Lelaki muda dengan umur belum sampai menginjak kepala tiga tengah duduk di kursi kantor. Dengan obsidian hitam legamnya, ia memandang fokus pada layar laptop di depan. Tangan kanan meraih gagang telepon di ujung meja, lalu menekan tombol untuk menghubungi seseorang.
Suara berat dan dalam dari lelaki muda itu terdengar. Dia berkata, "Kosongkan jadwal hari ini."
Jawaban dari balik telepon langsung terdengar, "Apakah anda akan pergi ke pertandingan, Tuan Sakusa?"
Ekspresi dari lelaki itu tidak dapat ditebak karena wajah yang tertutupi oleh masker. Tapi apalah pepatah yang berkata bahwa mata tidak dapat berbohong, pancaran manik dari lelaki itu sungguh terasa dari bagaimana cara menatap ke arah layar laptop dengan fokus bahkan tanpa berkedip sekalipun. Ada setitik keanehan yang tidak dapat diungkapkan disana.
"Ya. Siapkan tiketnya sekaligus."
"Baik, Tuan Sakusa."
Tidak lama setelah itu, dia memutuskan sambungan. Lelaki muda, atau biasa dipanggil dengan Sakusa Kiyoomi itu meletakkan kembali teleponnya.
Saat pandangan fokus menatap layar laptop, jari telunjuk kanannya tak henti-henti mengetuk permukaan meja. Di layarnya saat ini terpampang acara live dari pertandingan dua tim yang memakai jersey saling berkebalikan, yaitu hitam dan putih tengah berhadap-hadapan satu sama lain.
Sakusa menyandarkan punggung pada kursi. Satu kaki ditekuk di atas kaki lain. Kedua tangan saling mengait berada di atas paha. Saat video itu mengarahkan langsung pada wajah seseorang yang tampak bersemangat dan senang ketika pertandingan akan segera di mulai, kilauan mata Sakusa tampak sedikit meredup. Dia bergumam lirih, "Good luck."
Dia kemudian mendengar bunyi ketukan pintu. Mata melirik sebentar, lalu kembali fokus ke layar laptop. "Masuk."
Seorang perempuan muda, cantik memiliki rambut sebahu berwarna hitam berjalan memasuki ruangan Sakusa. Ketika sampai di hadapan, perempuan itu sedikit menunduk hormat. "Tiket sudah saya siapkan. Kapan Anda ingin pergi?" Tanya perempuan itu dengan suara tenang dan elegan.
Sakusa menutup laptopnya dan beranjak dari kursi empuknya. Dia melihat jam yang berada di pergelangan tangan, kemudian mengangguk. "Sekarang."
"Mobil sudah saya siapkan."
Sakusa mengambil mantel hitamnya dan langsung dipakai. Dia lalu melangkahkan kaki keluar ruangan menuju parkiran mobil.
_____
Sakusa melihat pertandingan voli dari Tim MSBY melawan Tim Adlers hingga selesai. Meskipun lumayan terlambat untuk tiba, setidaknya masih ada cukup waktu yang tersisa untuk melihat pertandingan sampai habis.
Sakusa dari atas podium dapat melihat kedua tim yang saling berhadapan sedang bersalaman satu sama lain, tanda dari selesainya pertandingan.
Pertandingan kali ini dimenangkan oleh Tim Adlers. Berbeda dengan beberapa tahun lalu, yang mana Tim MSBY pemenangnya. Entah kenapa, Sakusa merasa tidak terkejut sedikitpun mengetahui fakta itu. Seperti sudah tahu jika akhirnya Tim Adlers yang akan menerima kemenangan. Apalagi dengan dirinya yang sekarang sudah pensiun dari voli dan memilih pergi meninggalkan MSBY, pasti kekuatan dari mantan timnya itu akan sedikit berkurang.
Melihat para pemain yang sudah mulai keluar dari lapangan, Sakusa berdiri. Kedua tangan masuk ke dalam saku berusaha meminimalisir terjangkitnya kuman. Netra gelapnya tampak fokus mengamati seseorang.
Melihat bahwa orang itu sudah keluar dari lapangan, Sakusa membalikkan tubuh. Detik berikutnya, dia berjalan keluar.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Straight Guy || SakuKage
FanficSakusa tidak tahu pikiran apa yang berani membuat dirinya melakukan hal tidak pantas itu. Yang pasti dia hanya ingin memastikan sesuatu. Summary : Sakusa yang mencoba segala cara untuk meluluhkan hati Kageyama. Terinspirasi dari manhwa : Unintentio...