"Hai kak Alan." Aza menghampiri laki-laki yang tengah terduduk disalah satu kursi perpustakaan. "Ini bukunya kak, sekali lagi Aza berterima kasih." Gadis itu tersenyum.
Alan bangkit dari kursinya menatap Aza. "Sama-sama. Oya btw loe nggak lupa bawa kartunya lagi kan?" Di akhiri dengan kekehan.
"Enggak dong kak. Ya sudah Aza duluan ya kak." Aza membalikkan badannya.
Namun lebih cepat tangan Alan yang menggenggam lengan mungil itu.
"Jangan buru-buru Za, kita bisa ngobrol dulu gitu. Kita bisa bahas tentang buku. Atau nanti pulang sekolah kita bisa mampir di cafe."
Aza terkejut. Gimana caranya? Gadis itu saja tidak terlalu suka keramaian. Lagi pula sepanjang perjalanan hidupnya sampai saat ini, ia hanya pernah di antar Rayen. Itupun bukan sebuah keinginan Aza. Tapi sekarang malah diajak berdua dengan Alan, kakak kelas yang belum Aza kenal.
"Maaf kak, hari ini Aza ada urusan." Gadis itu segera melenggang pergi keluar dari perpustakaan.
***
Sebelum ia keluar dari perpustakaan Aza sempat meminjam buku. Gadis itu berjalan melewati lorong sekolah. Gadis itu sengaja memilih jalan melewati area gudang sekolah karena itu jalan yang cukup dekat dengan kelasnya dibanding dengan lorong lainnya.
Brak... Bugh...
"Arrrkkhh."
Aza terlonjak mendengar suara dari dalam gudang. Bulu kuduk gadis itu tiba-tiba berdiri. Entar keberanian dari mana ia perlahan mendekat dan mengintip dari celah yang ada. Oh Shitt!
"Rayen?"
Gadis itu melihat Rayen yang tengah memukuli tembok, tangan laki-laki itu terluka. Aza dengan cepat membuka pintu itu.
"Ray loe ngapain?!" Aza berlari menghentikan aksi konyol laki-laki itu.
"Ngapain loe kesini?!" Menghempas tangan Aza.
"Aza yang harusnya tanya. Ray ngapain pukulin tembok?"
"Urusan gue bukan urusan loe! Sekarang loe keluar dari sini!" Suara garang laki-laki itu membuat Aza sedikit menciut.
"Ikut Aza." Gadis itu menarik lengan Rayen.
Rayen memberontak. "Apaan sih! Lepas!" Menghempas dengan sangat kasar.
"Enggak!"
Aza menarik Rayen keluar dari dalam gudang, mengajak laki-laki itu menuju taman dengan hamparan tanah rumput.
"Mukulin tembok itu nggak berguna tahu! Yang ada nanti tangan Rayen akan sakit terus merusak tembok! Dan nggak berguna!" Aza menghentikan langkahnya.
"Mau loe apa?!" Rayen menatap garang sekaligus kembali menghempas tangan mungil itu kasar.
"Rayen pukulin aja tanah. Sekalian biar tanahnya jadi subur. Jadi nggak akan sia-sia kalau tangan Rayen terluka atau patah." Gadis itu menunjuk tanah dibawah mereka.
Ajaibnya laki-laki itu mengikuti apa yang Aza bilang. Rayen berjongkok lalu memukul tanah dengan begitu keras hingga membentuk tangannya.
Bugh.. Bugh..
"Nggak ada kapoknya loe! Gue bakal bikin perhitungan sama loe." Rayen mendesis seraya masih memukuli tanah.
Laki-laki itu berdiri dari tempatnya menatap Aza sekilas yang masih menunggunya.
"Udah selesai?" Aza bertanya dengan tangan yang ia lipatkan didepan dadanya.
Aza menarik Rayen kembali menuju wastafel di pinggir taman. Gadis itu membersihkan tangan Rayen perlahan dengan air yang mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Milik 'Ku [On Going]
Novela JuvenilKita dibuat untuk menjalani takdir dan mencintai takdir. Terutama menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup. Banyak typo! WARNING ⚠️ ▪️CERITA INI TIDAK DI TULIS ATAU BERADA PADA APLIKASI NOVEL ATAU BACAAN LAIN. INGAT! ▪️CERITA INI HANYA DI...