LXIII [Villain (3)]

6.1K 941 10
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Gitu doang katanya? Seenteng itu kah mulutnya sampai bisa berbicara seperti itu di depannya? Bahkan Ace tidak tahu harus berekspresi seperti apa lagi mendengarnya.

"Jangan di dengar. Jangan pernah percayai omongan pembunuh," cegah Pak Carlos.

"Ace, percaya terus sama gue. Dia cuma membual," timpal Leoni.

Begitu terus yang tergiang di telinganya. Sejak tadi mereka menghalangi Arlo membicarakan itu, artinya benar bukan? Ibunya? Mentari Ayudisha? Tetap tidak masuk di akalnya.

"Ayah, yang diomongin dia itu benar? Ace cuma dengar dari mulut Ayah," pinta Ace yang menyanggah ucapan Arlo barusan. "Kok Ayah diam? Ace bakal anggap itu benar kalo Ayah diam. Jawab, Yah," desaknya lirih.

"Ace, dia–"

"Gue gak ngomong sama Kak Leoni. Diam," larang Ace. Telinganya masih ingin mendengar pengakuan dari ayahnya. "Ayah, jawab. Ace bakal diemin Ayah kalo Ayah gak jawab," pintanya sekali lagi.

Pak Carlos meneguk salivanya, keringat dingin mulai memenuhi keningnya. Melihat raut wajah anaknya, itu bukan yang diinginkannya saat anaknya mengetahui fakta ini.

"Ace anggap itu benar. Mentari Ayudisha dibunuh oleh Zayn Irvandian." Ace tidak lagi menatap ayahnya, justru mendapat rengkuhan dari Aludra untuk menenangkannya. Ia tidak menangis, ia bingung harus berekspresi seperti apa.

Arlo menepuk tangannya yang suaranya menggelegar di dalam ruangan. "Pertunjukan bagus. Kalo gue gak kayak tadi, mungkin gue bakal sia-sia kabur dari penjara," ujarnya bangga.

"Maksud lo ungkapin itu semua apa?" tanya Keenan yang akhirnya angkat bicara.

"Senang-senang?" Arlo mengedikkan bahunya. "Gue cuma mau ungkapin rahasia ini yang sempet ketunda karena Dayana mati. Dan sekarang, bisa aja gue ungkapin rahasia lo, tapi backingan lo gede. Abis gue kalo gue ungkapin semuanya," kekehnya.

"Udah 'kan? Lo seneng udah buat kekacauan kayak gini? Sekarang buka pintunya, lepasin kita semua," suruh Aludra.

"Ada satu lagi yang mau gue lakuin." Arlo menyuruh asistennya untuk menyalakan sesuatu. "Mati bersama kalian. Tujuan gue disini cuma mau senang-senang sama kalian dan udah terwujud. Gue gemes sama ekspresi marah kalian. Terutama lo, Leoni," godanya melihat Leoni.

"Ini bau apaan sih?" Elora baru menyadari bau yang menyengat menyerang ruangan itu.

"GAS BERACUN. DAYANA, KELUAR CEPETAN!" Leoni berteriak sambil melepaskan dirinya dari ikatan yang simpulnya tidak kuat itu.

Tentunya kedua orang di sebelahnya itu langsung melepaskan ikatan itu dengan mudah. Menghampiri mereka berempat yang sudah menutup hidungnya untuk mencegah menghirup gas beracun.

"Bentar lagi pintu dibuka. Kita evakuasi semua murid untuk keluar. Kalo kalian gak kuat gapapa, pentingin kesehatan kalian," ucap Leoni memberi suruhan. "DAYANA, LO DIMANA?"

"Tebel banget uhuk ..." Orang yang dipanggil sebagai Dayana itu mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya, menutup hidungnya di lipatan siku. "Gue gak tau kalo si Arlo itu punya rencana gila kayak gini," ujarnya kesal.

"Na, lo masih hidup?" tanya Kai tidak percaya.

Yang dilihat mereka adalah Dayana yang mereka kenal. Dayana yang seharusnya sudah lulus. Dayana yang mereka kenal sebagai sepupu tirinya Alden.

"Gak ada waktu untuk jelasin. Kalian evakuasi aja dulu mereka. Gue tadi sama Rio udah lepasin sebagian ikatan mereka. Polisi udah di depan juga. Semuanya aman kecuali–"

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang