18•habis marah lupa

79 6 0
                                    

Almeera mengangguk, kemudian Juna menggenggam tangan Almeera "Lamaran itu bukan permainan, Almeera. Harus di pertimbangkan"

"Aku sudah mempertimbangkannya matang-matang, lalu apa masalahnya?"

"Kamu belum cukup mengenal saya, saya pun begitu. Dan kamu juga tidak tau masalalu saya seperti apa, saya bagaimana"

Almeera diam seribu bahasa. Pernyataan Juna barusan seakan mewakilkan apa yang ada di dalam hati Juna, kalau Juna memang tidak pernah serius dengan Almeera.

Lalu hal yang selama ini mereka lakukan bersama, apakah itu hanya kesenangan semata saja?

Almeera hanya ingin Juna bertemu dengan bunda dan Aaliyah, agar mereka tau kalau Almeera tidak salah memilih

Agar Aaliyah bisa membungkam mulutnya, tidak selalu membanding-bandingkan Juna dengan Fahri.

Atau Juna marah, karena Almeera tidak mempertemukannya dengan bunda waktu itu

"Almeera tidak perduli seperti apa masalalu kamu. Karena itu adalah bagian dari perjalanan hidup kamu, kita berdua akan memulai lembaran baru"

Almeera melihat dari raut wajah Juna, seperti ada yang di tutupi. Wajahnya gelisah. Ia bahkan tidak menjawab pertanyaan Almeera

"Gelisah sekali sepertinya"- tegur Almeera "Kalau aku tau kamu hanya bermain-main saja, dari awal aku tidak akan pernah menganggap hubungan ini serius"

"Maksud kamu? kamu tidak pernah menganggap saya serius?"

Almeera mengerutkan dahinya "Kalau aku tidak menganggap kamu serius, untuk apa aku meminta kamu datang ke rumah?"

"Saya belum tau kamu seperti apa, keluarga kamu. Kamu juga belum tau saya, dan bagaimana keluarga saya. Lamaran itu adalah perjalanan menuju ke arah yang serius, bukan hanya menyatukan dua kepala saja, ada dua hubungan asing yang harus di satukan juga"

Juna ini bicara apa, Almeera hanya meminta Juna datang ke rumah, menemui bunda, berbicara dengan bunda untuk menunjukan keseriusannya pada Almeera.

Almeera mengangguk "Aku tau itu"

Kalau saja kamu tau ada pria yang datang ke rumah dengan tujuan melamarku, aku yakin kalau kamu tidak akan membiarkan pria yang melamarku berkeliaran dengan bebas di sini

Almeera memalingkan wajahnya, ia tidak mau menatap Juna. Dari tadi yang ia lihat hanya jalan yang terlihat di kaca.

Setelah ini, Almeera tidak akan mau bertanya pada Juna tentang perasaan Juna padanya, atau bertanya apakah Juna memang benar-benar serius dengan Almeera

Perdebatan hari ini mengurungkan niat ku untuk selalu menuruti ego. Rasa keras kepala ku, keinginan yang harus selalu di turuti, aku akan mengalahkan itu semua

Karena pada dasarnya, apa yang ada pada kenyataan tidak harus selalu sama dengan apa yang ada di isi kepala kita. Dan aku akan menerimanya.

Tidak terasa, perjalanan ku menuju rumah sudah hampir sampai sebentar lagi. Dan aku masih tidak mau menatap Juna. Aku takut dia akan menatapku juga.

Aku takut kalau tatapan matanya akan membuat aku menjadi lemah tidak berdaya, seperti biasanya. Aku hanya ingin membuat keadaan ini tidak canggung, walaupun memang ada sedikit rasa kesal pada Juna

Aku membuka pintu mobil. Kemudian, "Almeera"

Almeera tidak menjawab. Ia keluar dari mobil walau ia tau Juna memanggil namanya beberapa kali.

Dia sedang marah rupanya. Aku memanggilnya dari tadi, tetapi dia tidak menghiraukannya. Dia marah sehingga dia lupa kalau dia meninggalkan bunga mawar kesukaannya di dalam mobil.

Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang