09

60 51 63
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Apa?! Bukannya kamu pengin ikut Mi?" tanya Lola baru mengetahuinya saat tiba di sekolah.

"Gak jadi, La," Mia tersenyum.

"Iya tapi kenapa gak jadi ikut?!" Lola sedikit meninggikan suaranya.

"Gak apa-apa." Mia tetap tersenyum menatap sahabatnya itu.

Lola mulai frustasi kini beranjak dari bangkunya, "terus aja bilang gitu sampai lumutan!" akhir Lola lalu ia pergi keluar kelas dengan ekspresi marahnya.

Bagaimana tidak frustasi jika seseorang hanya memberi jawaban yang kurang jelas, bukan?

"LOLA!" teriak Putra, namun Lola tak menggubris teriakan Putra dan terus berjalan keluar.

Kini, giliran Putra yang frustasi. Ia beranjak dari duduknya berniat menyusul Lola. Ia berhenti sejenak tepat dihadapan Mia, tetapi pandangannya tetap mengarah ke depan. "Setidaknya lu kasih tau alasan yang jelas, Mi." setelah itu Putra pergi menyusul Lola.

Sepeninggal Putra, Mia masih tetap memasang senyum diwajahnya, menatap kosong papan tulis yang berada didepan.

'Untuk saat ini, aku gak bisa mengatakan alasanku ke kalian. Aku gak mau membebani kalian, maaf.' batin Mia.

•••

Putra tengah mencari keberadaan Lola. Ia berpikir langkah kakinya tak kalah cepat dengan Lola. Namun, pikirannya salah. Putra kehilangan jejak Lola, terpaksa ia harus menyusuri sekolah. Untungnya, bel masuk masih lama untuk berbunyi.

Putra mencari ke sana kemari, namun Lola tetap tidak ada. Batang hidungnya saja tidak terlihat.

Hanya tersisa satu tempat yang belum Putra kunjungi. Taman belakang sekolah. Putra segera menuju ke taman belakang, siapa tahu Lola ada disana, bukan?

Dan dugaannya benar, Lola sedang duduk di kursi taman sambil menatap pandangan kosong ke depan. Putra berlari menghampiri Lola, setelahnya ia duduk disebelah Lola dengan keras, sehingga kursi itu mengeluarkan sedikit suara 'krek' sangat nyaring.

"La," panggilnya.

"Lu mau tanggung jawab kalo kursinya patah?" sosor Lola, ia tetap memandang ke depan, tanpa melihat wajah Putra.

Putra hanya cengengesan tak tahu akan menjawab apa. "Lagian, lu kenapa kesini?" tanya Putra. "Balik yok?" sambungnya.

"Males." singkat, jelas, padat jawaban yang dilontarkan oleh Lola.

"Why? Hmm, i know. Yah, Mia pasti punya alasan kok, cuman dia mungkin gak bisa ngasih tau ke kita," ucap Putra, walau rada kesel juga karena gak dikasih tau, sambung didalam batinnya.

"Then? Kita kan sahabatnya! Kita bisa bantu kalau dia kesusahan! Sebagai sahabat, kita saling terbuka. Gak main rahasia-rahasia an!" Lola kembali frustasi mengingat kejadian di kelas.

Travel is My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang