Tanpa terasa sudah 3 bulan Eun Chae dan adiknya tinggal bersama nenek Seo. Eun Chae dan Min Chae sudah menganggap nenek Seo sebagai nenek mereka sendiri dan begitu pula sebaliknya. Meski Eun Chae tidak pernah mendengar cerita secara langsung dari mulut nenek Seo, tapi ia mendengar bagaimana nenek Seo telah ditelantarkan oleh anak-anaknya sendiri.
Nenek seo memiliki seorang putra dan dua orang putri serta empat orang cucu. Mereka hidup sangat berkecukupan. Dulu suami nenek Seo adalah mantan tentara dan setelah pensiun ia mengabdikan dirinya menjadi guru sekolah dasar, sementara nenek Seo membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kimbab hingga sekarang. Dari semua itulah nenek Seo dan almarhum suaminya berhasil menyekolahkan putra-putrinya hingga menjadi sarjana.
Anak pertama nenek Seo adalah seorang putra, pengusaha kuliner. Ia memiliki restoran makanan khas Jepang yang memiliki 4 cabang. Anak ke-2 adalah seorang perempuan yang bekerja di sebuah Bank Internasional. Dan yang teakhir seorang putri, adalah istri dari seorang pejabat daerah yang sangat terkenal.
Apa yang membuat nenek Seo sangat dihormati di lingkungan tempatnya tinggal bukan lah karena anak-anaknya yang sangat sukses, melainkan hatinya yang baik dan suka menolong para tetangga. Dibalik itu semua, mereka menaruh rasa iba kepada nenek seo yang setelah ditinggal mati suaminya, anak-anaknya mulai jarang datang mengunjungi mereka malahan 2 tahun belakangan ini anak-anaknya tak lagi datang menengoknya.
Bagi Eun Chae, kisah hidup nenek Seo sama dengan apa yang ia dan adiknya miliki. Mereka sama-sama ditinggalkan dan dilupakan. Eun Chae sangat bersyukur kepada Tuhan, bahwa ia dipertemukan dengan nenek Seo dan diberikan kesempatan untuk mengenal dan mengurus wanita tua itu. Meski dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan tinggal bersama dengan nenek Seo membuat ia tak jarang mendengar gunjingan miring tentang dirinya dan adiknya. Meski banyak tetangga yang merasa simpati kepada mereka, tapi ia juga mendengar kalau sesungguhnya ia datang untuk memanfaatkan kebaikan hati sang nenek.
“Bagaimana keadaan nenek Seo?” tanya nyonya Park kepada Eun Chae yang terlihat letih.
“Ya...ahjumma?” Eun Chae rupanya tak benar-benar mendengar pertanyaan nyonya Park.
“Sepertinya kau kurang tidur. Aku bertanya bagaimana keadaan nenek Seo? Apa tidak sebaiknya kau pulang dan menungguinya?”
“Ah...panas tubuhnya sudah turun. Ia sudah lebih tenang semalam.” kata Eun Chae. Sejak dua hari yang lalu nenek seo merasa tidak enak badan. Seingatnya sejak ia dan Min Chae pergi ke kebun binatang. Berulang kali Eun Chae memaksa nenek seo untuk pergi mendatangi dokter, tapi ia bersikeras tidak mau dan hanya ingin berbaring di rumah saja. Nenek Seo memohon kepada Eun Chae untuk tidak akan pernah membawanya ke Rumah Sakit apa pun yang terjadi karena itu akan mengingatkan dirinya kepada almarhum suaminya yang meninggal di RS. 'Aku tak ingin meninggal di RS, Eun-ah. Aku ingin meninggal di rumah saja.' begitu perkataan nenek Seo sewaktu Eun Chae ingin membawanya ke RS terdekat. Meski Eun Chae menitikkan airmata dan Min Chae terisak menangis karenanya, nenek seo tetap bersikukuh untuk tak beranjak dari tempat tidurnya.
“Sudah...sebaiknya kau pulang dan rawan nenek Seo. Jangan kau pusingkan dengan keadaan disini. Ahjumma masih bisa mengatasinya. Pulanglah Eun-ah...” desak nyonya Park.
“Baiklah. Aku akan pulang ahjumma. Terimakasih.” setelah mengucapkan kalimat itu, Eun Chae langsung berlari melesat keluar gedung kafetaria.
“Eun-ah kemana ibu?” tanya Joon Ha yang baru saja masuk. Ia merasa kecewa karena Eun Chae malah pergi ketika ia datang.
“Nenek seo sakit, jadi ibu menyuruhnya pulang.” kata nyonya Park.
###
“Eun Chae-ssi...Eun Chae-ssi...” Shin Joo memanggil nama Eun Chae yang berjalan keluar area universitas dengan tergesa-gesa. Eun Chae yang merasa mendengar namanya dipanggil menoleh ke sebuah mobil yang berjalan pelan sepanjang jalan yang ia lalui. “Apa kau sedang terburu-buru?” tanya Shin Joo lagi.