Author POV
"Kak, aku takut ibu akan marah padaku. Dia pasti tidak mau menerimaku." Ujar Amayya cemas.
Seminggu sudah berlalu dan Amayya sudah diijinkan untuk pulang. Ghaitsa dan Praka sedang membawa Amayya untuk bertemu dengan kedua orangtuanya.
"Tidak akan. Ibu juga sudah berubah. Dia pasti akan memaafkanmu." Ujar Ghaitsa menenangkan adiknya.
"Sini biar aku saja yang dorong." Ujar Praka yang baru saja datang dari ruang administrasi untuk mengurus semua biaya pengobatan adik iparnya itu.
Walau masih kesal dengan Amayya tapi Praka tetap membantunya. Dia pun membantu mendorong kursi roda yang sedang digunakan Amayya sekarang karena tak tega melihat istrinya yang melakukannya.
"Kak Praka masih marah denganku ya? Aku minta maaf karena sudah bertindak keterlaluan." Ujar Amayya ketika mereka sedang di perjalanan.
"Aku bukan Ghaitsa yang akan memaafkan seseorang yang telah menghancurkan rumah tanggaku dengan sengaja. Aku tak bisa memaafkanmu semudah itu. Aku melakukan semua ini karena aku kasihan kepada Ghaitsa bukan karenamu. Jangan berbicara padaku, itu akan lebih membantu." Ujar Praka dengan nada dinginnya. Sontak suasana pun menjadi canggung. Ghaitsa melihat ekspesi sedih adiknya itu.
"Mas, janganlah seperti itu." Ujar Ghaitsa menatap suaminya dengan tatapan memohon.
"Tidak bisa sayang. Aku sudah melakukan yang terbaik sejauh ini. Aku butuh waktu dan aku harap kamu mengerti itu." Ujar Praka lembut pada istrinya. Ghaitsa pun mengangguk mengerti. Dia tak bisa memaksakan hati seseorang.
"Kamu tenang saja May, saat ini mungkin Mas Praka belum bisa memaafkanmu tapi lambat laun dia pasti bisa melakukannya." Ujar Ghaitsa mencoba menenangkan adik tirinya itu. Amayya pun menegakkan kembali kepalanya dan tersenyum lembut kearah Ghaitsa.
"Iya kak aku mengerti."
Tak lama mereka pun sampai di rumah lama Ghaitsa. rumah dimana dia pernah merasakan segala suka dan duka. Ghaitsa sengaja belum memberitahu mereka tentang keadaan Amayya sekarang. Berkali-kali ibu menanyakan keadaan Amayya tapi dia menjawab bahwa dia baik-baik saja. Walaupun Amayya telah membuat ibu tirinya menjadi lumpuh seperti itu tapi kasih sayangnya tak pernah berkurang sedikitpun.
Orang pertama yang ditemui oleh Amayya adalah Ayahnya. Beliau merasa lega karena putrinya itu telah kembali. Amayya langsung meminta maaf pada sang Ayah karena semua perbuatan buruknya.
"Ibu dimana Yah?" Tanya Ghaitsa pada Ayahnya.
"Dia sedang di kebun belakang." Ujar sang Ayah memberitahu. Mereka pun langsung kesana dan menemui Ibunya.
Karena tak ada kegiatan, Ayah sengaja membuatkan kebun bunga di belakang rumah. Hal itupun membuat bu Sarah senang karena bisa merawat bunga-bunga itu. Beliau juga sudah berangsur membaik dengan terapi yang dijalankan. Yah walaupun dia juga masih duduk di kursi roda dan belum bisa melakukan banyak hal.
"Itu ibu, temui dia May. Kamu pasti bisa melakukannya." Ujar Ghaitsa memberi semangat kepada adiknya. Dia pun membiarkan Maya untuk menemui ibunya seorang diri.
Amayya mulai memberanikan diri untuk mendekati sang ibu. Bu Sarah yang menyadari kehadiran Maya pun langsung menghentikan kegiatannya. Amayya langsung turun dari kursi rodanya dan bersujud di kaki sang ibu yang telah membesarkannya itu. walaupun bukan orangtua kandungnnya, tapi bu Sarah telah membesarkan Amayya dengan penuh kasih sayang.
"Maafkan aku bu, Maafkan aku. Aku salah telah berbuat seperti ini. hukum aku sesukamu bu tapi tolong tetap anggap aku sebagai anakmu. Aku tahu kesalahanku sungguh besar tapi aku tulus ingin meminta maaf dan menyesali semuanya." Ujar Amayya dengan suara serak menahan tangis. Bu Sarah pun mengusap puncak kepala Amayya.
"Bangunlah Nak, ibu sudah memaafkanmu. Ibu juga minta maaf karena ibu tak mendidikmu dengan baik. Mari kita awali semuanya dengan benar sekarang." Ujar bu Sarah dengan bijaksanannya. Mayya pun langsung memeluk ibunya itu erat.
"Kamu senang sekarang?" Tanya Praka yang tiba-tiba sudah ada di samping Ghaitsa.
"Tentu saja. Walaupun mereka bukan keluarga kandungku tapi mereka adalah orang yang berarti untuk Ayah. Mereka adalah bagian dari cerita di kehidupanku. Terimakasih mas kamu telah mengajarkan aku menjadi manusia yang mampu menerima keadaan. Rasanya lega hidup seperti ini. Tak ada dendam maupun iri dengki diantara kita lagi." Ujar Ghaitsa dengan tulus. dia benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan lelaki yang kini menjadi suami sekaligus Ayah dari anak-anaknya kelak. Lelaki yang banyak mengajarkan banyak hal baik untuk Ghaitsa.
"Tidak Ghaitsa, sejak awal kamu lah yang banyak mengajarkanku banyak hal. Kamu perempuan yang tegar dan itu yang membuatku kagum padamu. Kamu mampu menyimpan kesedihan untuk dirimu sendiri dan hanya memperlihatkan kepada dunia bahwa kamu baik-baik saja. Ini semua adalah buah dari kesabaranmu, you deserve to get it baby." Ujar Praka membuat Ghaitsa berkaca-kaca. Praka pun memeluk erat istrinya itu. memberikan kehangatan untuknya.
Tak banyak yang Ghaitsa minta. Dia hanya ingin orang-orang di sekelilingnya merasakan bahagia. Dia telah melalui hitam putih kehidupan. Dia telah merasakan susah dan senangnya menjalani kehidupan ini. Hidup yang dulu selalu ditemani oleh Kehilangan dan Kesepian kini telah tergantikan dengan hangatnya kekeluargaan. Dia hanya tak ingin orang-orang di sekitarnya merasakan apa yang ia rasakan. Kehilangan keluarga adalah awal kehancuran hidupnya dan ia tak mau itu terjadi lagi.
Kini dia dikelilingi oleh orang-orang baik di sekitanya. Keluarganya utuh kembali. Hubungannya dengan bu Sarah dan Amayya semakin membaik. Ayahnya sudah menyerahkan pekerjaannya pada Praka sehingga kini beliau lebih sering di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Inilah akhir bahagia yang selalu Ghaitsa nantikan. Walau harus melewati ribuan rintangan tapi sekarang dia mendapatkan apa yang dia inginkan.
***
Annyeong Yeorobunnn...
Terimakasih banyak telah membaca ceritaku sampai akhir
semoga kalian suka dengan ceritanya yaa
Ambil hal baik yang ada di ceritaku dan buang yang buruknya yaa...
Kalian juga boleh kasih saran atau kritik tentang penulisan atau kesalahan dalam ceritaku ini
sekali lagi terimakasih banyakk yaa :)
Semoga kalian semua selalu diberi kesehatan, kelancaran rejeki dan dilancarakan segala urusannya.. aamiin.
Sampai jumpa di ceritaku selanjutnya. Love u all :)
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUVIOPHILE ( END ✅️ )
RomanceGhaitsa Athalea, seorang gadis pecinta hujan yang harus bersahabat dengan rasa sakit sedari ia kecil. Setelah kepergian ibunya dia merasa sangat kesepian dan kesedihan selalu meliputi dirinya. Bagaimana tidak, Ayahnya menikah lagi dengan perempuan y...