Happy Reading
🌱🌱🌱Ika melangkahkan kakinya ke ruang BK dengan menghindari keramik yang terdapat poletan, dia sengaja ingin melakukan itu, anggap saja permainan sederhana, disela-sela kegiatannya yang membeludak.
[Alasan Ika! Itu masa kecil kurang bahagia saja!]
Ika mempunyai sedikit urusan dengan Bu Mega terkait Siswa yang telah mendapat point dari kesalahannya, apa sebaiknya dihukum berat atau bagaimana. Ika tidak bisa memutuskannya sendiri, akan sangat tidak adil jika dia berbuat seperti itu.
Ika yang bersiap mengetuk pintu terdiam, kepalan tangan nya tertahan diudara. Dia terbelak saat mendengar suara teriakan didalam sana. Membuat Ika mengurungkan niatnya, dan mendengar percakapan yang membuatnya penasaran.
Dan untuk kedua kalinya, Ika mendengar pembicaraan orang lain. Harusnya dia menjauh namun hatinya seakan menyuruh diam untuk mengetahui sesuatu. "Maafin ya allah."
Pintu yang terbuka secara tiba-tiba membuat Ika memundurkan langkahnya dengan jantung berdegup kencang, karena dihadapannya seorang kepala sekolah berdiri tegap dengan sepatu mengkilap. Yang seakan mengamati dirinya dari atas hingga bawah.
Ika menahan napas saat sepatu itu melangkah kedepan ... kemudian berbelok. Membuat Ika menghembuskan napas lega, saat kepala sekolah itu, mulai berjalan menjauh dari dirinya berdiri sekarang.
Ika yang hendak masuk tertahan dengan suara Bu Mega yang terdengar tinggi.
"Ada apa lagi?!"
Ika meneguk ludah saat melihat penampilan Bu Mega yang berantakan, dia mengulurkan sebuah buku yang diberi sampul hitam "Ini Bu, ada yang ingin saya katakan mengenai point."
Ika sedikit menunduk saat Bu Mega justru menatapnya tidak suka "Kamu sejak kapan berdiri disitu Jesika?!"
"Baru saja Bu." Maaf dari tadi sebenarnya.
"Terserah kamu sajalah, urusan itu kamu yang urus. Dan jangan ganggu saya!"
Ika mendekap buku itu erat saat Bu Mega justru menutup pintu dengan kasar.
Kenapa ya, Bu Mega dan kepala sekolah seperti adu debat. Juga kenapa harus membawa-bawa nama dia? Memang dia siapanya mereka?
"Jesika!"
"Iya Pa Wawan." Ujar Ika yang melihat guru kesiswaan itu berjalan cepat dengan membawa setumpuk buku.
"Bapa cariin di kelas ternyata disini toh? Ngapain?"
"Tadinya mau ke Bu Mega, tapi kayaknya Bu Mega lagi sibuk." Jawab Ika diakhiri kekehan kecil.
Pa Wawan menoleh kearah pintu yang kini tertutup, dia berjalan cepat kesini karena mendengar dentuman yang cukup keras. Yang ternyata adalah pintu ruang BK yang dia duga ditutup kasar.
Melihat itu, Pa Wawan menatap Ika iba. Entah kenapa Bu Mega dan kepala sekolah terlihat tidak senang dengan Siswi ini. Padahal menurutnya, Siswi didepannya ini baik.
"Mungkin lagi galau, biasa namanya juga perempuan. Bukannya Jesika juga gitu."
Ika terkekeh "Iya juga heheh."
Pa Wawan tersenyum "Bapa berhasil minta ini ke kepala yayasan." Ujarnya dengan nada kecil.
"Wah, Pa Wawan hebat banget."
Dengan hidung yang kembang kempis, dengan bangga Pa Wawan menjawab "Tentu dong, Pa Wawan gitu loh. Apasih yang engga bisa Bapa taklukin, ini masalah gampang." Walau sebenarnya bingung, karena sebelum Bapa menjelaskan. Kepala yayasan sudah memberi ini semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
JESIKA [END][COMPLETED]
Teen Fiction[Series Teen Fiction] "Kalau engga baik, bukan Ika namanya." Jesika yang kerap dipanggil Ika, gadis maniak stroberi, penyuka yupi dan barang-barang gemoy. Pemilik gingsul yang menambah kesan manis diwajahnya dengan pipi chubby. Ini kisahnya, memasuk...