CHAPTER 1

825 63 3
                                    

MATURE CONTENT




Suara gemuruh petir yang bersahut-sahutan di langit dan derasnya hujan yang telah mengguyur kota lebih dari 3 jam membuat suasana kelam semakin terasa dan itu sungguh membosankan juga menyebalkan bagi seorang gadis berambut panjang dengan pita merah yang dipakainya sebagai penghias kuncir rambut di belakangnya. Mulai mendesah pelan berusaha tetap mengamati presentasi karyawannya yang tengah menjelaskan tentang sebuah grafik di layar besar di hadapannya.

Jika bukan karena ayahnya yang memintanya maka ia pastikan dirinya tak akan terjebak di rapat hari ini terlebih harus mengamatinya dengan seksama sebagai persetujuan proyek akhir bulan ini.

"Jadi bagaimana pendapat anda nyonya?" Tanya seorang pria paruh berkacamata yang kini menunggu dengan tatapannya mengintimidasi.

Perlu beberapa detik untuk gadis itu diam mencoba berpikir panjang sebelum dirinya mengambil keputusan. Sambil memutar-mutar pena ditangannya seraya matanya bergantian mencoba fokus pada arah layar dan juga file di mejanya, mempertimbangkan jawaban.

"Aku akan meninjau ulang." Finalnya berkata.

"Nde?" Respon semua orang bersamaan yang berada di ruangan tersebut menatapnya tak percaya.

"Sekian untuk rapat hari ini." Tutup gadis itu lalu berdiri berjalan angkuh meninggalkan ruangan kemudian.

Seorang pria tinggi yang juga ikut mengekor di belakang sang gadis kini mulai membuka suara setelah sempat menahannya sejak tadi di tengah rapat.

"Apa kau ada masalah?" Tanyanya.

"Ani. Wae?"

"Kau tak bisa berbohong padaku." Bisiknya mencoba tetap bersikap profesional terlebih keduanya masih berjalan di lorong di mana karyawan-karyawannya banyak berlalu lalang di sana sambil membungkuk memberi hormat jika ada yang tak sengaja berpapasan dengannya.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal dan semakin cepat melangkahkan kakinya menuju ruangannya segera.

Sampai di ruang kerjanya pria itu segera menutup rapat pintu tersebut dan tak lupa menguncinya.

"AAAKH!!!!" Teriak gadis itu setelahnya.

"...APA MEREKA TIDAK BISA BEKERJA?!! APA AKU HARUS MEMARAHI MEREKA DULU BARU MEREKA MENGERTI?!"

Pria tinggi itu dengan tenangnya berjalan mengambil air minum dan memberikannya pada sang gadis kemudian.

"Apa ini perihal makan malam keluarga?"

"O!! Ayahku--- jankaman, bagaimana kau tahu? Ayahku sudah mengatakannya padamu?"

Pria itu menganggukkan kepalanya mengiyakan, menjawab jujur yang sebenarnya terjadi.

"Aish!! Jinjja!" Gerutunya kesal.

"Apa yang membuatmu tidak mau melakukannya? Kau hanya tinggal duduk dan makan. Apa yang sulit?"

SILLY [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang