08. Maaf

69 15 0
                                    

Sebut Namamu 08

08. Maaf

.
.
.
.
.

Bagas: bagaimana yah aku bisa nembak Gadis

Ian: Eh?

Bagas: kenapa?

Ian: Siapa?

Bagas: Siapa apa?

Ian: Kamu tadi bilang mau bembak

Bagas: Ohh, aku mau nembak cewek yang aku taksir

Ian: namanya?

Bagas: Gadis, satu kelas aku

Ian: Eh? Beneran?

Bagas: kenapa kaget?

Jadi selama ini orang disukai Bagas adalah perempuan yang dekat dengan Ian. Ian hanya bisa terdiam dan memfokuskan pikirannya, bagas yang terlihat masih asik menceritakan bagaimana perasaannya pada Gadis tak sadar bagaimana ekspresi Ian sekarang.

Ian hanya bisa memainkan tangannya yang dari tadi menahan emosi dan mengontrol perasaannya. Sangkin tak bisa menahannya air matanya menetes tak henti mengingat teman yang ia sayang juga menyukai wanita yang ia sukai, pikirannya sekarang bagaikan hancur.

Ian: Gas... Aku pulang dulu yah

Bagas: eh? Kok mau pulang?

Ian: aku ada urusan, lupa tadi

Bagas: tunggu... Kamu nangis?

Ian: hem? Nggak kok... Aku duluan yah

Bagas: Ian... Ian... Tunggu

Bagas yang ingin mencegah Ian untuk pergi tapi tak bisa meraih tangan sang sahabat. Ian yang keluar dari rumah bagas dengan santai tapi dengan pikiran yang kacau, ian masih terkejut dengan apa yang terjadi tadi. Ian yang baru saja bisa merasakan bagaimana bisa menyukai seseorang, tetapi harus dihadapkan dengan keadaan yang pahit.

Memilih untuk tetap melanjutkan perasaannya atau mengorbankan untuk sahabatnya. Sunggu pilihan yang sangat menyakitkan, dari sisi lain ian juga menyukai Gadis tapi dia sangat sayang sahabatnya itu.

Kini langka kakinya yang tadi berjalan dengan santai lama kelamaan berubah menjadi lari yang penuh arti. Hujan yang mulai turunpun mengiringi perjalanan ian, langit gelap dan hujan yang lansung turun pun membuat susana hati semakin resah.

"Ian, lihat dirimu kamu hanya orang miskin sadar diri, tidak ada yang ingin mau denganmu" teriaknya dalam derasnya hujan

"Dia wanita cantik dan baik, kamu hanya laki-laki yang akan menjadi bebannya. Mundurlah dan tetap menjadi orang yang tertutup" lanjutnya

"Tapi aku menyukainya Gadis juga" suaranya mulai pelan

"Tapi aku sayang sahabatku" semakin pelan

"Aku harus ngapain supaya pilihan ini hilang dari hidupku" tanpa ia dasari ternyata Bagas mengikutinya dari belakang

Bagas: Ian

Ian: bagas?

Bagas: Tadi....

Ian: ...... Maaf

Bagas: Yang kamu omongin tadi beneran?

Ian: Maaf.... Maaf

Ian pun berlari sekencang mungkin tanpa memikirkan bagas yang tadi menanyakan kebenaran itu. Baju yang tadi rapih kini basah dan kusut, tas yang tadi dipunggungnya kini ia lepas dan tetap berlari.

Hujan yang semakin deras membuat jarak pandang yang semakin pendek, tapi tidak membuat ian tetap berlari untuk menjauh dari Bagas. Saat sampai di ujung jalan tempat penyebrangan ia berhenti dan mengatur nafasnya.

Ian seperti orang yang ketakutan, orang yang sedang dikejar orang yang tak dikenal. Ia hanya tertunduk dengan nafas yang masih belum terkontrol, bahkan kakinya sedikit gemetaran. Di tepi jalan yang sepih hanya ia dan hujan, sekarang sudah jam 5 sore.

Gadis: Ian? Ian kan?

Ian: Ehhhh?

Gadis: ngapain hujan-hujanan?

Ian: .....

Dia sangat terkejut mendapati Gadis berada dibelakannya, gadis yang tadi habis belanja beberapa bahan makanan dengan payung hitam ditangannya. Hatinya kembali teraduk melihat sosok perempuan ini, saat melihat wajah Gadis seketika wajah bagas juga terlihat.

Air mata ian keluar tanpa ia sadari, ia sangata sanyang sahabatnya dan ia tidak ingin membuat sahabtnya kecewa. Ian tau kalau bagas sudah lama tertarik dengan Gadis dan ian hanya orang yang baru saja merasakan namanya jatuh cinta.

Gadis: Kamu masuk angin nantin

Ian: ......

Gadis: kamu kenapa?

Ian: sebetulnya.... Ak.... Ak

Gadis: kenapa? Kamu baik-baik kan?

Ian: aku......

Gadis: iya kenapa?

Ian: Bagas munyukaimu

Gadis: He?

Ian: ba... Bagas menyukaimu.... Aku pergi dulu

(Bus Melintas dengan kecepatan tinggi)

Gadis: IAAAAN

Karna teriakan Gadis membuat Ian terhenti dan membalikkan badan melihatnya, tanpa ia sadari Bus besar sedang menuju kearasnya. Karna hujan deras membuat bus itu pun tak jelas terlihat. Bus yang sudah mendekat dengan kecepatan tinggi membuat Ian hanya bisa melihat dengan mata yang melotot.

Saat itu juga ian merasakan sosok tangan kecil mencoba mendorongnya untuk menjauh, tapi kecepatan bus membuat usahanya tidak bisa menyelamatkan seseorang. Suara yang sangat keras membuat sopir buspun tersadar telah menabrak sesuatu.

Tubuh mungil itu pun hanya bisa terhempas jauh dengan sobekan kantong plastik ditangannya. Tubuh mungil yang kini tak berdaya dengan darah yang terus keluar, belanja yang tadi rapih dalam kantongan kini berhamburan ditengah jalan. Kepala Gadis terbentur keras mengakibatkan pendarahan yang amat parah, kini kondisi tubuhnya yang memprihatinkan.

Disisi lain tubuh laki-laki yang juga cukup parah sedang tergeletak lemas di seberang jalan. Benturan yang cukup parah juga ia alami, tapi berkat sedikit dorongan dari perempuan itu membuatnya bisa terhempas sedikit menjauh dari depan bus. Tak seperti perempuan itu, yang tepat berada didepan bus membuat semua tubuhnya terbentur oleh benda keras.

Bagas: IAAAAAANNNN.... IAAAAANNN

.
.
.
.
.
*******
Author: T.T no komen

Sebut Namamu: Saat Hujan Turun (S1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang