowo cantik dengan posisi mendominasi saat ini.

Bersambung...

Kukira Malesub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang