57. Sebuah Usaha

31 15 0
                                    

Happy Reading
🌱🌱🌱

Pagi ini, Ika sudah siap dengan seragam olahraga nya. Dia mematut dicermin dimana baju itu terlalu besar untuk ukuran tubuh Ika. Sehingga seperti tertelan oleh baju raksaksa itu.

Tak lupa dia menyiapkan tote bag berisi seragam putih abu yang wanginya bukan maen. Maklum dari awal mencuci sampai menyentrika Ika tidak melewatkan untuk memberi pewangi.

Sehingga dari awal masuk tol sampai akhir tol akan tercium wanginya.

[Bercanda]

Ika keluar dari kamar dan menuju dapur yang masih dingin, dia sendiri menyeduh susu vanila dengan air panas yang diisi setengahnya, kemudian diisi penuh dengan air dingin.

Hari ini, Ika akan membawa tiga botol air minum yang isinya berbeda!

Mengecek beras yang tadi dia masukan kedalam mejicom, takut belum matang. Karena Ika maupun Dila tidak sekali dua kali melupakan jika belum menekan tombol yang ada menjadi merah atau menyolokannya kesambungan listrik.

Yang sampai mas crush peka pun, itu beras tidak akan berubah menjadi nasi.

Ika menggoreng telur untuk sarapannya pagi ini, karena yang Ika tau. Hari ini Dila akan membuat kepiting sambal balado. Yang tentunya Ika tidak bisa membuatnya sekarang tanpa bantuan Dila.

Terlebih kepiting itu masih hidup dalam kolam ikan.

Ika menambah nasi itu, karena hari ini dia akan membutuhkan energi yang sangat besar.

Masih ingat dengan perkataan Ika kemarin? Ya, hari ini Ika akan berangkat dengan jalan kaki, dia akan menepati ucapannya kepada kelas Dblackclass, meski nyatanya Ika sendiri tidak berjanji.

Ika menuliskan sebuah note yang akan dia tempelkan dikulkas, agar Dila dan Abas tidak khawatir saat dirinya tidak ada dikamar sepagi ini.

Ika melangkahkan kakinya pelan, dia menatap sebentar pintu yang ternyata tidak terkunci. Lain kali Ika akan mengeceknya saat hendak tidur, takut-takut Dila lupa.

Menekan knop pintu dengan sangat pelan, dan saat pintu terbuka udara dingin mulai menusuk kulitnya.

"Dingin." Ujar Ika saat dirinya sudah sepenuhnya berada diluar.

"Udah tau dingin kenapa mau berangkat sekarang?"

Ika terlonjak kaget, dan segera meringkuk.

"Astagforullohal'adzim, ya allah tolongin Ika!"

Abas memutar matanya malas, dikira dia hantu apa? Ganteng-ganteng begini?!

"Kaka Jesika Claudy."

Ika mengelus dada saat itu adalah Abas bukan hantu, namun tak lama dia meringis saat sang ayah memanggilnya dengan nama lengkap.

"Iya Papa." Cicit Ika yang masih diposisi meringkuk.

"Berdiri, kasih tau alasannya sama Papa."

Ika perlahan menurut, kini dia berhadapan dengan Abas namun dengan kepala menunduk menatap kaki sang ayah berbalut sandal.

"Kaka mau ... mau berangkat."

Abas menaikan alisnya, "Sepagi ini, lihat jam. Pukul empat lebih dua puluh menit? Kaka mau berangkat sekolah ke mana?"

Ika menggaruk tengkuknya, "Itu ... anu Papa, Ika mau ... mau jalan kaki."

Tidak mendengar jawaban Abas, Ika memberanikan dirinya untuk menoleh dan ternyata melihat Abas yang menyeruput kopi yang terlihat mengepul.

JESIKA [END][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang