Alvin menggigit jari telunjuk nya ketika menunggu wali kelas nya memanggil nama nya. Bola mata Alvin beralih menatap Alvaro yang berada di sebelah nya itu.
"Nama kamu kapan dipanggil?" tanya Alvaro.
"Tiga orang lagi, habis itu baru Alvin"
Alvaro merangkul kepala Alvin mendekat kan bibir nya pada telinga Alvin."Kalau nanti ada nilai yang kecil, kamu papa hukum." bisik nya.
Alvin menatap wajah Alvaro."Apa hukuman nya?"
"Lihat nanti." Alvaro tersenyum smirk sembari mengangguk kan kepala."Papa gak main-main kali ini."
Alvin menelan ludah nya susah, jarang-jarang ia melihat papa nya seperti ini. Kalau Alvaro sudah serius tidak akan ada yang main-main.
"ALVINZO RELFFANZ!" Panggil Bu Sri.
Alvaro beranjak dari kursi nya ketika nama Alvin dipanggil. Alvaro berjalan mendekati Bu Sri yang di ikuti oleh Alvin dibelakang nya.
Alvaro menduduki kursi dengan berhadapan Bu Sri yang sedang menatap nya."Saya tau saya cekep, tolong cepat ya bu"
Bu Sri menatap malas wali murid dihadapan nya ini."Gak anak gak bapak sama aja." grutu nya.
Bu Sri mengambil Lapor biru milik Alvin, lantas memperlihat kan nilai Alvin pada papa nya ini."Ini hasil pembelajaran Alvin selama di semester pertama."
Alvaro meraih Lapor itu. Matanya mendelik saat melihat kondisi nilai yang sangat kacau."Ini anak saya yang emang males atau gimana? Nilai nya jelek banget."
Hati Alvin sudah deg deg ser rasa nya. Mata Papa nya saat menoleh pada Alvin serasa ingin menerkam. Kaki nya mulai gelisah tidak bisa diam.
"Bisa dilihat kalau nilai anak bapak terdapat 2 nilai merah dan juga 4 catatan merah dari pihak sekolah."
Bu Sri menarik nafas dalam."Selama pembelajaran di kelas sembilan nilai Alvin benar-benar sangat menurun. Sebelum nya saat di kelas tujuh dan delapan nilai Alvin masih terbilang bagus." ucap Bu Sri.
Alvaro menggerta kan giginya kesal."Selama disekolah apa Alvin selalu buat masalah?"
"Dikelas sembilan Alvin lumayan sangat banyak buat masalah dengan guru-guru lain nya."
"Apa ada lagi?"
"Sepertinya sudah cukup dan juga tolong bimbingan nya ya pak" ucap Bu Sri sembari tersenyum."Bapak bisa tanda tangan disini" perintah Bu Sri menunjuk kertas absensi.
Alvaro menanda tangani kertas itu. Setelah selesai semua nya lantas berpamit ingin keluar kelas dengan tangan yang menarik lengan Alvin.
"Pa, mau beli bakso bakar dulu" Alvin menunjuk ke arah kantin.
Alvin menatap tajam putra nya ini. "Cepat, papa tunggu sini."
Alvin mengangguk lalu pergi meninggal kan Alvaro Sendiri.
Alvaro mendengus kasar, memijat dada nya sabar."Punya anak gini amat kali. Dimarah gak tega dibiarin malah makin jadi."
Setelah menunggu Alvin sekitar 10 menit. Alvaro dan Alvin berjalan pergi ke area parkir'an sekolah. Kesal, kecewa, geram menjadi satu di pikiran Alvaro saat ini.
Mata nya menatap Alvin yang sibuk memakan bakso bakar. Alvaro tidak tahu dimana letak urat malu anak nya itu. Lihatlah! seperti tidak ada rasa bersalah kerjaan nya hanya cengar cengir.
"Gak boleh marah-marah pa. Nanti kolesterol naik." ucap Alvin.
Lihat. Minta digaplok!
Alvaro menghembuskan nafas nya kasar. Saat sudah sampai dimobil lantas Alvaro membuka pintu mobil lalu masuk kedalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINZO RELFFANZ
Random!! W A R N I N G !! " Story hasil karya dan imajinasi saya sendiri " *** Alvinzo Relffanz, cowok yang hampir mendekati kata sempurna oleh banyak orang-orang, namun sesempurna siapa'pun itu, pasti ada saja yang kurang. Dan kekurangan dirinya ini yait...