20•hati-hati

61 4 0
                                    

Juna membuka matanya ketika cahaya matahari pagi mulai menembus kaca.

Ia melihat sekelilingnya. Ini seperti bukan kamarnya. Juna hampir lupa kalau Esmeralda ada di sini, mungkin dia masih tidur di kamar Juna.

Juna bersiap-siap pergi bekerja. Ia keluar dari kamar tamu, lalu membuka pintu kamarnya. Benar kan, Esmeralda masih tidur.

Juna tidak membangunkan Esmeralda. Ia duduk di kursi ruang tamu seraya memakai sepatu pdl berwarna hitam.

Di saat yang sama, Almeera bangkit dari tempat tidurnya. Tapi sebelum itu, ia sempat megecek notifikasi yang masuk di ponselnya.

Hanya ada notif dari Zatira. Juna kemana? apakah ia marah dengan Almeera? ah sudahlah, mereka berdua memang seperti itu.

Hari ini marahan, lalu besoknya bersikap seperti tidak ada masalah, lalu nanti begitu lagi. Tapi kenapa Juna tidak mengirim pesan untuk Almeera? setidaknya satu atau dua kata, supaya Almeera bisa menjalani harinya dengan baik

Seorang perempuan berjalan menghampiri Juna. Dengan memegang satu matanya, terlihat kalau dia itu masih mengantuk

"Kenapa tidak membangunkan aku?"

Juna menoleh "Kamu tidur terlalu nyenyak, aku tidak tega membangunkan mu"- tipu Juna. Padahal akan lebih baik kalau ia berangkat kerja tanpa melihat drama yang di mainkan Esmeralda

"Nah. Itu baru calon suami idaman"

Pasti setelah Juna berangkat, Esmeralda akan melanjutkan mimpi indah yang belum selesai.

"Ya sudah. Kalau begitu, aku mau berangkat kerja dulu"

Juna bangkit dari sofa. Membawa tas ransel dan perlengkapan lainnya untuk di kapal nanti. Perutnya terasa lapar sekali, ia belum makan sejak kemarin malam.

Esmeralda bahkan tidak mengantar Juna, ya setidaknya sampai depan pintu. Baiklah, pemandangan pagi ini akan selalu ia lihat setelah menikah dengan Esmeralda nanti.

Juna melajukan mobil dinasnya dengan kecepatan rata-rata. Tatapannya lurus ke depan, ia melihat di sepanjang perjalanan, tidak ada satupun pedagang kaki lima yang berjualan di sini.

Juna melihat mobil putih di depannya, mobil itu berjalan sangat lambat sekali. Tapi jika ia melihat plat nomor mobil itu, ia seperti mengenalnya. Juna kemudian menyalakan sirine mobilnya

Almeera menggerutu di dalam mobil. Ia melihat mobil dinas, seperti yang selalu ia lihat ketika berangkat ke sekolah dulu.

Bunyi sirine mobil itu mengganggu telinganya. "Dasar penguasa jalan, gak mau sabar dikit"

Almeera tersenyum, ide buruk kembali terlintas di pikirannya. Ia menurunkan kecepatan mobilnya, membuat mobil di belakang membunyikan klakson beberapa kali

Biar saja, biar tau rasa. Memangnya dia pikir dia siapa, bisa seenaknya memotong jalan sembarangan.

"Ayolah, Almeera. Menepi sedikit"- celetuk Juna. Ia kembali membunyikan klakson mobilnya.

Almeera melirikan matanya ke jalan. Kenapa tidak ada satupun pedagang kaki lima yang berjualan hari ini. Apakah mereka sedang mengadakan mogok kerja.

Almeera menepikan mobilnya di depan warung kopi yang berada tak jauh dari sana. Ia melihat mobil dinas itu berhenti tepat di sebelah mobilnya . Apakah dia membuntuti aku?

Juna keluar dari mobil, dengan jaket loreng yang ia genggam di tangannya, ia melihat seseorang memperhatikannya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki

Almeera menyipitkan matanya. Ternyata pengemudi mobil yang mengganggu pagi hari yang tentram itu adalah Juna. Dia bahkan tidak mengabari Almeera dari kemarin

Rahasia Juna (Antara Aku Dan Negara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang